Selasa, 2 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Jejak Sejarah Perseteruan Iran dan AS, Dulu Bantu Iran Bikin Nuklir, Kini Perangi Iran Karena Nuklir

Dulu AS negara yang pertama kali membantu Iran membangun infrastruktur nuklir namun kini berperang karena nuklir.

Editor: Hasanudin Aco
Via Jpost
PEMIMPIN AS DAN IRAN - Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Iran Ali Khamenei dan Presiden AS Donald Trump dengan latar belakang bendera dan serangan rudal. /Kolase Foto Jerussalem Post/HO 

TRIBUNNEWS.COM, IRAN -  Amerika Serikat (AS) akhirnya ikut campur dalam perang Israel melawan Iran.

Presiden AS Donald Trump pada Minggu (22/6/2025) memerintahkan serangan langsung yang menurutnya "menghancurkan" fasilitas nuklir utama di seluruh negara Timur Tengah tersebut.

"Kerusakan besar telah terjadi di semua lokasi nuklir Iran seperti yang ditunjukkan oleh citra satelit. Kehancuran adalah istilah yang akurat," tulis Trump di akun Truth Social.

Iran tetap menjadi musuh terbesar AS di kawasan tersebut sejak revolusi Islam tahun 1979 yang dipimpin oleh Ayatollah Ruhollah Khomeini menggulingkan Mohammad Reza Pahlavi (Shah) yang pro-Barat. 

Sejak saat itu, kedua negara telah berselisih mengenai banyak masalah, termasuk ambisi nuklir Iran, dukungan Iran terhadap proksi di kawasan tersebut, dan campur tangan politik AS.

Padahal dulu, AS negara yang pertama kali membantu Iran membangun infrastruktur nuklir.

3 SITUS NUKLIR IRAN - Kondisi 3 Situs Nuklir Iran, Isfahan, Fordow dan Natanz luluh-lantah usai diserang AS. (Infografis/Akbar Permana/Tribunnews)
3 SITUS NUKLIR IRAN - Kondisi 3 Situs Nuklir Iran, Isfahan, Fordow dan Natanz luluh-lantah usai diserang AS. (Infografis/Akbar Permana/Tribunnews).

Berikut ini jejak sejarah hubungan AS-Iran sejak 1953:

(1953) Kudeta yang didukung AS dan pemulihan kekuasaan Shah

Ketegangan bermula dari upaya Perdana Menteri Iran yang dipilih secara demokratis, Mohammad Mosaddegh, untuk menasionalisasi Perusahaan Minyak Anglo-Iran (sekarang BP). 

Kekuatan kolonial Inggris mengendalikan saham mayoritas di perusahaan patungan tersebut sejak minyak ditemukan pada awal tahun 1900-an.

Langkah Mosaddegh untuk menasionalisasi perusahaan setelah pemilihannya tahun 1951 membuat Inggris marah.

Badan Intelijen Pusat AS mendukung Inggris dalam merancang kudeta dan mendukung raja yang pernah digulingkan, Pahlavi, untuk kembali berkuasa sebagai Shah.

(1957) Iran mendapatkan nuklir dari AS

Ambisi Shah untuk Iran terkait nuklir mendapat dukungan dari AS dan sekutu Barat lainnya. 

Kedua negara menandatangani perjanjian nuklir untuk penggunaan tenaga nuklir sipil sebagai bagian dari program Atoms for Peace yang digagas Presiden AS saat itu, Dwight D Eisenhower.

Satu dekade kemudian, AS memberi Iran reaktor nuklir dan uranium sebagai bahan bakarnya.

Kolaborasi nuklir tersebut menjadi dasar bagi masalah nuklir saat ini.

(1979) Revolusi Islam

Sementara hubungan antara Teheran dan AS berkembang pesat, rakyat Iran mengeluh di bawah kediktatoran  Mohammad Reza Pahlavi  dan menolak pengaruh Barat yang dianggap berlebihan terhadap bisnis mereka. 

Protes revolusioner mulai mengguncang negara itu pada akhir tahun 1978 dan memaksa Shah untuk melarikan diri pada bulan Januari 1979.

Ulama Islam yang diasingkan, Ayatollah Ruhollah Khomeini, kembali untuk memerintah republik Islam Iran yang baru.

(1980) AS memutuskan hubungan diplomatik

Setelah AS mengizinkan Shah untuk menjalani perawatan kanker dalam pengasingannya, mahasiswa Iran menerobos kedutaan AS di Teheran dan menculik 52 warga Amerika selama 444 hari.

AS memutuskan hubungan diplomatik dan menjatuhkan sanksi kepada negara tersebut.

Shah meninggal di pengasingan.

(1980-88) AS mendukung invasi Irak

Setelah invasi Irak ke Iran di bawah Saddam Hussein, yang ingin melawan ideologi Khomeini, AS memihak Irak, yang memperdalam ketegangan antara kedua negara.

Perang berlangsung hingga 1988 dan menyebabkan ribuan orang tewas di kedua belah pihak.

Irak juga menggunakan senjata kimia terhadap Iran.

