Selasa, 2 September 2025

Konflik Iran Vs Israel

Menelisik Seberapa Dalam Intelijen Israel Menyusup ke Iran: Sudah Ada sejak Revolusi Iran 1979

Israel menggunakan kecerdasan manusia dan kecerdasan buatan (AI) secara bersamaan untuk melancarkan serangan terhadap Iran pada Juni 2025 ini.

RNTV/TangkapLayar
KONFLIK IRAN-ISRAEL - Asap hitam mengepul dari lokasi di sebuah fasilitas pengayaan nuklir Iran setelah diserang pesawat tempur Amerika Serikat (AS), Minggu (22/6/2025) dini hari. Seiring konflik Israel vs Iran memanas sejak Jumat (13/6/2025) lalu, timbul pertanyaan, seberapa dalam intelijen Israel menyusup ke Iran. 

TRIBUNNEWS.COM - Seiring konflik Israel vs Iran memanas sejak Jumat (13/6/2025) lalu, timbul pertanyaan, seberapa dalam intelijen Israel menyusup ke Iran.

Apalagi, Israel menargetkan para pemimpin militer Iran dan posisi mereka pada bulan ini berdasarkan operasi intelijen yang sudah dijalankan selama bertahun-tahun.

Dalam operasi yang disebut Operation Rising Lion itu, serangan yang menghancurkan infrastruktur pertahanan utama Iran dan menewaskan komandan militer dilakukan oleh badan intelijen Israel.

Adapun badan intelijen Israel diklaim telah menyusup ke sebagian besar aparat keamanan Iran.

Di Iran, sejumlah orang dilaporkan telah ditangkap dan dituduh menjadi mata-mata untuk Mossad, badan intelijen Israel, memberikan dukungan media untuk Israel, atau mengganggu opini publik.

Sementara itu, pemerintah Iran telah memerintahkan pejabat senior dan tim keamanan untuk tidak menggunakan ponsel yang terhubung ke internet.

Hal ini bertujuan menghindari peretasan data sensitif oleh Israel.

Dinas keamanan Iran juga meminta masyarakat untuk melaporkan setiap gedung yang mereka sewa kepada perusahaan atau individu dalam beberapa tahun terakhir.

Langkah-langkah ekstrem Iran ini dilakukan setelah timbulnya dugaan operasi intelijen Israel yang belum pernah terjadi sebelumnya dan memicu serangan terhadap negeri Persia tersebut.

Peran Signifikan

Badan intelijen Israel memainkan peran signifikan dalam awal serangan terhadap Iran pada bulan Juni 2025 ini.

Baca juga: Wakil Presiden AS JD Vance Klaim Iran Kini Tak Lagi Mampu Membuat Senjata Nuklir

Dalam sebuah wawancara, anggota senior komunitas intelijen Israel menyebut, mereka menggunakan kecerdasan manusia dan kecerdasan buatan (AI) secara bersamaan untuk melancarkan serangan tersebut.

Pada Selasa (17/6/2025), The Associated Press (AP) menerbitkan wawancara dengan 10 pejabat intelijen dan militer Israel yang mengetahui serangan tersebut.

"Serangan ini adalah puncak dari kerja keras Mossad selama bertahun-tahun untuk menargetkan program nuklir Iran," kata Sima Shine, mantan direktur penelitian Mossad, kepada AP.

Dalam artikel tersebut, dijelaskan bagaimana agen Israel dapat menyelundupkan serangkaian drone dan sistem rudal ke Iran, yang kemudian digunakan untuk menyerang sejumlah target yang ditentukan oleh model AI Amerika Serikat.

Model AI itu bekerja berdasarkan data yang diberikan oleh agen Israel di Iran, serta informasi yang diperoleh dari serangan sebelumnya.

Masih Berlangsung

Operasi intelijen Israel di Iran hingga saat ini diperkirakan masih terus berlangsung.

Menurut klaim Israel, lokasi dua perwira senior di pasukan Quds Iran, Saeed Izadi dan Behnam Shahryari, sudah dibidik oleh jaringan intelijennya.

Dua perwira tersebut tewas pada Sabtu (21/6/2025) akhir pekan lalu.

Pada Selasa (17/6/2025), Israel juga berhasil menemukan dan membunuh salah satu tokoh militer paling senior Iran, Mayor Jenderal Ali Shademani.

"Saya rasa orang-orang tidak menyadari betapa beraninya kita," kata spesialis intelijen militer Israel, Miri Eisin kepada The Observer di Inggris.

Ia menambahkan, target harus sepenuhnya menyingkirkan semua perangkat elektronik yang dapat terhubung ke internet untuk menghindari deteksi.

"Kebanyakan orang tidak melepaskan diri dari jaringan," katanya. "Kamu bisa menyerang siapa saja."

"Israel kemungkinan memiliki sekitar 30 hingga 40 sel yang beroperasi di dalam Iran," kata analis pertahanan Hamze Attar kepada Al Jazeera dari Luksemburg,

"Dengan sebagian besar dari mereka terdiri dari kolaborator, bukan agen resmi Israel, yang juga membuat Iran tampak lemah," katanya.

Hamze juga menggambarkan instruksi perakitan yang ditemukan pada perangkat keras yang disita oleh pihak berwenang.

"Beberapa dari sel-sel itu akan bertanggung jawab untuk menyelundupkan senjata dari Israel, yang lain untuk melakukan serangan, dan yang lainnya untuk pengumpulan intelijen," katanya.

Sudah Sejak Lama

Operasi intelijen Israel di dalam Iran bukanlah hal baru.

Menurut para analis, operasi yang dirancang untuk memantau, menyusup, menyabotase, dan melemahkan pertahanan Iran sudah ada sejak revolusi Iran tahun 1979.

Berbicara pada November 2024, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, Ali Larijani, mengakui luasnya operasi Israel di Iran.

"Masalah infiltrasi telah menjadi sangat serius dalam beberapa tahun terakhir," kata Ali kepada kantor berita ISNA.

"Telah terjadi beberapa contoh kelalaian selama bertahun-tahun," tambahnya.

Peledakan perangkat komunikasi yang digunakan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, pada September 2024 hanya mungkin terjadi setelah infiltrasi rantai pasokan kelompok tersebut oleh intelijen Israel

Demikian pula, pembunuhan pemimpinnya, Hassan Nasrallah, dilakukan setelah rincian lokasinya diperoleh oleh agen Israel.

Kelicikan serupa juga digunakan dalam pembunuhan terhadap kepala politik Hamas Ismael Haniyeh di Teheran pada Juli 2024.

Saat itu, sebuah alat peledak yang sudah ditempatkan di kediaman Ismael Haniyeh beberapa minggu sebelumnya diledakkan.

Dalam dua dekade terakhir, Israel telah membunuh sejumlah ilmuwan nuklir Iran, termasuk Mohsen Fakhrizadeh, yang tewas akibat senjata yang dikendalikan dari jarak jauh yang dipasang di bagian belakang mobil pick-up. 

Israel juga bertanggung jawab atas penyebaran virus komputer Stuxnet pada 2010, yang diperkirakan telah menginfeksi 30.000 komputer di sedikitnya 14 fasilitas nuklir di Iran.

Iran Juga Memata-matai Israel

Aktivitas intelijen tidak berlaku sepiha, Iran juga memata-matai Israel.

Pada akhir Oktober 2024, badan keamanan internal Israel, Shin Bet, mengumumkan penangkapan tujuh warga negara Israel atas dugaan mata-mata untuk Iran.

Selain itu, ada kelompok lain yang terdiri dari tujuh orang di Haifa, dengan tuduhan membantu Kementerian Intelijen Iran selama masa perang.

Sumber kepolisian Israel mengindikasikan, jaringan rahasia tambahan yang terkait dengan Iran mungkin aktif di negara tersebut.

Kenapa Malah Banyak Orang yang Tahu?

Aktivitas intelijen memang bersifat sangat rahasia, tetapi malah publik juga bisa tahu keberadaannnya.

Sebab, menurut analis, publisitas juga dapat menjadi alat yang ampuh dalam perangkat badan intelijen.

Memublikasikan sejauh mana infrastruktur keamanan negara lawan dapat disusupi dan disabotase akan merusak psikologis negara tersebut.

"Ini perang psikologis," kata Hamze Attar. 

"Jika saya terus mengatakan bahwa saya telah membobol rumahmu dan kamu terus menyangkalnya, lalu saya memberikan bukti telah melakukannya, bagaimana sikapmu? Kamu terlihat lemah. Israel akan terus bangga soal sejauh mana infiltrasi mereka, dengan harapan Iran akan menyangkalnya, lalu mereka akan memberikan bukti lebih lanjut," tandasnya.

Diolah dari Al Jazeera

(Tribunnews.com/Rizki A.)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan