Jumat, 10 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu: Israel-Hamas Setujui Fase Pertukaran Sandera

Perdana Menteri Israel Netanyahu mengonfirmasi Israel-Hamas menyetujui perjanjian fase pertukaran sandera dalam perundingan tahap pertama di Mesir.

|
Facebook GPO
PIDATO BENJAMIN NETANYAHU - Foto yang diambil dari Facebook GPO, Kamis (2/10/2025), memperlihatkan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato di Israel setelah kembali dari kunjungannya ke Amerika Serikat pada Rabu (1/10/2025). Pada 9 Oktober 2025, Netanyahu mengumumkan pemerintahannya menyetujui hasil tahap pertama perundingan di Mesir untuk fase pertukaran tahanan. 

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan mengesahkan perjanjian dalam negosiasi tidak langsung antara Israel dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) tahap pertama yang berlangsung di Mesir.

Dalam perundingan yang ditengahi Mesir dan Qatar, kedua pihak menyepakati fase pertukaran tahanan.

Netanyahu berencana mengesahkan perjanjian fase pertukaran tersebut dengan menemui para pejabat pemerintahannya pada hari Kamis (9/10/2025).

Ia menyebutnya sebagai hari yang luar biasa bagi Israel.

"Hari yang luar biasa bagi Israel. Besok saya akan bertemu dengan pemerintah untuk menyetujui perjanjian dan memulangkan semua sandera kami," ujar Netanyahu dalam sebuah pernyataan dari kantornya, Rabu (8/10/2025).

“Saya berterima kasih kepada para prajurit IDF yang pemberani dan seluruh pasukan keamanan — berkat keberanian dan pengorbanan merekalah kita bisa sampai pada hari ini,” tambahnya.

Perdana Menteri itu juga menyampaikan terima kasih yang tulus kepada Presiden AS Donald Trump dan timnya untuk membebaskan para sandera.

"Dengan pertolongan Tuhan, bersama-sama kita akan terus mencapai semua tujuan kita dan memperluas perdamaian dengan tetangga kita," kata Netanyahu.

Dalam pernyataan terpisah, Netanyahu memuji perjanjian fase pertama untuk pembebasan sandera sebagai "kemenangan nasional Israel".

"Dengan disetujuinya tahap pertama rencana ini, semua sandera kami akan dipulangkan. Ini adalah keberhasilan diplomatik dan kemenangan nasional serta moral bagi Negara Israel," kata Netanyahu.

“Sejak awal, saya sudah tegaskan: kami tidak akan berhenti sampai semua sandera kami kembali dan semua tujuan kami tercapai,” lanjutnya.

Baca juga: Trump Mengatakan Israel dan Hamas Sepakat Gencatan Senjata di Gaza

"Berkat tekad yang teguh, aksi militer yang dahsyat, dan upaya luar biasa dari sahabat sekaligus sekutu kita, Presiden Trump, kita telah mencapai titik balik yang krusial ini... Tuhan memberkati Israel. Tuhan memberkati Amerika. Tuhan memberkati aliansi kita yang agung," tambahnya.

Pada hari yang sama, sekutu Netanyahu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, mengatakan Israel dan Hamas menyetujui perjanjian pertukaran tahanan.

Netanyahu memuji Trump melalui panggilan telepon, seraya mengundang presiden AS untuk berpidato di Knesset.

Sementara itu, Trump mengatakan kepada Reuters bahwa kesepakatan gencatan senjata untuk para sandera Gaza yang dicapai di Mesir merupakan "hari yang luar biasa bagi dunia."

"Seluruh dunia bersatu untuk satu hal ini, Israel, semua negara bersatu. Ini hari yang fantastis," ujar Trump kepada Reuters dalam wawancara singkat melalui telepon.

"Ini hari yang luar biasa bagi dunia. Ini hari yang luar biasa, hari yang luar biasa bagi semua orang," ujarnya.

Sebelumnya, Donald Trump mengajukan sebuah proposal perdamaian yang ditujukan kepada Israel dan Hamas untuk mengakhiri perang genosida di Jalur Gaza.

Terdapat 20 butir rencana utama dalam proposal tersebut yang ditawarkan kepada kedua pihak sebagai dasar perundingan, termasuk fase pertukaran tahanan.

Israel terus melancarkan operasi militer di Jalur Gaza sejak Oktober 2023.

Menurut laporan Kementerian Kesehatan Gaza pada hari Rabu, lebih dari 67.183 warga Palestina tewas dan sekitar 169.841 lainnya terluka akibat serangan yang berlangsung tanpa henti tersebut.

Pengepungan dan pengeboman Israel juga memperburuk krisis kemanusiaan di Gaza, menyebabkan 459 orang — termasuk 147 anak-anak — meninggal dunia akibat kelaparan dan kekurangan kebutuhan pokok.

Selain itu, pasukan Israel bahkan menyerang warga Palestina yang sedang menunggu bantuan kemanusiaan, menewaskan sedikitnya 2.613 orang dan melukai lebih dari 19.164 lainnya sejak 27 Mei 2025, menurut laporan Anadolu Agency.

Pihak Israel menuding Hamas sebagai penyebab kehancuran di Gaza. Kelompok tersebut sebelumnya meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan ratusan warga Israel dan menahan sekitar 250 orang sebagai sandera.

Hingga 3 September 2025, diperkirakan masih terdapat 48 sandera, terdiri dari warga Israel dan warga asing, yang masih berada di Gaza.

Sebagian di antara mereka dikabarkan telah meninggal dunia, namun jenazahnya belum dikembalikan, sebagaimana dilaporkan oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved