Konflik Palestina Vs Israel
Istri PM Israel Benjamin Netanyahu Keceplosan, Sebut Kurang dari 24 Sandera Masih Hidup di Gaza
Ucapan lirih Sara Netanyahu tentang jumlah sandera hidup picu kepanikan dan kemarahan keluarga korban di Israel.
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Whiesa Daniswara
Sara Netanyahu bukanlah pejabat negara, namun karena statusnya sebagai istri kepala pemerintahan, ucapannya dinilai mencerminkan kedekatannya dengan informasi sensitif.
Pengamat politik Israel menyebut insiden ini sebagai "slip of the tongue" yang berpotensi menambah krisis kepercayaan publik.
Kata Profesor Komunikasi Politik
Profesor komunikasi politik dari Hebrew University, Noam Sheizaf, mengatakan kepada Haaretz bahwa komentar Sara adalah "bom kecil yang meledak dalam krisis besar."
“Kepercayaan keluarga sandera terhadap pemerintah sudah rapuh, dan ucapan semacam ini menambah luka mereka,” ujar Sheizaf.
Operasi militer Israel di Gaza yang terus berlanjut memang menjadi sorotan internasional.
Di satu sisi, pemerintah ingin menekan Hamas dan membebaskan para sandera.
Intensitas serangan justru memicu kekhawatiran bahwa sandera bisa menjadi korban tambahan dalam konflik bersenjata.
Forum keluarga sandera secara konsisten menuntut agar pembebasan para sandera menjadi prioritas absolut.
Mereka juga mendesak pemerintah agar bersikap transparan dan tidak menutupi informasi penting dari publik.
Salah satu ibu dari sandera, yang diwawancarai oleh The Guardian, mengatakan bahwa dia tak bisa tidur semalaman setelah mendengar bisikan Sara Netanyahu itu.
Baca juga: Gara-Gara Gaji Dipotong, Ribuan Guru di Israel Mogok Kerja dan Ratusan Sekolah Ditutup
“Kami tidak tahu apakah anak kami masih hidup. Setiap kata dari pejabat sangat berarti. Ini menyiksa,” katanya dengan suara gemetar.
Pemerintah belum mengeluarkan klarifikasi resmi atas ucapan Sara Netanyahu tersebut.
Juru bicara Kantor Perdana Menteri menyatakan bahwa "semua informasi terkait sandera hanya disampaikan oleh lembaga resmi".
Sementara itu, perundingan tidak langsung antara Hamas dan Israel yang dimediasi oleh Mesir dan Qatar masih menemui jalan buntu.
Hamas menuntut penghentian total agresi Israel di Gaza dan pembebasan tahanan Palestina sebagai syarat pertukaran sandera.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.