Konflik Palestina Vs Israel
2 Tahun Perang Israel-Hamas Berakhir, Bisakah Gaza Pulih dan Menjadi Layak Huni Lagi?
Gaza hancur lebur pasca dua tahun perang Israel-Hamas. Palestina hadapi tantangan besar untuk pulih dan membangun kembali kota mereka.
TRIBUNNEWS.COM - Dua tahun perang Israel-Hamas meninggalkan Gaza dalam kehancuran total.
Lebih dari 90 persen rumah hancur, warga Tepi Barat mengalami tindakan keras, dan kepemimpinan Palestina tetap terpecah, sementara Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) disebut tidak efektif.
Saat gencatan senjata rapuh mulai berlaku, warga Palestina menghadapi ketidakpastian besar dalam membangun kembali kehidupan mereka.
Seorang pejabat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, “Kita perlu menciptakan kata-kata baru untuk menggambarkan situasi warga Palestina di Gaza.”
Trauma, kehilangan, dan kehancuran begitu luas sehingga pertanyaan utama warga kini teknis: “Apakah rumah Anda masih berdiri?” dan “Berapa anggota keluarga yang meninggal?”
Rata-rata korban keluarga melebihi 100 orang.
Meskipun demikian, semangat warga tetap tinggi.
Nada, seorang ibu yang putranya baru berusia dua tahun saat perang, tetap teguh di Gaza meski mengalami kelaparan, kehilangan, dan trauma berat.
“Mengapa saya harus pergi dari tanah air saya," katanya kepada The New Arab.
Xavier Abu Eid, mantan diplomat senior Palestina, menegaskan bahwa upaya membangun kembali Gaza masih bisa diwujudkan.
“Ini dimulai dengan penegasan kedaulatan Palestina dan jaminan internasional agar Israel tidak melakukan kejahatan lebih lanjut,” ujar Abu Eid.
Baca juga: Gencatan Senjata Mulai Berlaku, Israel Tarik Pasukan, Ribuan Warga Gaza Kembali ke Rumah
Ia menambahkan, keadilan harus menjadi prasyarat setiap negosiasi dan proses politik Palestina
Dua tahun perang juga membuka mata dunia terhadap kebijakan apartheid Israel dan kolonisasi pemukim.
Solidaritas global meningkat melalui sanksi, embargo senjata, dan divestasi.
Mustafa al-Barghouti menilai, solidaritas global saat ini belum pernah terjadi sejak perjuangan pembebasan Afrika.
Demonstrasi besar tetap berlangsung, seperti di Belanda yang melibatkan 200.000 orang.
Di sisi lain, para analis mengingatkan bahwa momentum ini bisa hilang begitu perang selesai.
Yousef al-Jamal menyebut, “Israel telah kehilangan sebagian besar legitimasinya di dunia, tetapi setelah perang, banyak pemerintah mungkin kembali menyambutnya dengan tangan terbuka”
Sebelas negara Barat mengakui negara Palestina pada September lalu, namun beberapa analis menilai pengakuan itu simbolis.
Zaha Hassan dari Carnegie Endowment for International Peace menegaskan, tanpa perubahan sikap masyarakat Israel dan penerapan biaya politik, pembentukan negara Palestina tetap sulit.
Di tingkat regional, peluang baru muncul.
Hassan menekankan, ancaman Israel bukan hanya soal Palestina, tetapi juga masalah keamanan bagi seluruh Timur Tengah.
Kesadaran ini memberi Palestina kesempatan mengarahkan respons Arab terhadap ekspansi Israel, dilansir The New Arab.
Rekonsiliasi intra-Palestina juga menjadi fokus.
Meski upaya selama hampir dua dekade gagal, pembebasan Marwan Barghouti melalui pertukaran tahanan dipandang sebagai awal potensi perdamaian antara Fatah dan Hamas.
Rencana kontroversial Trump pun membuka ruang bagi partisipasi Hamas dalam lembaga-lembaga PLO.
Baca juga: Gencatan Senjata Berlaku, Hamas Didesak Bebaskan 20 Sandera, 600 Truk Bantuan Mulai Masuk Gaza
Di tengah kehancuran, rakyat Palestina tetap bertekad membangun kembali, menuntut akuntabilitas, dan mempertahankan kedaulatan.
Masa depan Gaza belum tertulis, namun semangat mereka menunjukkan Palestina bukan subjek pasif sejarah, melainkan aktor utama dalam menentukan nasib bangsa
Marwan Barghouti adalah seorang politikus dan tokoh pejuang Palestina yang dikenal luas.
Ia anggota senior Fatah dan pernah menjabat anggota Parlemen Palestina.
Barghouti menjadi simbol perlawanan Palestina terhadap pendudukan Israel karena keterlibatannya dalam Intifadah Kedua (2000–2005).
Pada 2002, ia ditangkap oleh militer Israel dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup atas tuduhan terlibat dalam serangan bersenjata yang menewaskan warga sipil Israel.
Meskipun berada di penjara, Barghouti tetap dihormati sebagai tokoh yang mempersatukan berbagai faksi Palestina dan dipandang sebagai calon pemimpin pragmatis dan berpengaruh dalam politik Palestina.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)
Konflik Palestina Vs Israel
BKSAP DPR Prihatin Atas Serangan di Gaza, Desak Penguatan Diplomasi Perdamaian |
---|
AS Kirim 200 Tentara ke Israel Pantau Kesepakatan Gencatan Senjata di Gaza, Sudah Mulai Berdatangan |
---|
Mengapa FIFA Tidak akan Melarang Israel Meskipun Ada Genosida di Gaza |
---|
Hamas Ungkap Isi Perjanjian Tahap 1 dengan Israel, Dapat Jaminan dari AS |
---|
Israel Sahkan Perjanjian Gencatan Senjata Tahap Pertama di Gaza |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.