(1984) Penunjukan sponsor teroris

Presiden AS Ronald Reagan secara resmi menunjuk Iran sebagai "negara sponsor teroris" setelah serangkaian serangan di Lebanon, setelah Israel menginvasi negara tersebut.

Dalam satu serangan di pangkalan militer di Beirut, 241 anggota angkatan bersenjata AS tewas.

AS menyalahkan Hizbullah, gerakan Syiah Lebanon yang didukung oleh Iran.

Namun kemudian, Reagan bekerja sama dengan Iran di balik layar untuk membebaskan sandera Amerika yang ditawan oleh Hizbullah.

Ketika terungkap, ini menjadi skandal besar bagi Reagan.

(1988) Pesawat Iran Air ditembak jatuh

Di tengah ketegangan perang dan bahkan serangan langsung terhadap kapal perang masing-masing di Teluk, sebuah kapal angkatan laut AS menerobos perairan Iran dan menembaki pesawat sipil Iran Air (IR655) yang menuju Dubai pada tanggal 8 Juli.

Semua 290 orang di dalamnya tewas.

AS mengklaim bahwa itu adalah sebuah kesalahan, tidak secara resmi meminta maaf atau mengaku bertanggung jawab, tetapi membayar keluarga korban sebesar $61,8 juta sebagai kompensasi.

(1995) Sanksi yang lebih ketat

Antara tahun 1995 dan 1996, AS memberlakukan lebih banyak sanksi. 

Kemudian, perintah eksekutif Presiden AS Bill Clinton melarang perusahaan-perusahaan AS bertransaksi dengan Iran.

Sementara Kongres AS meloloskan undang-undang yang menghukum entitas asing yang berinvestasi di sektor energi negara itu atau menjual senjata canggih kepada Iran.

AS mengutip kemajuan nuklir dan dukungan terhadap kelompok-kelompok seperti Hizbullah, Hamas, dan Jihad Islam Palestina.

(2002) Akibat 9/11

Setelah serangan menara kembar 9/11 di AS, Presiden George W Bush, dalam pidato kenegaraan mengatakan Iran adalah bagian dari “Poros Kejahatan” bersama Irak dan Korea Utara.

Saat itu, Iran erunding dengan AS di balik layar untuk menargetkan musuh bersama mereka – Taliban di Afghanistan dan al-Qaeda. 

Kerja sama itu memburuk dan pada akhir tahun 2022 dan Iran lalu dituduh terus memperkaya nuklirnya sehingga sanksi (embargo) terus dijatuhkan kepada negara itu.

(2013) Kesepakatan nuklir Iran

Antara tahun 2013 dan 2015, Presiden AS Barack Obama memulai perundingan tingkat tinggi dengan Iran.

Pada tahun 2015, Teheran menyetujui kesepakatan nuklir, yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang akan membatasi aktivitas nuklir Iran dengan imbalan pelonggaran sanksi.

Tiongkok, Rusia, Prancis, Jerman, Inggris, dan Uni Eropa juga merupakan pihak dalam kesepakatan yang membatasi pengayaan Iran pada 3,67 persen.

(2018) Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir

Di bawah masa jabatan pertama Donald Trump sebagai presiden, AS secara sepihak menarik diri dari kesepakatan tersebut pada tahun 2018 dan menjatuhkan sanksi terhadap Iran

Trump dan Israel telah mengkritik kesepakatan tersebut. Iran juga membatalkan komitmennya dan mulai memproduksi uranium yang diperkaya melampaui batas yang ditetapkan dalam kesepakatan tersebut.

(2020) Pemimpin Garda Revolusi Iran dibunuh

Selama masa jabatan pertama Trump, AS membunuh Jenderal Iran Qassem Soleimani, kepala Pasukan Quds elit dari Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, di Baghdad dalam serangan pesawat nirawak. 

Setahun sebelumnya, pemerintah telah menyebut Pasukan Quds sebagai organisasi "teroris". Iran menanggapi dengan serangan terhadap aset AS di Irak.

(2025) Trump Kirim Surat untuk Iran

Pada bulan Maret 2025, Trump mengirim surat kepada Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei yang mengusulkan negosiasi baru mengenai kesepakatan nuklir dengan batas waktu 60 hari.

Namun Khamenei menolak tawaran tersebut, dengan mengatakan bahwa AS tidak mencari negosiasi dengan Iran, melainkan memaksakan tuntutan kepadanya.

Pembicaraan dimulai secara tidak resmi di Oman dan Italia, dengan Muscat bertindak sebagai mediator.

Trump mengklaim timnya "sangat dekat" dengan kesepakatan setelah beberapa putaran pembicaraan dan memperingatkan Israel agar tidak melakukan serangan.

Teheran juga menyatakan optimisme tetapi bersikeras pada hak untuk memperkaya uranium – sebuah poin penting dalam pembicaraan tersebut.

Namun Israel mendadak melancarkan serangan di seluruh Iran sehari sebelum putaran keenam pembicaraan Iran-AS.

(2025) Serangan AS ke Iran

AS mengebom tiga fasilitas nuklir utama di Iran, dengan alasan masalah keamanan dan pertahanan Israel.

Sumber: Al Jazeera/AP

 

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan