Jumat, 15 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

7 Fakta Jurnalis Al Jazeera Anas al-Sharif dan Timnya Tewas dalam Serangan Israel: Tinggalkan Wasiat

Inilah 7 fakta atas meninggalnya jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif dan timnya dalam serangan udara Israel di Gaza.

Penulis: Tiara Shelavie
Editor: Endra Kurniawan
Tangkap layar YouTube Al Jazeera English
ISRAEL BUNUH JURNALIS - Tangkap layar YouTube Al Jazeera English pada 11 Agustus 2025, memperlihatkan dokumentasi saat Anas al-Sharif meliput perang di Gaza. Inilah 7 fakta atas meninggalnya jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif dan timnya dalam serangan udara Israel di Gaza pada Minggu, 10 Agustus 2025. 

Aku juga menitipkan pendamping hidupku, istriku tercinta, Umm Salah (Bayan), yang telah dipisahkan dariku oleh perang selama berhari-hari dan berbulan-bulan. Namun ia tetap setia pada ikatan kami, seteguh batang pohon zaitun yang tak goyah—bersabar, bertawakal kepada Allah, dan memikul tanggung jawab saat aku tiada dengan segenap kekuatan dan keyakinannya.

Aku memohon padamu untuk mendampingi mereka, menjadi penopang mereka setelah Allah Yang Maha Tinggi. Jika aku mati, maka aku mati dengan teguh pada prinsipku. Aku bersaksi di hadapan Allah bahwa aku ridha dengan ketetapan-Nya, yakin akan bertemu dengan-Nya, dan yakin bahwa apa yang ada di sisi Allah lebih baik dan kekal.

Ya Allah, terimalah aku di antara para syuhada, ampunilah dosa-dosaku yang telah lalu maupun yang akan datang, dan jadikanlah darahku cahaya yang menerangi jalan kebebasan bagi umatku dan keluargaku. Ampunilah aku jika aku pernah lalai, dan doakanlah aku dengan penuh kasih sayang, karena aku telah menepati janjiku dan tidak pernah mengkhianatinya.

Jangan lupakan Gaza… Dan jangan lupakan aku dalam doa-doa tulusmu untuk ampunan dan penerimaan.

Anas Jamal Al-Sharif
06.04.2025

6. Respons atas Kematian Anas

  • Dari Sesama Jurnalis Palestina

Taghreed el-Khodary, jurnalis Palestina, mengatakan pembunuhan ini merupakan upaya Israel untuk mengintimidasi wartawan lain di Gaza.

Menurutnya, banyak jurnalis di lapangan menerima telepon dari tentara Israel agar menghentikan liputan.

“Berita di sini adalah tentang menghentikan narasi Palestina. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, narasi Palestina muncul sangat kuat,” ujarnya kepada Al Jazeera dari Kairo.

“Dengan membunuh jurnalis, mereka menakut-nakuti orang lain untuk meliput.”

  • Anggota Kongres AS

Pramila Jayapal, anggota Kongres AS, mengatakan Amerika Serikat harus berhenti menyediakan senjata kepada Israel.

Menurutnya, militer Israel telah menewaskan lebih dari 200 jurnalis dan pekerja media.

Jayapal bergabung dengan rekan sesama Demokrat, Rashida Tlaib, untuk mendorong pembatasan penjualan senjata AS ke Israel, termasuk melalui RUU yang mereka ajukan pada April lalu.

  • Organisasi Masyarakat

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) turut mengecam pembunuhan tersebut.

CAIR adalah organisasi advokasi dan hak sipil Muslim terbesar di Amerika Serikat, yang bertujuan untuk melindungi hak-hak Muslim Amerika, melawan diskriminasi, dan mendorong pemahaman yang lebih baik tentang Islam di masyarakat luas.

"Kampanye pembunuhan terarah yang sedang berlangsung oleh Israel terhadap jurnalis Palestina adalah kejahatan perang, sesederhana itu," ujar Direktur Eksekutif Nasional CAIR, Nihad Awad, dalam sebuah pernyataan.

"Pembunuhan para jurnalis Al Jazeera ini bukanlah kecelakaan atau kerusakan tambahan – ini adalah bagian dari kebijakan yang konsisten dan terdokumentasi untuk membungkam suara media dan menyembunyikan kebenaran genosida yang dilakukan oleh Israel di Gaza," kata Awad.

7. Berapa Banyak Jurnalis yang Dibunuh Israel?

Menurut kantor media pemerintah Gaza yang dikutip The Guardian, Israel telah menewaskan 237 jurnalis sejak perang dimulai pada 7 Oktober 2023.

Israel tidak mengizinkan jurnalis asing masuk ke Gaza dan kerap menargetkan jurnalis lokal.

Konflik Israel-Hamas di Gaza

Perang Israel di Gaza telah menewaskan setidaknya 61.430 orang dan melukai 153.213 orang, mengutip Al Jazeera.

Diperkirakan 1.139 orang tewas di Israel selama serangan 7 Oktober 2023, dan lebih dari 200 orang ditawan.

Mengutip situs UNICEF, situasi di Gaza dan Israel sangat kompleks dan telah berlangsung sejak pertengahan abad ke-20.

Pada dasarnya, ada dua kelompok orang yang bertikai, yakni orang Israel (yang sebagian besar tinggal di Israel) dan orang Palestina (yang sebagian besar tinggal di Jalur Gaza dan wilayah lain yang dikenal sebagai Tepi Barat).

Baik orang Israel maupun Palestina memiliki ikatan yang sangat kuat dengan tanah tersebut. 

Mereka telah mencoba membuat kesepakatan untuk membagi tanah, tetapi kesepakatan tersebut gagal, dan pertikaian kembali terjadi tentang siapa yang berhak tinggal di mana.

Pada tanggal 7 Oktober 2023, terjadi serangan mendadak terhadap Israel oleh kelompok bernama Hamas. 

Mereka berasal dari wilayah yang dikenal sebagai Jalur Gaza, dan banyak orang tewas atau terluka. 

Sebagai balasannya, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Jalur Gaza, menewaskan dan melukai ribuan orang serta menghancurkan bangunan.

Serangan ini adalah babak baru dalam konflik yang telah berlangsung selama beberapa dekade.

Para pemimpin dunia dan organisasi kemanusiaan telah menyerukan diakhirinya pertempuran dan solusi damai.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan