Konflik Iran Vs Israel
Kisah dan Ungkapan Hati Warga Kembali Ke Teheran Setelah Perang 12 Hari Iran dan Israel 'Berakhir'
Sejumlah warga sipil yang mengungsi selama perang terbuka 12 hari antara Iran dan Israel dilaporkan mulai kembali ke Ibu Kota Iran, Teheran.
Penulis:
Gita Irawan
Editor:
Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sejumlah warga sipil yang mengungsi selama perang terbuka 12 hari antara Iran dan Israel dilaporkan mulai kembali ke Ibu Kota Iran, Teheran.
Dilansir dari Aljazeera, jalan raya menuju Teheran kembali ramai dipenuhi mobil yang membawa keluarga, koper, dan harapan rumah dalam kondisi aman.
Setelah 12 hari perang yang menewaskan lebih dari 600 warga Iran dan membuat ratusan ribu orang mengungsi dari Teheran, gencatan senjata yang diumumkan pada Selasa (24/6/2025) lalu telah mulai menarik kembali penduduk ke kota yang masih terluka oleh serangan udara Israel.
Berikut ini kisah-kisah dan ungkapan hati para warga Teheran yang kembali setelah mengungsi dari kecamuk perang tersebut dirangkum dari Aljazeera.
Seorang desainer grafis berusia 33 tahun yang menghabiskan hampir dua minggu berlindung bersama suaminya di rumah kerabat mereka di Zanjan atau sekitar 286 kilometer (177 mil) di barat laut Teheran, Nika, mengungkapkan perasaannya.
Baca juga: Pemimpin Tertinggi Iran Ali Khamenei Sebut Trump Terlalu Lebay Membela Israel: Takut Zionis Hancur
Nika kembali ke flat dua kamar tidurnya di Teheran segera setelah gencatan senjata diumumkan.
"Setelah 11 hari tinggal di tempat yang tidak ada tanda-tanda perang, tetapi juga bukan rumah, tidak ada privasi, tidak ada ketenangan pikiran. Kembali ke rumah saya sendiri terasa seperti surga,” kata Nika dilansir dari Aljazeera, Kamis (26/6/2025).
"Setelah bertahun-tahun terbiasa dengan kesunyian di rumah saya sendiri, menjalani hidup bersama 11 orang lain di lingkungan yang tidak pernah tenang sangatlah sulit," katanya.
Baca juga: 3 Kegagalan Israel dalam Perang Lawan Iran meski Dibantu AS, Zionis Alami ‘Gempa Geopolitik’
Ia mengaku tidak tahu apakah gencatan senjata tersebut akan bertahan atau tidak.
Namun, ia mengaku tidak ingin meninggalkan lagi rumahnya.
"Saya tidak tahu apakah gencatan senjata ini akan bertahan atau tidak. Namun, meskipun tidak, saya rasa saya tidak ingin meninggalkan rumah saya lagi," ungkap dia.
Seorang mahasiswa berusia 26 tahun, Saba, mengaku memiliki kehidupan yang sangat sibuk sebelum perang terjadi.
Selain tinggal dan memiliki pekerjaan penuh waktu di Teheran, ia juga harus kuliah, dan mengurus semua pekerjaan rumah tangga.
"Ketika perang dimulai, selama beberapa hari, saya tidak percaya rutinitas ini akan terhenti. Saya masih pergi bekerja, pergi berbelanja, atau ke kafe. Namun, pada titik tertentu, Anda tidak dapat menyangkal kenyataan lagi. Kehidupan terhenti," ungkapnya.

Pada hari kelima, perang memaksanya pergi meninggalkan Teheran.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.