Konflik Iran Vs Israel
Kian Tegang dengan Iran, AS Tarik Personel Militer dan Staf Kedutaan dari Timur-Tengah
Keputusan ini diambil seiring eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel yang dinilai AS berpotensi menjadi berbahaya.
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
Kian Tegang dengan Iran, AS Tarik Personel Militer dan Staf Kedutaan dari Timur-Tengah
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, pada Rabu (11/6/2025), mengumumkan akan mengevakuasi personel militer AS dari kawasan Timur Tengah.
Keputusan ini diambil seiring eskalasi ketegangan antara Iran dan Israel yang dinilai AS berpotensi menjadi berbahaya.
Empat narasumber dari AS dan dua narasumber Irak mengatakan kepada wartawan Reuters kalau selain personel militer, Amerika Serikat juga akan mengevakuasi sebagian staf kedutaan besar serta keluarga mereka dari Irak karena meningkatnya resiko keamanan di wilayah tersebut.
Baca juga: China Kirim 2 Kapal Induk ke Pasifik Barat Tantang Kekuatan Laut AS, Jepang: Sudah di Perairan Kami
Risiko keamanan yang dimaksud adalah meningkatnya ancaman terhadap para personel militer AS di sana.
Namun, narasumber-narasumber yang tidak disebutkan namanya itu tidak menjelaskan resiko keamanan apa yang akan terjadi sehingga mendorong AS untuk mengevakuasi personel militernya dari wilayah Timur-Tengah tersebut.
Masih pada Rabu, muncul laporan bahwa Departemen Luar Negeri AS juga mengizinkan staf kedutaan dan konsulatnya di Bahrain dan Kuwait, beserta anggota keluarga mereka, untuk meninggalkan negara-negara tersebut jika mereka mau.
Meski demikian, kedutaan besar AS di Kuwait dalam sebuah pernyataan mengatakan bahwa jumlah stafnya tidak akan dikurangi dan mereka akan tetap beroperasi secara penuh.
Pada Rabu malam, Departemen Luar Negeri AS memperbarui peringatan perjalanan global untuk mencerminkan sikap terbaru mereka.
“Pada tanggal 11 Juni, Departemen Luar Negeri memerintahkan keberangkatan personil pemerintah AS yang tidak dalam keadaan darurat karena meningkatnya ketegangan di kawasan,” kata pernyataan tersebut.

Negosiasi Nuklir Mandek?
Dilansir dari Reuters, keputusan AS untuk mengevakuasi personel militernya diambil setelah pembicaraan antara Amerika Serikat dan Iran untuk menyelesaikan masalah nuklir tampaknya mengalami kebuntuan.
Bersamaan dengan itu, intelijen AS juga mengindikasikan kalau Israel-- yang memiliki kekhawatiran terhadap nuklir Iran—sedang melakukan persiapan untuk meluncurkan serangan ke fasilitas nuklir Iran.
“Mereka (personel militer AS di Timur-Tengah) sedang dipindahkan karena itu bisa menjadi tempat yang berbahaya, dan kita akan lihat apa yang akan terjadi,” kata Trump kepada para wartawan.
"Kami telah memberikan pemberitahuan pindah,’’ lanjutnya.
Ketika ditanya wartawan apakah ada cara untuk meredakan ketegangan di wilayah tersebut, Trump mengatakan bahwa kuncinya adalah Iran tidak boleh memiliki senjata nuklir.
‘’Mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir. Sangat sederhana, mereka tidak boleh memiliki senjata nuklir"
Trump telah berulang kali mengancam akan meluncurkan serangan militer ke Iran jika negosiasi terkait masalah nuklir gagal.
Dalam sebuah wawancara yang dirilis pada Rabu, Trump mengatakan ia semakin yakin bahwa Iran tidak akan menyetujui tuntutan utama AS yang meminta Iran untuk berhenti memperkaya uranium.
Menanggapi situasi ini, Menteri Pertahanan Iran, Aziz Nasirzadeh, kemudian mengatakan pada Rabu bahwa jika Iran diserang, maka mereka akan membalas untuk menyerang pangkalan-pangkalan AS di wilayah Iran.
AS memiliki banyak pangkalan militer di kawasan Timur Tengah yang tersebar di Irak, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Uni Emirat Arab.
Pada Januari 2020, Iran pernah menembakkan rudal ke pangkalan militer di Irak yang dihuni pasukan AS sebagai balasan atas serangan udara Israel yang menewaskan Jenderal Qassem Soleimani beberapa hari sebelumnya di Bandara Baghdad.
Puluhan tentara AS mengalami cedera otak akibat serangan itu.
Iran dan AS telah menggelar lima putaran pembicaraan sejak April untuk merumuskan kesepakatan nuklir baru, menggantikan perjanjian 2015 yang dibatalkan Trump pada masa jabatan pertamanya di tahun 2018.
Kedua belah pihak dijadwalkan kembali bertemu dalam beberapa hari mendatang.
Trump sebelumnya sempat menyampaikan optimisme terhadap negosiasi tersebut.
Namun, dalam wawancara yang dipublikasikan pada Rabu, ia mengaku kini kurang yakin akan tercapainya kesepakatan antara Teheran-Washington.
Sejak kembali menjabat pada Januari, Trump kembali menghidupkan kampanye "tekanan maksimum’’ terhadap Teheran.
Trump mengatakan tetap mendukung jalur diplomasi nuklir, namun juga memperingatkan bahwa opsi militer tetap terbuka jika negosiasi gagal.
Trump pun mendesak sekutu terdekatnya sekaligus musuh bebuyutan Iran, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk meredakan ketegangan dengan Iran dan menahan diri demi membuka jalan diplomasi.
Namun, menurut laporan CNN, Israel terus melakukan provokasi dan menunjukkan tanda-tanda hilang kesabaran terhadap Iran.
(Grace Sanny Vania/Tribunnews.com/*)
Konflik Iran Vs Israel
Perang 12 Hari Lawan Israel Sisakan Kekacauan di Seluruh Iran: Transportasi Lumpuh, Sinyal Kacau |
---|
Israel dan Iran Jauh dari Kata Damai, Perang Bayangan Sengit Intelijen hingga Serangan Siber |
---|
Mossad Israel Sukses Rekrut 'Orang Dalam' Nuklir Iran, Teheran Eksekusi Gantung Rouzbeh Vadi |
---|
Iran Bentuk Badan Baru di Era Perang Lawan Israel: Apa Itu Dewan Pertahanan Nasional? |
---|
Termasuk Alamat Rumah, Iran Klaim Punya Profil Lengkap Para Pilot Israel yang Ikut Perang |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.