Selasa, 14 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Sosok Khalil Al-Hayya, Tokoh Penting Hamas yang Jadi Incaran Israel, Punya Hubungan Baik dengan Iran

Para pejabat Israel mengatakan, serangan di Qatar ditujukan kepada para pemimpin Hamas, termasuk Khalil Al-Hayya, berikut sosoknya.

Penulis: Nuryanti
Editor: Febri Prasetyo
Telegram Brigade Al-Qassam
PEMIMPIN HAMAS - Foto ini diambil dari Telegram Brigade Al-Qassam pada Rabu (4/6/2025), memperlihatkan pemimpin Hamas Khalil al-Hayya berbicara dalam wawancara dengan Al-Aqsa TV pada 14 Agustus 2023 dan mengatakan Hamas tidak akan meninggalkan senjata perlawanan. Para pejabat Israel mengatakan, serangan di Qatar ditujukan kepada para pemimpin Hamas, termasuk Khalil Al-Hayya, berikut sosoknya. 

TRIBUNNEWS.COM - Pejabat senior Hamas, Khalil Al-Hayya, menjadi target serangan Israel di ibu kota Qatar, Doha, Selasa (9/9/2025).

Ledakan dilaporkan di Doha dalam serangan pertama yang dilakukan oleh Israel di Qatar.

Qatar merupakan mediator utama dalam pembicaraan gencatan senjata antara Israel dan Hamas.

Qatar juga menjadi rumah bagi pangkalan militer Amerika Serikat (AS) terbesar di kawasan itu, Pangkalan Udara Al Udeid, yang menampung pasukan AS.

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan bahwa militer Israel melakukan serangan di Doha pada Selasa terhadap para pemimpin Hamas.

"Israel memulainya, Israel yang melakukannya, dan Israel bertanggung jawab penuh," katanya, Selasa.

Para pejabat Israel mengatakan, serangan itu ditujukan kepada para pemimpin Hamas, termasuk Khalil Al-Hayya, pemimpin Hamas di Gaza yang diasingkan dan negosiator utama. 

Lantas, seperti apa sosok Khalil Al-Hayya?

Khalil Al-Hayya lahir di Jalur Gaza, Palestina, pada tahun 1960.

Khalil Al-Hayya telah menjadi bagian dari Hamas sejak didirikan pada tahun 1987.

Pada awal 1980-an, Khalil Al-Hayya bergabung dengan Ikhwanul Muslimin bersama Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar, menurut sumber-sumber Hamas.

Dikutip dari Arab News, Khalil Al-Hayya telah menjadi tokoh yang semakin sentral dalam kepemimpinan Hamas, sejak Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar terbunuh pada 2024 lalu.

Baca juga: Telat 10 Menit, AS Baru Kabari Qatar soal Serangan Israel, Trump Tak Mau Disalahkan

Khalil Al-Hayya secara luas dianggap sebagai tokoh paling berpengaruh Hamas di luar negeri sejak Haniyeh dibunuh oleh Israel di Iran pada Juli 2024.

Khalil Al-Hayya adalah bagian dari dewan kepemimpinan beranggotakan lima orang yang telah memimpin Hamas sejak Sinwar dibunuh oleh Israel pada Oktober 2024 lalu di Gaza.

Berasal dari Jalur Gaza, Khalil Al-Hayya telah kehilangan beberapa kerabat dekat — termasuk putra sulungnya — akibat serangan Israel di Jalur Gaza, dan merupakan anggota veteran kelompok tersebut.

Khalil Al-Hayya dianggap memiliki hubungan baik dengan Iran, ia terlibat erat dalam upaya kelompok tersebut untuk menengahi beberapa gencatan senjata dengan Israel.

Khalil Al-Hayya memainkan peran kunci dalam mengakhiri konflik tahun 2014 dan sekali lagi dalam upaya untuk mengakhiri perang Gaza yang sedang berlangsung.

Di Gaza, Khalil Al-Hayya ditahan beberapa kali oleh Israel.

Pada tahun 2007, serangan udara Israel menghantam rumah keluarganya di kawasan Sejaiyeh, Kota Gaza, menewaskan beberapa kerabatnya.

Selama perang tahun 2014 antara Hamas dan Israel, rumah putra sulung Khalil Al-Hayya, Osama, dibom.

Khalil Al-Hayya tidak berada di sana saat serangan terjadi.

Khalil Al-Hayya meninggalkan Gaza beberapa tahun yang lalu, menjadi perwakilan Hamas untuk hubungan dengan dunia Arab dan Islam, dan bermarkas di Qatar.

Baca juga: Trump Marah Israel Serang Qatar, Para Pejabat AS Geleng-geleng Lihat Kelakuan Zionis

Al-Hayya disebut-sebut mengatakan bahwa serangan 7 Oktober 2023 yang memicu perang Gaza, dimaksudkan sebagai operasi terbatas Hamas untuk menangkap "sejumlah tentara" guna ditukar dengan warga Palestina yang dipenjara.

Al-Hayya mengatakan serangan itu berhasil membawa kembali isu Palestina ke perhatian internasional.

"Namun, unit tentara Zionis benar-benar runtuh," ujarnya dalam komentar yang dipublikasikan oleh Pusat Informasi Palestina.

