Konflik Rusia Vs Ukraina
Macron Sebut Putin 'Predator' dan Minta Eropa Tak Mudah Percaya: Jarang Menepati Komitmennya
Menanggapi rencana pertemuan antara Putin dan Zelensky, Macron menyebut Presiden Rusia itu jarang menepati komitmennya.
Penulis:
Nuryanti
Editor:
Suci BangunDS
Dikutip dari BBC, invasi skala penuh Rusia dimulai dengan puluhan serangan rudal terhadap kota-kota di seluruh Ukraina sebelum fajar pada 24 Februari 2022.
Pasukan darat Rusia bergerak cepat dan dalam beberapa minggu telah menguasai sebagian besar wilayah Ukraina dan maju ke pinggiran kota Kyiv.
Pasukan Rusia membombardir Kharkiv, dan telah merebut wilayah di timur dan selatan hingga Kherson, dan mengepung kota pelabuhan Mariupol.
Namun, mereka menghadapi perlawanan Ukraina yang sangat kuat hampir di mana-mana dan menghadapi masalah logistik yang serius dengan pasukan Rusia yang kurang termotivasi yang mengalami kekurangan makanan, air, dan amunisi.
Baca juga: Trump Mendadak Telepon Putin Saat Bahas Nasib Ukraina dengan Pemimpin Eropa
Pasukan Ukraina juga cepat mengerahkan senjata yang dipasok Barat seperti sistem anti-tank Nlaw, yang terbukti sangat efektif melawan kemajuan Rusia.
Pada Oktober 2022, situasinya berubah drastis, dan setelah gagal merebut Kyiv, Rusia mundur sepenuhnya dari utara.
Pada bulan berikutnya, pasukan Ukraina merebut kembali kota Kherson di selatan.
Sejak itu, pertempuran sebagian besar terjadi di wilayah timur Ukraina, dengan pasukan Rusia perlahan-lahan menguasai wilayah tersebut selama berbulan-bulan.
Para ahli militer memperkirakan antara 165.000 hingga 235.000 personel Rusia telah tewas sejak invasi tersebut.
Ukraina terakhir kali memperbarui angka korbannya pada Desember 2024, ketika Presiden Zelensky mengakui 43.000 kematian warga Ukraina di antara tentara dan perwira.
Para analis Barat meyakini angka ini terlalu rendah.
(Tribunnews.com/Nuryanti)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.