Kamis, 28 Agustus 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Microsoft Minta Bantuan FBI Hentikan Demo Karyawan yang Minta Putus Hubungan dengan Israel

seorang direktur investigasi perusahaan Microsoft meminta FBI memberikan informasi intelijen mengenai rencana demonstrasi. 

tangkap layar/Guardian
DUKUNG PENGHANCURAN GAZA - Potret kehancuran Jalur Gaza dalam agresi militer Israel yang didukung perusahaan raksasa teknologi, Microsoft dalam desain The Guardian. 

Smith mencatat, sebagian besar pengunjuk rasa bukanlah karyawan Microsoft, tidak seperti No Azure for Apartheid – kelompok pendemo terdiri dari staf saat ini dan mantan staf, yang menuduh perusahaan tersebut mengambil untung dari serangan Israel di Gaza dengan menjual perangkat lunak dan alat kecerdasan buatan kepada militer negara pendudukan tersebut.

"Ini adalah senjata teknologi. Cloud dan AI sama mematikannya dengan bom dan peluru," kata aktivis Vaniya Agrawal, yang mengundurkan diri awal tahun ini dan kemudian ditangkap saat demonstrasi.

Potret kehancuran Jalur Gaza dalam agresi militer Israel yang didukung perusahaan raksasa teknologi, Microsoft dalam desain The Guardian.
Potret kehancuran Jalur Gaza dalam agresi militer Israel yang didukung perusahaan raksasa teknologi, Microsoft dalam desain The Guardian. (tangkap layar/Guardian)

Bantu Intelijen Israel dalam Pengeboman Gaza

Tekanan tersebut memaksa Microsoft untuk membuka penyelidikan atas kontraknya dengan Israel.

Pada bulan Mei, Microsoft bersikeras bahwa mereka "tidak menemukan bukti" bahwa perangkat lunaknya telah digunakan untuk menargetkan warga Palestina.

Investigasi oleh  The Guardian , +972 Magazine , dan Local Call mengungkapkan bahwa Unit 8200 Militer Israel menyimpan jutaan  panggilan telepon Palestina yang disadap di server Azure milik Microsoft

Sumber Unit 8200 mengonfirmasi kalau intelijen yang diperoleh dari penyimpanan panggilan telah digunakan untuk meneliti dan mengidentifikasi target pengeboman di Gaza

Unit ini juga terlibat langsung dalam serangan teror pager skala besar terhadap Lebanon yang menewaskan 42 orang, termasuk dua anak-anak, dan melukai lebih dari 3.500 orang.

Perusahaan meluncurkan  tinjauan independen baru pada tanggal 15 Agustus, berjanji untuk merilis temuannya setelah selesai, meskipun para aktivis menolaknya sebagai taktik penundaan.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan