Konflik Iran Vs Israel
Israel Serang Iran dari Segala Arah, Apa Sebenarnya yang Diincar Netanyahu?
Israel tak hanya menarget program nuklir Iran, tapi juga jantung kekuasaan. Apakah Netanyahu ingin gulingkan rezim?
Penulis:
Andari Wulan Nugrahani
Editor:
Whiesa Daniswara
Strategi ini dikenal sebagai Doktrin Gurita, istilah yang diperkenalkan mantan PM Naftali Bennett pada 2021.
Pendekatan ini tidak lagi hanya menyasar proksi Iran seperti Hizbullah atau Hamas.
Sebaliknya, Israel langsung menyerang “kepala gurita”, yaitu rezim Iran itu sendiri.
Netanyahu bahkan menyerukan rakyat Iran untuk melawan pemerintah mereka.
Dalam unggahan di media sosial saat serangan dimulai, ia mengatakan bahwa Israel sedang “membuka jalan bagi rakyat Iran menuju kebebasan.”
Menurut Veronika Poniscjakova dari University of Portsmouth, pesan itu merupakan sinyal jelas keinginan Israel untuk mendukung perubahan rezim.
Namun, para analis memperingatkan bahwa intervensi asing bisa jadi bumerang.
Dionigi menilai, serangan luar justru bisa membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan memperkuat kekuasaan yang ada.
Institut Studi Perang menyebut, serangan Israel terhadap kementerian keamanan dan markas polisi bisa mengganggu kontrol sosial Iran.
Tapi belum jelas apakah cukup untuk memicu pemberontakan dari dalam.
Baca juga: Rudal Iran Guncang Mental: Warga Israel Trauma Berat, Curhat Tak Lagi Tidur Nyenyak
“Ketika negara diserang, bahkan warga yang tidak menyukai rezim bisa bersatu membela tanah air,” ujar Jones.
Shahin Modarres, Direktur Iran Desk di International Team for the Study of Security Verona, menilai Israel memang ingin menggulingkan pemerintahan Iran.
Menurutnya, serangan ke infrastruktur energi bertujuan menimbulkan keresahan dan mendorong rakyat kehilangan kepercayaan terhadap penguasa.
Bagi Iran, ini adalah perang eksistensial.
Sedangkan bagi Netanyahu, ini adalah pertaruhan politik besar.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.