Sabtu, 16 Agustus 2025

Petinggi IAEA, Iran, dan Mesir Bertemu di Kairo untuk Bahas Program Nuklir

Petinggi dari Iran, Mesir dan badan PBB yang mengawasi nuklir, bertemu di Kairo untuk membahas program nuklir Iran.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Bobby Wiratama
Kementerian Luar Negeri Iran/mfa.ir
PROGRAM NUKLIR IRAN - Foto yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Iran pada 3 Juni 2025, memperlihatkan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi bertemu dengan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty pada 2 Juni 2025. Petinggi dari Iran, Mesir dan badan PBB yang mengawasi nuklir, bertemu di Kairo untuk membahas program nuklir Iran. 

TRIBUNNEWS.COM – Para pemimpin Iran, Mesir, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bertemu di Kairo pada Senin (2/6/2025) untuk membahas program nuklir Iran.

Pertemuan ini diselenggarakan setelah sebuah laporan dari badan pengawas nuklir PBB, IAEA, menyatakan bahwa Iran terus meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya hingga mendekati tingkat yang dapat digunakan untuk senjata.

Rafael Mariano Grossi, Direktur Jenderal IAEA yang berbasis di Wina, mengatakan bahwa laporan tersebut disusun karena pengayaan uranium oleh Iran masih menjadi perhatian berkelanjutan bagi Dewan Gubernur IAEA.

“Kami berharap bahwa dengan memberikan klarifikasi, kami dapat mendorong tercapainya kejelasan, serta memberikan insentif untuk solusi damai dan diplomatik,” kata Grossi di Kairo.

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, bertemu dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi dan Menteri Luar Negeri Mesir Badr Abdelatty, meskipun belum jelas apakah Araghchi juga bertemu langsung dengan Grossi.

Dalam unggahannya di aplikasi pesan Telegram, Araghchi menyatakan bahwa ia menekankan pentingnya kerja sama berkelanjutan Iran saat berbicara dengan Grossi.

Sebelumnya, laporan rahasia IAEA yang dilihat oleh Associated Press pada Sabtu (31/5/2025) memuat peringatan keras.

IAEA menyebut bahwa Iran kini menjadi satu-satunya negara non-nuklir yang memproduksi bahan dengan tingkat pengayaan tinggi semacam itu.

Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Kazem Gharibabadi, menerbitkan tanggapan terperinci pada Minggu yang menolak banyak temuan dalam laporan tersebut.

Ia mencatat bahwa dari total 682 inspeksi IAEA terhadap 32 negara, sebanyak 493 dilakukan di Iran.

“Selama aktivitas nuklir suatu negara berada di bawah pengawasan IAEA, tidak ada alasan untuk khawatir,” ujarnya.

Baca juga: Hasil Temuan IAEA Ungkap Iran Jalankan Program Nuklir Rahasia, Barat Siap Ajukan Resolusi Tegas

“Republik Islam Iran tidak mengejar senjata nuklir dan tidak memiliki bahan atau aktivitas nuklir yang tidak dideklarasikan.”

Dalam laporannya, IAEA menyebut bahwa hingga 17 Mei 2025, Iran telah mengumpulkan 408,6 kilogram uranium yang diperkaya hingga 60 persen.

Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan hampir 50 persen dibandingkan laporan terakhir pada Februari lalu.

Material dengan tingkat pengayaan 60 persen merupakan langkah teknis yang relatif singkat menuju tingkat pengayaan 90%, yaitu level yang dapat digunakan untuk senjata.

Laporan IAEA disebut bermotif politik

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan