Jumat, 10 Oktober 2025

Belum Genap Sebulan Menjabat, Perdana Menteri Baru Prancis Lecornu Mengundurkan Diri

Perdana Menteri Prancis Sébastien Lecornu secara mengejutkan mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin pagi (6/10/2025).

Tangkapan layar YouTube FRANCE 24 English
PM PRANCIS MUNDUR - Tangkapan layar YouTube FRANCE 24 English pada Senin (6/10/2025). Perdana Menteri baru Prancis, Sébastien Lecornu, mengundurkan diri pada hari Senin. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Prancis Sebastien Lecornu secara mengejutkan mengundurkan diri dari jabatannya pada Senin pagi (6/10/2025), hanya 26 hari setelah diangkat dan kurang dari 24 jam setelah mengumumkan susunan kabinetnya. 

Pengunduran diri Lecornu diumumkan oleh Istana Elysée setelah ia bertemu Presiden Emmanuel Macron dalam pertemuan tertutup selama satu jam. 

Dalam pernyataannya kepada publik, Lecornu mengakui alasan ia mengundurkan diri adalah adanya syarat-syarat yang tidak terpenuhi sebagai perdana menteri.

"Syarat-syarat tidak terpenuhi bagi saya untuk melanjutkan jabatan sebagai perdana menteri," kata Lecornu, dikutip dari BBC.

Lecornu mengkritik keras ketidakmampuan partai-partai politik di Majelis Nasional untuk berkompromi dan menuding mereka lebih mementingkan kepentingan partisan daripada kestabilan nasional.

Pengumuman kabinet Lecornu pada Minggu malam disambut dengan kritik luas dari berbagai kubu, baik dari sayap kanan maupun kiri. 

Komposisi pemerintahan yang dinilai terlalu mirip dengan kabinet pendahulunya,  François Bayrou.

Ini memicu ancaman mosi tidak percaya dari Majelis Nasional, badan legislatif yang kini terfragmentasi sejak pemilu dini Juli 2024 gagal menghasilkan mayoritas.

"Semua pihak bersikap seolah memiliki mayoritas absolut," ujar Lecornu dalam pidato pengunduran dirinya. 

"Saya siap berkompromi, tetapi tidak satu pun pihak menunjukkan kesediaan yang sama," tambahnya.

Kabinet Lecornu bahkan belum sempat menggelar rapat resmi pertamanya sebelum diguncang gelombang ketidakpercayaan.

Baca juga: Presiden Prancis Salahkan Rusia Atas Tewasnya Jurnalis Foto yang Jadi Saksi Pengepungan Kiev

Krisis Politik yang Tak Kunjung Usai

Sejak pemilu cepat pada 2024, Prancis memasuki periode ketidakstabilan serius. 

Tidak adanya partai dengan mayoritas tunggal di parlemen membuat pemerintahan demi pemerintahan runtuh satu per satu. 

Lecornu adalah perdana menteri kelima dalam kurun waktu dua tahun terakhir, dan perdana menteri ketujuh yang ditunjuk oleh Macron sejak menjabat, dikutip dari Sky News.

Langkah Macron menunjuk Lecornu, seorang loyalis dan mantan Menteri Angkatan Bersenjata, dianggap sebagai upaya mempertahankan stabilitas. 

Namun realitas politik yang terpecah membuat setiap upaya tampak mustahil.

Kini, tuntutan untuk menggelar pemilu dini kembali menggema. 

Marine Le Pen dari partai sayap kanan National Rally menyebut kondisi saat ini sebagai "lelucon yang telah berlangsung terlalu lama", dan menyerukan agar Macron juga mengundurkan diri. 

Dari sisi kiri, Jean-Luc Mélenchon menyuarakan pemakzulan terhadap presiden.

Dampak Langsung: Pasar Keuangan Bergejolak

Krisis politik ini segera berdampak ke pasar. 

Saham-saham di Paris anjlok, dipimpin oleh sektor perbankan seperti Societe Generale, BNP Paribas, dan Credit Agricole. 

Indeks CAC 40 turun lebih dari 1,5 persen beberapa saat setelah pengunduran diri Lecornu diumumkan. 

Nilai tukar euro melemah terhadap dolar dan poundsterling, sementara biaya pinjaman pemerintah Prancis melonjak, menunjukkan ketidakpercayaan pasar terhadap stabilitas politik negara.

Sosok Sébastien Lecornu

Sébastien Lecornu, pria kelahiran Eaubonne, Val-d'Oise, pada 11 Juni 1986, dikenal sebagai salah satu sosok muda yang menanjak cepat dalam politik Prancis

Latar belakang keluarganya sederhana, ayahnya seorang teknisi di industri aeronautika, sementara ibunya bekerja sebagai sekretaris medis, dikutip dari defense.gouv.fr.

Namun, ambisinya besar. 

Setelah menempuh pendidikan hukum di Universitas Paris 2 Panthéon-Assas, Lecornu memilih jalur pelayanan publik dan politik sebagai arena pengabdian.

Kariernya dimulai sejak usia muda ketika ia bergabung sebagai penasihat untuk Menteri Urusan Eropa saat itu, Bruno Le Maire, antara tahun 2008 hingga 2012. 

Dari sana, Lecornu dikenal sebagai teknokrat muda yang tangguh, gesit, dan cepat memahami dinamika birokrasi.

Pada 2014, Lecornu mencatat kemenangan elektoral pertamanya sebagai Wali Kota Vernon. 

Setahun kemudian, ia terpilih menjadi Presiden Dewan Departemen Eure, salah satu wilayah administratif di Normandia. Namanya mulai diperhitungkan secara nasional.

Pada 2020, ia juga memenangkan kursi Senat, namun memilih untuk tidak dilantik demi mematuhi hukum yang melarang rangkap jabatan karena ia masih aktif sebagai menteri dalam kabinet.

Baca juga: Mantan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy Divonis 5 Tahun Penjara terkait Kasus Kolusi dengan Libya

Karier pemerintahan Lecornu berkembang pesat. 

Ia dipercaya mengisi berbagai posisi strategis di bawah pemerintahan Presiden Emmanuel Macron. 

Pada 2017, ia menjabat sebagai Menteri Muda untuk Transisi Ekologis dan Solidaritas. 

Kemudian, pada 2018, ia menjadi Menteri Delegasi untuk Wilayah Teritorial, posisi yang membuatnya terlibat langsung dalam penyelenggaraan Grand Débat National, sebuah dialog nasional yang diinisiasi Macron sebagai respons terhadap krisis Yellow Vests.

Tahun 2020 menjadi titik penting lain. 

Ia diangkat menjadi Menteri Wilayah Seberang Laut, memegang tanggung jawab besar dalam penanganan COVID-19 di berbagai wilayah terpencil milik Prancis serta memfasilitasi proses konsultasi kemerdekaan Kaledonia Baru. 

Pengalamannya yang luas dan rekam jejak yang kuat membuatnya dipercaya menjadi Menteri Angkatan Bersenjata pada 2022. 

Dalam peran ini, Lecornu dikenal sebagai pendukung kuat modernisasi militer Prancis dan penguatan posisi geopolitik negara tersebut, khususnya di wilayah Indo-Pasifik.

Namun, langkah paling mengejutkan dalam karier politiknya terjadi pada 9 September 2025. 

Di tengah krisis politik yang mengguncang pemerintahan Prancis, Lecornu ditunjuk oleh Presiden Macron sebagai Perdana Menteri, menggantikan François Bayrou yang jatuh karena mosi tidak percaya. 

(Tribunnews.com/Farra)

Artikel Lain Terkait Perdana Menteri Prancis

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved