Konflik Palestina Vs Israel
AS Blokir Akses Visa Warga Gaza, Tuding Ada Kaitan dengan Hamas
AS tangguhkan penerbitan visa kunjungan bagi warga Gaza, buntut dugaan keterkaitan organisasi fasilitator visa dengan kelompok teroris Hamas
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Sri Juliati
Sikap yang dianggap minim transparansi ini langsung memicu gelombang kritik dari organisasi kemanusiaan dan kelompok pro-Palestina.
Salah satu kritik keras datang dari Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR).
Mereka menilai larangan visa ini sebagai kebijakan kejam sekaligus ironis, mengingat banyak anak-anak Gaza yang justru menjadi korban konflik bersenjata.
“Memblokir anak-anak Palestina yang terluka oleh senjata Amerika untuk datang ke Amerika demi perawatan medis adalah tanda terbaru bahwa kekejaman yang disengaja dari pemerintahan ‘Israel First’ Presiden Trump tidak mengenal batas,” tegas CAIR, dikutip dari Al Jazeera.
“Ironisnya, pemerintahan Trump melarang anak-anak Palestina mencari pengobatan, tetapi justru menggelar karpet merah untuk para rasis dan penjahat perang Israel,”imbuhnya.
Dampak Pemblokiran Akses Gaza
Program visa pengunjung selama ini menjadi salah satu harapan bagi anak-anak Gaza dengan kondisi medis parah untuk mendapatkan perawatan.
Perawatan ini mencakup tindakan kompleks seperti pemasangan kaki palsu bagi korban amputasi yang sulit dilakukan di dalam negeri.
Imbas penangguhan visa, hal itu memunculkan kekhawatiran serius terhadap nasib warga sipil Gaza yang selama ini mengandalkan jalur visa kemanusiaan untuk memperoleh pengobatan di luar negeri.
Data resmi menyebutkan hampir 4.000 visa telah diterbitkan bagi pemegang paspor Palestina, termasuk anak-anak yang terluka parah akibat konflik.
Pemblokiran akses visa berpotensi memperburuk kondisi rumah sakit di Gaza yang sudah kekurangan obat-obatan, alat medis, serta pasokan listrik.
Banyak pasien kritis, termasuk anak-anak, terancam tidak dapat dirujuk ke luar negeri untuk mendapatkan perawatan. Situasi ini memperdalam penderitaan warga sipil yang sudah menghadapi kelangkaan makanan, air bersih, dan layanan kesehatan.
Dampak ekonomi pun tak terhindarkan. Warga Gaza semakin bergantung pada bantuan internasional karena akses keluar masuk wilayah dibatasi.
Keterisolasian ini mempertinggi angka pengangguran dan mempersempit ruang gerak generasi muda untuk melanjutkan pendidikan maupun mencari pekerjaan.
Kelompok pro-Palestina menilai kebijakan ini bukan sekadar persoalan politik, melainkan sebuah tindakan yang berimplikasi langsung pada masa depan ribuan anak Palestina.
Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) menyebut larangan visa tersebut sebagai “kebijakan kejam” dan menyoroti standar ganda pemerintah AS dalam menyikapi isu kemanusiaan di Timur Tengah.
Dengan blokade yang semakin ketat, Gaza kini menghadapi ancaman krisis multidimensi.
Pemblokiran akses visa dinilai hanya akan memperlebar jurang penderitaan warga sipil, memperburuk trauma sosial, sekaligus memperpanjang isolasi politik yang selama ini menghimpit wilayah tersebut.
(Tribunnews/Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.