Kamis, 28 Agustus 2025

Mempelai Wanita Protes Mahar Tak Sesuai, Pilih Tanpa Riasan dan Bersandal Jepit Saat akan Menikah

Reaksi sang pengantin wanita pun memicu perdebatan luas, tidak hanya soal mahar, tetapi juga makna cinta, penghormatan, hingga relasi antarkeluarga

Editor: Eko Sutriyanto
SANOOK.COM
PENGANTIN PROTES: Ilustrasi pernikahan. Pengantin Wanita memakai pakaian tak lazim, mengenakan kaos oblong, celana pendek, dan sandal jepit saat akad nikah karena mahar yang diberi mempelai pria tak sesuai dengan kesepakatan, Selasa (24/6/2025) 

TRIBUNNEWS.COM, TIONGKOK - Pernikahan tradisional di Tiongkok seharusnya menjadi momen sakral dan membahagiakan berubah menjadi sorotan publik.

Pasalnya,  pengantin wanita memilih tampil dengan kaos oblong, celana pendek, dan sandal jepit saat prosesi akad nikah.

Aksi tak biasa itu ternyata merupakan bentuk protes terhadap ketidaksesuaian mahar yang diberikan pihak mempelai pria.

Disebut-sebut mahar yang diberikan jauh dari jumlah yang disepakati sebelumnya.

Reaksi sang pengantin wanita pun memicu perdebatan luas, tidak hanya soal mahar, tetapi juga tentang makna cinta, penghormatan, hingga relasi antarkeluarga.

Aksi Protes yang Direncanakan

Dilansir dari Sanook.com, peristiwa ini bermula dari ketegangan di balik layar antara dua keluarga.

Calon mempelai wanita semula mengenakan gaun pernikahan lengkap.

Namun, setelah tiba di rumah mempelai pria, ia meminta izin untuk ke kamar mandi dan kembali dengan pakaian santai tanpa riasan dan hanya memakai sandal jepit.

Baca juga: Masuk Usia 30, Yuki Kato Pilih Fokus Kejar Impian Bukan Status Pernikahan

Penampilannya tentu mengejutkan tamu undangan.

Upaya pembawa acara dan keluarga pria untuk membujuknya kembali mengenakan busana resmi ditolak mentah-mentah.

"Apa lagi? Siapa pun yang membuatku tidak bahagia, orang itu juga tak pantas bahagia!" katanya.

Belakangan, terungkap bahwa aksi ini telah direncanakan bersama ibunya.

Ini sebagai  bentuk balasan terhadap keluarga pria yang dinilai telah mempermalukan mereka lebih dulu dengan tidak memenuhi kesepakatan mahar.

Ketegangan Laten: Mahar, Harga Diri, dan Kesenjangan

Kasus ini membuka kembali perdebatan klasik seputar praktik mahar dalam budaya pernikahan tradisional.

Bagi sebagian pihak, mahar bukan sekadar simbol pemberian, tetapi bentuk penghormatan terhadap keluarga mempelai wanita. Ketika jumlahnya dinilai tidak layak, maka yang terluka bukan hanya materi—tetapi harga diri.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan