Konflik Iran Vs Israel
3 Pelajaran yang Diambil Iran Selama Perang dengan Israel dan Amerika
Menurut pakar, Iran dapat mengambil 3 pelajaran dari perang 12 harinya melawan Israel, yang disokong oleh AS.
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Sri Juliati
TRIBUNNEWS.COM – Setelah saling melancarkan serangan udara selama 12 hari, Israel dan Iran akhirnya sepakat untuk melakukan gencatan senjata.
Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata total dan menyeluruh pada Selasa (24/6/2025) pagi.
Konflik ini bermula pada 13 Juni 2025, ketika Israel melancarkan serangan terhadap Iran dengan dalih ingin mencegah Teheran mengembangkan senjata nuklir.
Israel menargetkan fasilitas nuklir dan militer Iran, menewaskan sejumlah tokoh keamanan, intelijen, militer terkemuka, serta ilmuwan nuklir.
Iran, yang menyangkal tengah berusaha membuat senjata nuklir, membalas dengan serangan rudal balistik ke sejumlah kota di Israel.
Setidaknya 439 warga Iran dan 28 warga Israel dilaporkan tewas.
Meski mengalami kerugian besar, Iran memperoleh sejumlah pelajaran penting dari konflik ini, baik terkait kemampuan nuklir dan militernya, maupun stabilitas domestik Republik Islam itu sendiri.
Mengutip Middle East Eye, berikut tiga pelajaran yang dipetik Iran selama konfrontasinya dengan Israel dan Amerika Serikat.
1. Pemikiran Ulang Strategi Nuklir

Menurut Mohammad Eslami, pakar proliferasi senjata konvensional dan nonkonvensional di Timur Tengah, tidak diragukan lagi bahwa program nuklir Iran mengalami kemunduran.
“Serangan presisi Israel merusak komponen utama infrastruktur nuklir Iran,” ujar Eslami kepada Middle East Eye, merujuk pada serangan terhadap reaktor air berat di Arak, fasilitas pengayaan uranium di Natanz dan Fordow, serta laboratorium penelitian di Isfahan.
“Situs-situs ini mencerminkan puluhan tahun akumulasi upaya teknis dan pengetahuan kelembagaan,” lanjutnya.
Tingkat kerusakan akibat serangan Israel dan Amerika belum sepenuhnya diketahui.
Baca juga: CIA Sebut Fasilitas Nuklir Iran Rusak Berat, Mossad Ucap Terima Kasih, Ada Kerjasama dengan Israel
Otoritas Iran kini tengah menilai skala kehancuran.
Tidak ada laporan kebocoran radiasi dari situs-situs yang diserang, namun beberapa ilmuwan nuklir Iran tewas dalam serangan tersebut.
“Membangun infrastruktur adalah satu hal; membangun kembali generasi ilmuwan lokal yang menguasai fisika nuklir, teknik, dan desain sentrifugal jauh lebih sulit,” ujar Eslami.
Konflik ini memberi Iran gambaran baru mengenai pendekatan diplomasi nuklir ke depan.
Hingga saat ini, intelijen AS menilai Iran belum secara aktif mengembangkan senjata nuklir, dan masih memerlukan waktu bertahun-tahun jika ingin memproduksinya.
Sebagai anggota Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT), Iran menegaskan haknya untuk memperkaya uranium untuk tujuan damai.
Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, bahkan pernah mengeluarkan fatwa bahwa Iran tidak boleh mengembangkan senjata nuklir.
Namun, dalam beberapa hari terakhir, unjuk rasa di Iran menyerukan agar negara tersebut segera memperoleh senjata nuklir sebagai bentuk pencegahan.
“Memiliki infrastruktur nuklir tanpa pencegah yang kredibel membuatnya rentan terhadap serangan presisi tinggi,” kata Eslami.
Ia menambahkan bahwa meskipun Iran bersikukuh pada haknya atas program nuklir sipil, pendekatan itu tetap membuka kemungkinan konfrontasi.
“Satu pelajaran penting bagi Iran adalah bahwa ambiguitas strategis, tidak mengonfirmasi maupun menyangkal kemampuan nuklir, mungkin menjadi pendekatan yang lebih berkelanjutan,” imbuhnya.
Strategi tersebut menyerupai pendekatan Israel, yang hingga kini tidak pernah secara terbuka mengakui memiliki senjata nuklir. Israel sendiri bukan pihak dalam NPT.
Iran sempat mengancam akan keluar dari NPT selama konflik berlangsung.
Parlemen Iran bahkan memilih untuk menangguhkan kerja sama dengan IAEA pada hari Selasa (24/6/2025), sebuah indikasi bahwa Teheran serius mempertimbangkan ulang pendekatan diplomasi nuklirnya.
Baca juga: Intelijen AS: Program Nuklir Iran Masih Utuh dan Aktif, Serangan Gagal Hentikan Pengayaan Uranium
RUU tersebut, yang masih harus disahkan Dewan Wali Iran, menetapkan bahwa setiap inspeksi IAEA di masa depan harus mendapat persetujuan dari pejabat keamanan senior Iran.
2. Militer Iran Mampu Bertahan dan Membalas
Iran juga mengalami kerusakan signifikan pada infrastruktur militernya. Peluncur rudal dan instalasi pertahanan diserang langsung oleh Israel.
Iran kemungkinan besar telah menghabiskan sebagian besar persediaan rudal balistiknya dan kini perlu melakukan penggantian.
“Walau menderita kerugian, program rudal Iran meninggalkan kesan kuat. Rudal-rudalnya berulang kali menembus sistem pertahanan udara Israel dan sekutu-sekutunya, dan menghantam target militer maupun sipil,” ujar Eslami.
“Iran menunjukkan bahwa mereka tak hanya mampu bertahan, tetapi juga membalas secara signifikan. Hal ini memperkuat statusnya sebagai kekuatan militer regional.”
Serangan ke kota-kota seperti Tel Aviv dan Haifa mengakibatkan kerusakan besar, menghancurkan gedung apartemen dan infrastruktur penting.
Selama dua tahun terakhir, Israel telah menghadapi serangan dari Hamas, Hizbullah, dan Houthi, tetapi tak satu pun menimbulkan dampak lintas batas sebesar konflik terbaru dengan Iran.
Ali Rizk, analis politik dan keamanan asal Lebanon, menyatakan bahwa Iran menunjukkan kepada sekutunya sejauh mana mereka bersedia terlibat langsung dalam konflik.
“Iran bahkan tak tinggal diam terhadap serangan AS,” ujar Rizk kepada Middle East Eye, merujuk pada serangan Iran terhadap pangkalan militer Al-Udeid milik AS di Qatar, Senin lalu.
“Meskipun simbolis, serangan itu menunjukkan bahwa Iran bersikeras membalas. Ini mempertegas kepada sekutu mereka bahwa Iran tak segan untuk bertindak.”
3. Perang Memperkuat Dukungan Rakyat Iran

Di luar aspek nuklir dan militer, muncul pertanyaan lain selama dua minggu konflik: apakah Iran akan bertahan hingga akhir perang?
Baik Israel maupun AS memberi sinyal bahwa perubahan rezim menjadi salah satu tujuan konflik, selain membatasi ambisi nuklir Iran.
Namun pada kenyataannya, tidak ada demo besar-besaran untuk mencoba menggulingkan pemerintah Iran.
“Salah satu kesimpulan terpenting: AS tidak berniat mendorong perubahan rezim di Iran,” kata Rizk. “Mereka menilai itu terlalu berisiko.”
Baca juga: Sosok 4 Calon Pengganti Ali Khamenei, Ada Anak hingga Tokoh Intelijen Iran
Padahal Iran tengah menghadapi tekanan global, dengan jatuhnya rezim Bashar al-Assad di Suriah serta melemahnya Hizbullah dalam konflik dengan Israel.
Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu gagal membujuk AS untuk membantu menggulingkan Republik Islam.
Rizk berpendapat bahwa perang justru memberi efek sebaliknya: membantu menggalang dukungan rakyat terhadap pemimpin Iran.
“Mereka yang sebelumnya tidak menganggap Israel sebagai musuh, kini melihatnya demikian. Bahkan warga yang tadinya tidak mendukung pemerintah [Iran], kini cenderung berpihak pada negaranya,” ujarnya.
“Ini justru menjadi kesalahan strategis besar Netanyahu.”
Pada Selasa malam, warga Iran bahkan turun ke jalan di Teheran dan kota-kota lain untuk merayakan "kemenangan".
Mengutip PressTV, warga berterima kasih kepada angkatan bersenjata Iran karena dengan gagah berani melawan agresi Israel dan Amerika dan memaksa mereka untuk secara sepihak menyatakan gencatan senjata setelah 12 hari perang.
Sekelompok besar orang berkumpul di Lapangan Enqelab Teheran, menyampaikan rasa terima kasih atas upaya angkatan bersenjata dalam menghadapi dan menanggapi agresi Israel dan AS di wilayah Iran.
Para demonstran—termasuk pria, wanita, dan anak-anak dari semua lapisan masyarakat—mengibarkan bendera Iran, memegang potret Pemimpin Revolusi Islam, Ayatollah Ali Khamenei, dan para martir, serta membawa plakat tulisan tangan seperti "Kami akan berdiri teguh sampai akhir".
"Amerika terlibat dalam semua kejahatan rezim Zionis," "Tidak untuk perdamaian yang dipaksakan, ya untuk perdamaian abadi," dan "Labbayk Ya Khamenei", demikian bunyi poster tersebut.
Para demonstran juga meneriakkan “Tidak ada kompromi, tidak ada penyerahan diri, bertempurlah dengan Amerika,” “Matilah Amerika,” dan “Matilah Israel yang membunuh anak-anak,” menegaskan kembali dukungan mereka terhadap angkatan bersenjata dan menekankan persatuan nasional negara tersebut di bawah Pemimpin Revolusi Islam.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)
Sumber: TribunSolo.com
Iran
Israel
Amerika Serikat
Konflik Iran vs Israel
Perang Iran-Israel
Amerika Serang Iran
Trump Bantu Israel
Konflik Iran Vs Israel
Israel dan Iran Jauh dari Kata Damai, Perang Bayangan Sengit Intelijen hingga Serangan Siber |
---|
Mossad Israel Sukses Rekrut 'Orang Dalam' Nuklir Iran, Teheran Eksekusi Gantung Rouzbeh Vadi |
---|
Iran Bentuk Badan Baru di Era Perang Lawan Israel: Apa Itu Dewan Pertahanan Nasional? |
---|
Termasuk Alamat Rumah, Iran Klaim Punya Profil Lengkap Para Pilot Israel yang Ikut Perang |
---|
Iran Buka Suara Soal Operasi Rahasia, Bantah Incar Warga Sendiri di Eropa dan Amerika |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.