Konflik Palestina Vs Israel
Hamas Skeptis Perang di Gaza Segera Berakhir Meski Israel Setuju Usulan Gencatan Senjata AS
Hamas meragukan perang di Gaza akan segera berakhir meskipun Israel menyetujui usulan gencatan senjata selama 60 hari yang ditawarkan oleh AS.
Penulis:
Whiesa Daniswara
Editor:
Siti Nurjannah Wulandari
TRIBUNNEWS.COM - Setelah kabar Israel menyetujui draf gencatan senjata selama 60 hari dari Amerika Serikat (AS), Hamas meragukan kedamaian di Gaza akan segera terealisasi.
Seperti diketahui, Israel menerima usulan gencatan senjata yang diajukan oleh AS, Kamis (29/5/2025).
Usulan itu terdiri dari gencatan senjata selama 60 hari, pembebasan 26 sandera yang masih hidup dan mati, pembebasan tahanan Palestina, serta pengiriman bantuan besar-besaran ke Gaza.
Namun, pejabat senior Hamas, Abu Zuhri mengatakan ketentuan-ketentuan itu menggemakan posisi Israel dan tidak memuat komitmen untuk mengakhiri perang.
Dikutip The Guardian, perbedaan yang mendalam antara Hamas dan Israel telah menghalangi upaya sebelumnya untuk memulihkan gencatan senjata yang berakhir pada bulan Maret.
Israel bersikeras agar Hamas melucuti senjatanya sepenuhnya, dibubarkan sebagai kekuatan militer dan pemerintahan, serta semua 58 sandera yang masih ditawan di Gaza harus dikembalikan sebelum Israel setuju untuk mengakhiri perang.
Pemerintah Israel khawatir bahwa gencatan senjata dan penarikan pasukan yang berkelanjutan akan membuat Hamas memiliki pengaruh yang signifikan di Gaza, bahkan jika Hamas menyerahkan kekuasaan formalnya.
Seiring berjalannya waktu, Israel khawatir, Hamas mungkin dapat membangun kembali kekuatan militernya dan akhirnya melancarkan lebih banyak serangan seperti pada 7 Oktober.
Di sisi lain, Hamas khawatir dengan prospek Israel dapat melanggar gencatan senjata – seperti yang dilakukannya Maret lalu – dan melanjutkan perang, yang mana pemerintah Israel diizinkan melakukannya setelah 60 hari berdasarkan ketentuan kesepakatan.
Kelompok militan tersebut juga menolak tuntutan untuk menyerahkan senjatanya dan mengatakan Israel harus menarik pasukannya keluar dari Gaza dan berkomitmen untuk mengakhiri perang.
Saat mengevaluasi kesepakatan tersebut, Hamas mengatakan proposal baru itu lebih memihak ke Israel daripada proposal sebelumnya, kata seorang sumber yang dekat dengan Hamas kepada Walla.
Baca juga: Usulan Gencatan Senjata AS Diterima Israel, Hamas Diminta Bebaskan Sandera, Bantuan Segera Masuk
"Respons Zionis, pada dasarnya, berarti mengabadikan pendudukan dan meneruskan pembunuhan dan kelaparan," kata Bassem Naim, seorang pejabat tinggi Hamas, kepada Associated Press.
Ia mengatakan bahwa hal itu "tidak menanggapi tuntutan rakyat kami, yang terutama adalah menghentikan perang dan kelaparan".
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menghadapi kendala politik: mitra koalisi sayap kanannya mengancam akan menjatuhkan pemerintahannya jika ia mengakhiri perang terlalu cepat.
Hal itu akan membuatnya lebih rentan terhadap tuntutan atas tuduhan korupsi yang sudah berlangsung lama dan penyelidikan atas kegagalan seputar serangan 7 Oktober.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.