Saat ini, Khalil Al-Hayya telah memimpin delegasi Hamas dalam perundingan yang dimediasi dengan Israel untuk mencoba mengamankan kesepakatan gencatan senjata Gaza, yang akan mencakup pertukaran warga Israel yang diculik Hamas dengan warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel.

Khalil Al-Hayya sebelumnya telah menjalankan berbagai pekerjaan politik penting lainnya untuk Hamas.

Pada tahun 2022, ia memimpin delegasi Hamas ke Damaskus untuk memperbaiki hubungan dengan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad.

ISRAEL SERANG QATAR - Tangkapan layar YouTube DW menunjukkan asap membumbung tinggi setelah jet-jet Israel melakukan serangan udara di Ibu Kota Qatar, Doha, Selasa (9/9/2025).
ISRAEL SERANG QATAR - Tangkapan layar YouTube DW menunjukkan asap membumbung tinggi setelah jet-jet Israel melakukan serangan udara di Ibu Kota Qatar, Doha, Selasa (9/9/2025). (Tangkap layar YouTube DW)

Selamat dari Upaya Pembunuhan Israel

Pimpinan Hamas selamat dari upaya pembunuhan Israel di ibu kota Qatar, Doha.

Namun, enam orang tewas dalam serangan itu, menurut pernyataan resmi dari Hamas.

Dalam pernyataan resmi pertamanya pada Selasa malam, kelompok Palestina itu mengatakan, serangan Israel dimaksudkan untuk menggagalkan perundingan pertukaran tahanan dan negosiasi gencatan senjata untuk mengakhiri perang genosida Israel di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 64.000 orang.

“Ini sekali lagi menunjukkan sifat kriminal pendudukan dan keinginannya untuk merusak peluang mencapai kesepakatan,” kata Hamas, dilansir Al Jazeera.

Hamas menggambarkan serangan itu sebagai “kejahatan keji, agresi terang-terangan, dan pelanggaran mencolok terhadap semua norma dan hukum internasional”.

Kelompok tersebut mengonfirmasi bahwa setidaknya enam orang, termasuk putra dan salah satu ajudan pemimpin Hamas Khalil al-Hayya, tewas dalam serangan yang menuai kecaman global tersebut.

Baca juga: RI Kecam Serangan Israel ke Qatar, Tagih Tindakan Dewan Keamanan PBB

Kementerian Dalam Negeri Qatar mengatakan bahwa seorang petugas keamanan termasuk di antara mereka yang tewas.

Sementara, seorang anggota biro politik Hamas, Suhail al-Hindi, mengatakan kelompok Palestina itu menganggap pemerintah Amerika Serikat bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang dikutuk “dengan sekeras-kerasnya” oleh Kementerian Luar Negeri Qatar .

Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, juga mengecam "serangan kriminal sembrono" Israel di ibu kota Doha melalui panggilan telepon dengan Presiden AS Donald Trump.

Para pemimpin Hamas, kata al-Hindi, bertemu dengan pandangan positif terhadap usulan gencatan senjata terbaru AS untuk mengakhiri perang di Gaza.

Serangan Israel ke Qatar

Dilansir AP News, Israel menyerang markas besar kepemimpinan politik Hamas di Qatar pada Selasa (9/9/2025), ketika para tokoh penting kelompok itu berkumpul untuk mempertimbangkan usulan gencatan senjata dari AS di Jalur Gaza.

Serangan di wilayah sekutu AS tersebut menandai eskalasi yang mencengangkan dan berisiko menggagalkan perundingan yang bertujuan untuk mengakhiri perang dan membebaskan para sandera.

Serangan itu membuat Qatar marah, negara Teluk yang kaya energi dan menampung ribuan tentara Amerika, yang telah berperan sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas selama perang 23 bulan, bahkan sebelumnya.

Qatar mengutuk apa yang disebutnya sebagai "pelanggaran mencolok terhadap semua hukum dan norma internasional" sementara asap membubung di atas ibu kotanya, Doha.

Baca juga: Siapa Target Serangan Israel di Qatar? Terjadi ketika Tim Negosiasi Bahas Gencatan Senjata Gaza

Sekutu utama AS lainnya di Teluk, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, menjanjikan dukungan mereka kepada Qatar.

Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa para pemimpin puncaknya selamat dari serangan tersebut, tetapi lima anggota tingkat bawah tewas, termasuk putra Khalil al-Hayya — pemimpin Hamas untuk Gaza dan negosiator utamanya — tiga pengawal, dan kepala kantor al-Hayya.

Hamas, yang terkadang baru mengonfirmasi pembunuhan para pemimpinnya beberapa bulan kemudian, tidak memberikan bukti langsung bahwa al-Hayya dan tokoh senior lainnya selamat.

Di sisi lain, Amerika Serikat mengatakan Israel telah memperingatkannya sebelum serangan.

Namun, para pejabat Amerika berusaha menjauhkan AS dari serangan tersebut.

Gedung Putih mengatakan Presiden AS Donald Trump yakin serangan itu merupakan "insiden yang disayangkan" yang tidak memajukan perdamaian di kawasan tersebut.

Sekretaris Pers Karoline Leavitt mengatakan, Trump telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan "menyampaikan pemikiran dan kekhawatirannya dengan sangat jelas."

(Tribunnews.com/Nuryanti)

Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved