Konflik Korea
Kim Jong Un Tabuh Genderang Perang, Perintahkan Ekspansi Nuklir di Tengah Latihan AS-Korsel
Pimpinan Korut, Kim Jong Un menyerukan percepatan “ekspansi nuklirisasi” negaranya gegara AS dan Korsel gelar latihan militer Ulchi Freedom Shield
Penulis:
Namira Yunia Lestanti
Editor:
Febri Prasetyo
TRIBUNNEWS.COM – Wilayah Asia Tenggara kembali memanas setelah Presiden Korea Utara (Korut) Kim Jong Un menabuh genderang perang, menyerukan percepatan “ekspansi nuklirisasi” negaranya.
Desakan ini muncul dengan alasan latihan militer Amerika Serikat (AS)-Korea Selatan (Korsel) yang sedang berlangsung dapat memicu perang.
Latihan militer yang diberi nama Ulchi Freedom Shield (UFS) 2025 yang digelar Korsel dan AS berlangsung mulai tanggal 18-28 Agustus 2025.
Latihan ini ini dilaksanakan di berbagai lokasi di Korea Selatan, termasuk fasilitas militer utama seperti Camp Humphreys di Pyeongtaek, yang merupakan pangkalan militer terbesar AS di luar Amerika Serikat.
Kementerian Unifikasi Korea Selatan menegaskan latihan gabungan bersifat defensif dan bertujuan melindungi nyawa serta keselamatan rakyat, bukan untuk menyerang Korea Utara.
Namun Korut menganggap latihan militer ini sebagai sebuah ancaman, Kim bahkan menekankan bahwa latihan gabungan AS-Korsel mencerminkan niat “sangat bermusuhan dan konfrontatif” terhadap Republik Rakyat Demokratik Korea.
Alasan tersebut yang mendorong Korut bersikap agresif, termasuk mempercepat ekspansi perluasan kemampuan nuklir.
"Hubungan militer AS-Korea Selatan yang semakin intensif dan aksi pamer kekuatan merupakan manifestasi paling jelas dari keinginan mereka untuk memicu perang," kata Kim seperti dikutip kantor berita resmi Korut, KCNA.
"Situasi yang ada saat ini mengharuskan kita untuk membuat perubahan radikal dan cepat dalam teori dan praktik militer yang ada serta perluasan nuklirisasi yang cepat," tegasnya,
Mengukur Kekuatan Nuklir Korut
Baca juga: Korut Kembali Kirim 30.000 Tentara ke Rusia: Perang Mencekam, Nasib Ukraina Diujung Tanduk
Korea Utara telah menjadi sorotan dunia internasional karena perkembangan pesat dalam program senjata nuklirnya.
Sejak uji coba nuklir pertamanya pada tahun 2006, Korut terus meningkatkan kemampuan teknologinya, meskipun menghadapi sanksi internasional yang ketat.
Jumlah hulu ledak nuklir Korea Utara diperkirakan 20–60 unit, menurut analisis berbagai lembaga intelijen internasional, termasuk Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS) dan Federasi Ilmuwan Amerika (FAS).
Namun, karena sifat tertutup rezim Pyongyang, angka pastinya sulit diverifikasi.
Dalam beberapa tahun terakhir, Korut telah menunjukkan kemampuan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang mampu membawa hulu ledak nuklir.
Selain itu, negara ini juga mengembangkan rudal balistik jarak menengah dan pendek, serta senjata nuklir miniatur yang bisa dipasang pada rudal konvensional.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.