Jumat, 15 Agustus 2025

Trump Terapkan Tarif Timbal Balik

AS Ngotot Terapkan Tarif Impor ke Pulau yang Hanya Dihuni Penguin dan Anjing Laut

Sebagai informasi, Pulau Heard dan Kepulauan McDonald merupakan pulau vulkanik tandus yang terletak di dekat Antartika

RNTV/TangkapLayar
DIHUNI PENGUIN - Gambar penguin. Amerika Serikat tetap menerapkan kebijakan tarif impor mereka ke Kepulauan Heard dan McDonald yang terpencil, yang tidak berpenghuni kecuali oleh populasi penguin dan anjing laut. 

AS Bersikeras Terapkan Tarif Impor ke Pulau yang Hanya Dihuni Penguin dan Anjing Laut

TRIBUNNEWS.COM - Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS), Howard Lutnick, mengatakan keputusan pemerintah mereka untuk tetap mengenakan tarif pada Kepulauan Heard dan McDonald.

Sebagai informasi, Pulau Heard dan Kepulauan McDonald merupakan pulau vulkanik tandus yang terletak di dekat Antartika.

Baca juga: Utang Negara Rp 8.325 Triliun, Kurs Rp 16.650 per Dolar AS, Pengamat Ingatkan Ancaman Krisis Ekonomi

Selain terpencil, Kepulauan Heard dan McDonald tidak berpenghuni kecuali oleh populasi penguin dan anjing laut.

Apa alasan AS tetap mengenakan kebijakan tarif impor, sebesar 10 persen, ke pulau ini?

Menurut Lutnick, langkah ini, yang ditujukan untuk menutup "celah-celah yang konyol," dimaksudkan untuk mencegah negara lain menggunakan kepulauan ini sebagai titik transit untuk mengirimkan barang ke AS.

Dalam wawancara dengan CBS, Lutnick menjelaskan bahwa tarif tersebut dirancang untuk menghentikan negara-negara mengeksploitasi pulau-pulau tersebut untuk mendapatkan akses ke pasar AS.

"Jika Anda tidak memasukkan apa pun dalam daftar, negara-negara yang pada dasarnya mencoba melakukan arbitrase dengan Amerika akan melalui negara-negara tersebut kepada kami. Presiden tahu itu, ia sudah muak dengan hal itu, dan ia akan memperbaikinya," katanya

Pengumuman tarif tersebut mengejutkan otoritas Australia, karena pulau-pulau tersebut terletak sekitar 4.000 km dari Australia.

Menteri Perdagangan Australia, Don Farrell, menyampaikan kekhawatirannya kepada ABC, dengan menyebut tarif tersebut sebagai "jelas sebuah kesalahan" dan menyatakan bahwa proses pengambilan keputusan tersebut "terburu-buru."

Komentar Lutnick muncul sebagai bagian dari pembelaan secara luas oleh para pejabat AS menyusul penurunan tajam di pasar saham, dengan ketiga indeks utama AS anjlok lebih dari 5 persen pada hari Jumat, menandai minggu terburuk bagi pasar sejak 2020. 

Tarif tersebut merupakan bagian dari upaya berkelanjutan Presiden AS Donald Trump untuk melindungi kepentingan Amerika dalam perdagangan.

Transshipment, praktik pengiriman produk dari satu pelabuhan ke pelabuhan lain, merupakan metode umum dalam perdagangan global.

Namun, Pew Charitable Trusts, sebuah organisasi kebijakan publik, memperingatkan bahwa praktik ini dapat memungkinkan "aktor jahat mengaburkan atau memanipulasi data" yang terkait dengan aktivitas pengiriman.

Organisasi tersebut memperkirakan bahwa tuna dan spesies serupa senilai ratusan juta dolar diangkut secara ilegal setiap tahun di Pasifik barat dan tengah menggunakan metode ini.

Data ekspor dari Bank Dunia menunjukkan bahwa impor dari Kepulauan Heard dan McDonald ke AS secara historis sangat minim, dengan lonjakan signifikan pada tahun 2022 ketika AS mengimpor produk senilai USD 1,4 juta, yang sebagian besar diklasifikasikan sebagai barang "mesin dan listrik".

Selain pulau-pulau Australia, daftar tarif Trump mencakup Wilayah Samudra Hindia Britania, yang sebagian besar ditempati oleh personel militer dan memerlukan izin untuk berkunjung. Menurut data Bank Dunia, wilayah ini mengekspor USD 414.350 ke AS pada tahun 2022.

Tak Ada Tempat Aman

Meskipun letaknya terpencil, Kepulauan Heard dan McDonald dimasukkan dalam daftar yang dirilis oleh Gedung Putih yang merinci "negara-negara" yang akan menghadapi tarif perdagangan baru.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menanggapi berita tersebut pada hari Kamis, dengan menyatakan, "Tidak ada tempat di Bumi yang aman."

Pemberlakuan tarif tidak hanya berlaku untuk pulau-pulau ini, tetapi juga untuk wilayah luar Australia lainnya, yang meliputi Kepulauan Cocos (Keeling) dan Pulau Christmas.

Pulau Norfolk, wilayah luar lain dengan populasi 2.188 orang yang terletak 1.600 km (1.000 mil) di timur laut Sydney, dikenakan tarif sebesar 29 persen, jauh lebih tinggi daripada tarif yang dikenakan untuk wilayah Australia lainnya.

Pada tahun 2023, Pulau Norfolk dilaporkan mengekspor barang senilai USD 655.000 ke AS, terutama alas kaki kulit, senilai USD 413.000, menurut data dari Observatory of Economic Complexity.

Namun, George Plant, administrator Pulau Norfolk, membantah angka-angka ini, dengan menegaskan, "Tidak ada ekspor yang diketahui dari Pulau Norfolk ke Amerika Serikat dan tidak ada tarif atau hambatan perdagangan non-tarif yang diketahui atas barang-barang yang masuk ke Pulau Norfolk."

Albanese mengomentari situasi tersebut lebih lanjut, dengan mengatakan, “Pulau Norfolk telah dikenai tarif sebesar 29 persen. Saya tidak yakin bahwa Pulau Norfolk, dalam hal ini, merupakan pesaing dagang bagi ekonomi raksasa Amerika Serikat, tetapi hal itu menunjukkan dan memberi contoh fakta bahwa tidak ada tempat di Bumi yang aman dari hal ini.”

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan