Pendaki Tewas di Gunung Rinjani
4 Hal yang Membuat Netizen Brasil Marah soal Kematian Juliana Marins di Gunung Rinjani
Tewasnya Juliana Marins, seorang turis Brasil setelah jatuh dari tebing di Gunung Rinjani mengundang reaksi kemarahan netizen Brazil.
Penulis:
Wahyu Gilang Putranto
Editor:
Tiara Shelavie
Penyebab kematian, menurut dokter forensik tersebut, adalah benturan keras yang menyebabkan kerusakan pada organ dalam dan pendarahan.
Menurut dokter yang melakukan autopsi, Juliana kemungkinan masih bertahan hidup setidaknya selama empat hari setelah terjatuh pertama kali.
Namun, dokter menekankan sangat sulit untuk memastikan waktu kematian secara tepat karena sejumlah faktor, seperti cara jenazah dipindahkan, yang memakan waktu berjam-jam, serta faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban.
4. Pemerintah Brasil dan Indonesia Dituding Kurang Tanggung Jawab
Sementara itu kritik juga disampaikan pihak keluarga kepada pemerintah Indonesia dan Brasil.
Dilansir people.com, ayah Juliana Marins, Manoel Marins, mengkritik Pemerintah Brasil yang dinilai tidak responsif
Sebelumnya, Manoel mengatakan bahwa pihak kedutaan tidak memberikan dukungan apa pun kepada keluarga.
“Pemerintah Brasil, yang telah kami coba hubungi, juga tidak membantu kami,” ujar Marins kepada TV Globo, seperti dikutip The Daily Beast dan Newsweek.
“Ini sangat menyedihkan dan sungguh serius. Dia adalah seorang gadis berusia 26 tahun, warga negara Brasil, dan tidak ada—kecuali keluarga dan teman—yang peduli.”
Keluarga Juliana juga menuduh bahwa Tim SAR di Indonesia memanipulasi video penyelamatan, serta memberikan klaim yang menyesatkan bahwa Juliana telah diberikan makanan dan air, menurut laporan The Daily Beast.
“Pemerintah Indonesia berbohong, dan kedutaan tidak memverifikasi fakta sebelum memberi informasi kepada kami,” kata saudara perempuan Juliana, Marianna. “Dia tidak menerima pasokan bantuan apa pun.”
Pemicu kemarahan signifikan lainnya adalah sikap awal pemerintah Brasil mengenai biaya repatriasi jenazah Juliana, yang kemudian berubah secara drastis di bawah tekanan publik.
Awalnya, Kementerian Luar Negeri Brasil (Itamaraty) menyatakan bahwa tanggung jawab dan biaya repatriasi jenazah warga negara Brasil yang meninggal di luar negeri berada pada keluarga.
Mereka mengutip undang-undang Brasil yang ada yang "secara tegas melarang" penggunaan dana publik untuk layanan semacam itu.
Tetapi, Presiden Brasil, Lula menyatakan pada Kamis sore bahwa ia telah memerintahkan pemulangan jenazah Juliana Marins, sebagaimana dilansir CNN Brasil.
Di media sosial, Lula menyampaikan bahwa ia berbicara dengan ayah Juliana, Manoel Marins, “untuk menyampaikan solidaritas di saat penuh duka ini”.
Pihak yang dekat dengan presiden mengatakan kepada CNN bahwa undang-undang yang mengatur bantuan konsuler memiliki celah hukum yang memungkinkan dilakukannya pemulangan jenazah, dan bahwa hal ini merupakan keputusan Presiden Lula.
(Tribunnews.com/Gilang P)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.