Rabu, 24 September 2025

Konflik Korea

Korea Utara Tutup Pintu Dialog, Upaya Damai Presiden Baru Korsel Ditolak

Korea Utara secara terbuka menolak tawaran dialog dari Presiden Korea Selatan yang baru, Lee Jae-myung.

Tangkapan layar YouTube Arirang News
KIM YO JONG - Tangkapan layar YouTube Arirang News yang diambil pada Senin (28/7/2025). Pemimpin Korea Utara yang berpengaruh mengatakan rezim tersebut tidak tertarik untuk berdialog dengan Korea Selatan 

Ia bahkan menyatakan bahwa hubungan antar-Korea semakin tidak sejalan secara prinsip.

"Hubungan DPRK-ROK telah melampaui zona waktu konsep homogen," ujarnya, menggunakan akronim resmi Korea Utara.

Presiden Lee, yang berasal dari Partai Demokrat berhaluan kiri, memang dikenal lebih mendukung dialog dan pendekatan lunak terhadap Korea Utara

Presiden Lee, yang menjabat bulan lalu setelah pendahulunya Yoon Suk-yeol dicopot dari jabatannya melalui deklarasi darurat militer sementara, datang dengan harapan untuk memperbaiki hubungan yang membeku di bawah pemerintahan sebelumnya. 

Partai Demokrat yang condong ke kiri milik Lee dan para pendahulunya secara tradisional lebih menyukai hubungan yang lebih dekat dengan Korea Utara, berbeda dengan Partai Kekuatan Rakyat yang konservatif. 

Namun, penolakan tegas dari Kim Yo Jong menunjukkan bahwa perbedaan ideologi di Seoul tidak cukup untuk mengubah pandangan fundamental Pyongyang terhadap hubungan antar-Korea.

Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan

Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan retak berawal dari pembagian Semenanjung Korea usai Perang Dunia II, kedua negara ini lahir dari ideologi yang saling bertolak belakang.

Korea Selatan (Republik Korea) didukung Amerika Serikat dan negara-negara Barat, sementara Korea Utara (Republik Rakyat Demokratik Korea) didukung Uni Soviet dan China.

Perang Korea dan Gencatan Senjata (1950–1953)

Pada 25 Juni 1950, Korea Utara melancarkan invasi ke Korea Selatan, memicu pecahnya Perang Korea. 

Konflik ini berlangsung selama tiga tahun dan menewaskan jutaan orang, baik dari militer maupun warga sipil. 

Perang berakhir pada 27 Juli 1953 dengan penandatanganan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. 

Ini berarti kedua negara secara teknis masih berperang hingga hari ini. 

Garis Demiliterisasi (DMZ) dibentuk sebagai pemisah antara keduanya, namun tidak mengakhiri permusuhan.

Periode Konfrontasi dan Ketegangan

Dekade-dekade setelah perang diwarnai dengan berbagai insiden militer, spionase, dan retorika keras dari kedua pihak. 

Korea Utara berkali-kali melakukan penyusupan dan serangan ke Selatan, sementara Korea Selatan memperkuat aliansinya dengan Amerika Serikat. 

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan