Jumat, 19 September 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Diteriaki di Depan Rumahnya, Netanyahu Kabur, Keluarga Sandera Tuntut Jawaban

Puluhan anggota keluarga sandera melancarkan aksi protes di kawasan Jalan Azza di Yerusalem, tempat kediaman PM Netanyahu.

Tangkapan layar YouTube DRM News
KELUARGA SANDERA - Tangkapan layar YouTube DRM News pada Rabu (17/9/2025). Warga Israel dan keluarga sandera berkumpul di Jalan Azza di Yerusalem, di luar kediaman Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, untuk menuntut pembebasan para sandera 

“Jalan Azza akan menjadi Jalan Sandera,” kata Michel Illouz, ayah dari Guy Illouz yang tewas saat ditawan. 

“Kami akan bentengi jalan ini. Kami tidak akan pergi," katanya.

Einav Zangauker, ibu dari Matan Zangauker yang masih disandera, mengatakan bahwa mereka tidak akan tinggal diam lagi. 

"Untuk setiap langkah sepihak yang tidak sejalan dengan tuntutan kami, kami akan bereaksi seperti yang kami lakukan tadi malam. Jika Matan tidak aman, para pengambil keputusan harus melindungi diri mereka sendiri dengan sangat ketat dari kami," tegasnya.

"Kami tidak akan memberi mereka kedamaian. Kami tidak akan membiarkan mereka mengadakan konferensi, merayakan Sabat, dan hari raya. Itu tidak akan terjadi. Kami sudah selesai bersikap sopan, kami sudah selesai memblokir jalan selama setengah jam, kami sudah selesai bersikap baik. Jika para pengambil keputusan mengumumkan bahwa mereka menghentikan perang di Gaza dan mengatakan mereka punya rencana nyata—barulah kami akan berhenti. Mulai sekarang, kami hanya akan semakin lantang," tambahnya.

Nada yang sama juga disuarakan Anat Angrest, ibu dari Matan Angrest, yang menyerukan seluruh warga Israel untuk bergabung dalam aksi. 

"Kali ini, kami tidak akan pindah. Kami ingin tetap di sini setidaknya sampai malam Rosh Hashanah (Senin malam)," ujarnya.

"Kami katakan, Tidak lagi. Kami akan menghentikan siklus pertumpahan darah bagi para sandera dan tentara kami di Gaza," tambahnya.

Netanyahu Dinilai Jadi Hambatan Utama

Forum Sandera dan Keluarga Hilang dengan tegas menyebut Netanyahu sebagai “hambatan utama” dalam proses pembebasan para sandera. 

Mereka menuduh sang perdana menteri secara aktif menghambat kesepakatan damai demi mempertahankan kekuasaan.

Serangan udara Israel ke ibu kota Qatar, yang menewaskan lima anggota Hamas dan satu pejabat keamanan Qatar, menjadi bukti terbaru, menurut mereka, bahwa Netanyahu sengaja menggagalkan mediasi internasional.

"Operasi yang ditargetkan di Qatar membuktikan tanpa keraguan bahwa ada satu hambatan untuk memulangkan 48 sandera dan mengakhiri perang: Perdana Menteri Netanyahu," tulis forum tersebut, dikutip dari BBC.

"Waktunya telah tiba untuk mengakhiri alasan-alasan yang dirancang untuk mengulur waktu sehingga ia dapat mempertahankan kekuasaan," tambahnya.

Sejak Oktober 2023, 105 sandera dibebaskan melalui gencatan senjata, 30 melalui negosiasi tambahan, dan 8 diselamatkan lewat operasi militer. 

Namun, 51 jenazah juga telah ditemukan, termasuk 3 sandera yang ditembak mati secara oleh IDF sendiri saat mencoba melarikan diri.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan