Selasa, 26 Agustus 2025

Konflik Iran Vs Israel

Iran Umumkan Buka Kembali Wilayah Udaranya setelah Perang dengan Israel, Simak Bandara yang Dibuka

Setelah memutuskan menutup wilayah udaranya pada 13 Juni 2025 karena perang dengan Israel, kini Iran kembali membukanya.

Penulis: Nuryanti
Tangkap layar situs distance.to
PETA ISRAEL-IRAN - Tangkap layar situs distance.to yang diambil pada 16 Juni 2025, memperlihatkan peta antara Israel dan Iran. Setelah menutup wilayah udaranya pada 13 Juni 2025 karena perang dengan Israel, kini Iran kembali membukanya. 

TRIBUNNEWS.COM - Iran mengumumkan mereka telah membuka kembali wilayah udaranya, termasuk di atas Teheran, Kamis (3/7/2025).

Iran sebelumnya menutup wilayah udaranya pada 13 Juni 2025, karena perang dengan Israel.

Menurut laporan kantor berita resmi IRNA, terdapat sejumlah bandara yang kembali dibuka.

“Bandara internasional Mehrabad dan Imam Khomeini di Teheran, serta bandara-bandara di utara, timur, barat, dan selatan negara itu, telah dibuka kembali dan siap untuk mengoperasikan penerbangan,” lapor IRNA, Kamis.

Penerbangan domestik dan internasional dari semua bandara di seluruh negeri, kecuali yang di Isfahan dan Tabriz, akan beroperasi antara pukul 05.00 dan 18.00 waktu setempat.

Penerbangan dari kota-kota tersebut akan dilanjutkan segera setelah infrastruktur yang diperlukan tersedia.

Iran diketahui menutup wilayah udaranya sepenuhnya bulan lalu setelah Israel melancarkan gelombang serangan udara, yang memicu Iran membalas dengan menembakkan rudal.

Gencatan senjata yang ditengahi Amerika Serikat (AS) antara kedua musuh mulai berlaku pada 24 Juni 2025.

Kini negara tersebut telah membuka kembali wilayah udara di Iran timur dan memperluas akses untuk penerbangan internasional menyusul gencatan senjata.

AS Sanksi Iran

Sementara itu, pada Kamis, Amerika Serikat (AS) mengeluarkan gelombang sanksi baru terhadap ekspor minyak Iran, sejak gencatan senjata antara Israel dan Iran mulai berlaku bulan lalu.

Di antara mereka yang menjadi sasaran sanksi adalah pengusaha Irak, Salim Ahmed Said, dan perusahaannya yang berbasis di Uni Emirat Arab, yang dituduh AS menyelundupkan minyak Iran dengan mencampurnya dengan minyak Irak, kata laporan Al Jazeera.

Baca juga: Iran Anggap Remeh Serangan AS ke Fasilitas Nuklirnya: Bom Tak Bisa Hilangkan Industri Nuklir Kami

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Departemen Keuangan akan terus menargetkan sumber pendapatan Teheran dan mengintensifkan tekanan ekonomi untuk mengganggu akses rezim tersebut ke sumber daya keuangan yang memicu kegiatan destabilisasinya."

Di sisi lain, Pentagon dalam penilaian baru-baru ini mengatakan, kemampuan Iran untuk membangun senjata nuklir menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklirnya tinggal "mendekati dua tahun" lagi.

Ketika ditanya apa yang mungkin ditunjukkan oleh intelijen terbaru, Sean Parnell, juru bicara utama Pentagon, mengatakan kepada wartawan dalam pengarahan Pentagon, sikap pemerintah tidak berubah bahwa situs nuklir Iran "hancur total," lapor ABC News.

Iran telah terlibat dalam "negosiasi tidak langsung" dengan Amerika Serikat mengenai program nuklirnya, serta sanksi AS dan internasional terhadap Teheran ketika Israel menyerang.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan