Vladimir Putin 73 Tahun: Kisah Tikus di Leningrad, Agen KGB di Dresden hingga Menjadi 'Tsar' Rusia
Putin telah berkuasa lebih lama daripada pemimpin Kremlin mana, kecuali diktator Uni Soviet Joseph Stalin.
Putin diberi tahu, "Kita tidak bisa berbuat apa-apa tanpa perintah dari Moskow. Dan Moskow diam saja."
Sejak berkuasa di Kremlin, Putin telah memastikan satu hal: Moskow tidak boleh tinggal diam.
Pada tahun 1999, NATO bisa saja lolos dengan mengebom Serbia, tepat di halaman belakang Rusia.
Namun, saat ini, baik itu perang Iran, Korea Utara, maupun Venezuela, Moskow memiliki pendirian dalam setiap isu, dan Barat terpaksa mengkalibrasi ulang strateginya berdasarkan pendirian Rusia.
Perang di era Putin
Selama 25 tahun berkuasa, "kekerasan" telah menjadi ciri khas pemerintahan Putin.
Entah itu perang yang berlangsung bertahun-tahun di Chechnya, invasi Georgia pada tahun 2008, pendudukan Krimea (2014), pengiriman pasukan Rusia ke Suriah untuk memperkuat pemerintahan Bashar al-Assad (2015), berbagai perang Moskow di Afrika, termasuk di Libya, dan terakhir invasi Ukraina pada tahun 2022, Rusia terus-menerus berperang dengan Putin sebagai pemimpinnya.
Putin juga telah menggunakan kekerasan untuk membungkam para kritikus, media, dan oposisi di dalam negeri.
Kisei Navalny, politisi oposisi yang memimpin perang melawan korupsi publik, Yevgeny Prigozhin, pendiri kelompok tentara bayaran Wagner, Sergei Yushenkov, pemimpin partai anti-Kremlin Liberal Rusia, dan Anna Politkovskaya, seorang kritikus Kremlin terkemuka, hanyalah beberapa orang yang kehilangan nyawa setelah berpihak pada Putin yang salah.
Ia juga menggunakan tangan besi untuk menjaga agar oligarki Rusia tetap patuh, dengan Mikhail Khodorkovsky, contohnya, yang kini hidup di pengasingan.
Putin di mata musuhnya
John Ehrman, mantan analis CIA, menyatakan bahwa Putin telah membentuk sistem pemerintahan yang menyerupai negara mafia.
“Putin telah menempatkan dirinya sebagai pemimpin dari apa yang secara harfiah merupakan negara gangster,” ujar Ehrman.
Dalam sistem ini, aktor independen yang menolak tunduk menjadi sasaran, dan banyak lawan politik Putin mengalami kehancuran karier, penyitaan aset, atau pengasingan.
Sementara dalam buku Mafia State, jurnalis Luke Harding menyoroti bahwa Putin telah menciptakan negara yang dipenuhi oleh mantan agen KGB dan FSB, yang lebih mengutamakan keuntungan pribadi.
Istilah “negara mafia” merujuk pada hubungan erat antara birokrasi negara dan jaringan kejahatan terorganisir, yang digunakan untuk tujuan kebijakan luar negeri seperti menghindari sanksi, menyebarkan disinformasi, dan perdagangan senjata ilegal.
Namun, terlepas dari berbagai kritik tersebut, tidak dapat disangkal bahwa Rusia kini berada di pusat geopolitik global.
Proyek “Rearm Europe”, keputusan Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO, serta peningkatan anggaran pertahanan negara-negara anggota NATO hingga 5 persen dari PDB, semuanya merupakan respons terhadap kebangkitan Rusia.
Meski Barat dan Amerika Serikat berupaya mengisolasi Rusia, kenyataannya negara tersebut tetap menjadi aktor utama dalam politik dunia.
"Satu dekade lalu, hal ini mungkin tak terbayangkan. Presiden AS Barack Obama pernah menyebut Rusia sebagai “kekuatan regional”. Kini, di bawah kepemimpinan Putin, Moskow telah menjadi pusat perhatian global—dan itu mungkin akan menjadi warisan terbesarnya," kata Sumit.
AS Perbanyak Pasukan di Korea Selatan, Korea Utara Punya China dan Rusia, Kim Jong Un: Ancaman! |
![]() |
---|
Puluhan Rudal, Rusia Luncurkan Serangan Dahsyat ke Jaringan Gas Ukraina, Listrik Kiev Padam |
![]() |
---|
Media Barat Gempar, Informasi Bocor Soal Jet Su-35 Siluman Rusia Diborong Iran: Jumlahnya Puluhan! |
![]() |
---|
Klasemen Bundesliga Jerman: Diselimuti Rapor Buruk, Klub Kevin Diks Huni Zona Degradasi |
![]() |
---|
Perang Rusia-Ukraina Hari Ke-1.321: Putin Ancam AS soal Rudal Tomahawk |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.