Selasa, 14 Oktober 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Hamas Klaim Bebaskan 20 Sandera Israel Mulai Senin Pagi, Sebelum Perundingan Damai Dimulai

Hamas berencana membebaskan 20 sandera Israel pada Senin pagi (13/10/2025), menjelang dimulainya KTT Perdamaian internasional yang digelar di Mesir

khaberni/tangkap layar
SAYAP MILITER HAMAS - Foto file Khaberni yang diambil, Kamis (13/3/2025) yang menunjukkan personel Brigade Al Qassam, sayap militer Gerakan Perlawanan Palestina, Hamas saat berkumpul dalam parade militer. Hamas mengumumkan bahwa pihaknya berencana membebaskan 20 sandera Israel pada Senin pagi (13/10/2025), menjelang dimulainya KTT Perdamaian internasional yang digelar di Mesir. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan di Timur Tengah memasuki babak baru setelah Hamas mengumumkan rencana pembebasan sandera Israel yang akan dimulai pada Senin pagi (13/10/2025).

Tepatnya menjelang dimulainya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian internasional yang akan dipimpin oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, di Sharm el-Sheikh, Mesir serta dihadiri lebih dari 20 negara.

Dalam keterangan resmi yang dikutip BBC International, pejabat tinggi Hamas, Osama Hamdan, mengatakan bahwa pembebasan ini merupakan bagian dari tahap pertama kesepakatan pertukaran antara kedua pihak.

Dimana pada perjanjian tersebut, Hamas akan membebaskan sekitar 20 sandera Israel yang diyakini masih hidup, sebagai imbalan atas pembebasan hampir 2.000 tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel.

“Berdasarkan perjanjian yang ditandatangani, pertukaran tahanan akan dimulai pada Senin pagi sesuai kesepakatan,” ujar Hamdan.

Mengutip BBC International, Hamas sengaja menunda pembebasan hingga hari Senin pagi untuk memastikan momen tersebut memiliki dampak diplomatik maksimal di mata dunia.

Dengan membebaskan sandera menjelang dimulainya pertemuan tingkat tinggi, Hamas ingin menunjukkan bahwa mereka masih menjadi aktor penting dalam dinamika politik kawasan, bukan sekadar kelompok militan yang dikucilkan.

Selain itu, langkah ini juga dianggap sebagai sinyal goodwill atau niat baik kepada komunitas internasional.

Hamas ingin memperlihatkan kesiapan mereka untuk bekerja sama dalam proses perdamaian yang diinisiasi oleh Washington dan Kairo, tanpa harus hadir secara langsung di forum tersebut.

Dalam pernyataannya, juru bicara Hamas menyebut bahwa kelompoknya “bertindak melalui mediator Qatar dan Mesir” dan tidak akan ikut secara resmi dalam KTT tersebut.

Para analis menilai, keputusan Hamas tersebut merupakan strategi diplomatik dua arah. Di satu sisi, Hamas berupaya memperbaiki citranya di mata dunia internasional setelah dua tahun konflik berdarah di Gaza.

Di sisi lain, mereka ingin menegaskan posisi tawar mereka terhadap Israel dan Amerika Serikat, dengan menunjukkan bahwa proses perdamaian tidak dapat berjalan tanpa keterlibatan Hamas secara substansial.

Baca juga: Hamas Tolak Perwalian Asing di Jalur Gaza: Itu Urusan Internal Palestina

KTT Perdamaian Gaza

Adapun KTT Perdamaian Timur Tengah sendiri baru akan dimulai pada Senin sore diharapkan menjadi tonggak baru upaya diplomasi internasional untuk mengakhiri perang dua tahun di Gaza.

Selain Trump dan al-Sisi, pertemuan itu juga akan dihadiri oleh Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Perdana Menteri Inggris Keir Starmer, serta para pemimpin dari Prancis, Italia, Spanyol, dan Uni Emirat Arab.

Tujuan utama KTT ini adalah mengakhiri perang dua tahun antara Israel dan Hamas yang telah menewaskan lebih dari 67 ribu warga Palestina dan menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza.

Tak hanya itu, konferensi ini juga bertujuan untuk membangun dasar baru bagi perdamaian dan stabilitas di kawasan Timur Tengah, yang selama bertahun-tahun dilanda konflik dan ketegangan politik.

Dalam pernyataan resminya, pemerintah Mesir menyebut KTT ini sebagai “langkah awal menuju era baru keamanan dan stabilitas regional.”

Pertemuan ini akan membahas langkah-langkah konkret untuk memperkuat gencatan senjata jangka panjang, mempercepat distribusi bantuan kemanusiaan, dan memulai rencana rekonstruksi Gaza dengan dukungan dana internasional.

KTT juga akan membahas pembentukan pasukan multinasional yang akan memantau penerapan gencatan senjata dan membantu menjaga keamanan di Gaza.

Pasukan ini direncanakan melibatkan negara-negara Arab seperti Mesir, Qatar, Turki, dan Uni Emirat Arab, di bawah koordinasi pusat komando yang dipimpin oleh militer Amerika Serikat di Israel.

Baca juga: 5 Populer Internasional: Alasan Hamas Percayai Trump - Ukraina Digempur 450 Drone dan Rudal Rusia

Bagi Amerika Serikat, KTT ini menjadi ujian diplomasi besar bagi pemerintahan Donald Trump dalam upaya memulihkan stabilitas di kawasan serta memperkuat pengaruhnya di Timur Tengah.

Sementara bagi Mesir, pertemuan ini merupakan bukti peran penting Kairo sebagai mediator utama antara Israel dan Hamas.

Meski demikian, sejumlah pengamat menilai tantangan untuk mencapai perdamaian sejati masih sangat besar.

Hamas menegaskan tidak akan hadir secara langsung dalam KTT dan tetap berkomunikasi melalui mediator Qatar dan Mesir.

Sedangkan Israel belum memastikan apakah Perdana Menteri Benjamin Netanyahu akan menghadiri pertemuan tersebut, di tengah tekanan politik dalam negeri dan tuntutan pembebasan sandera.

Kendati demikian, KTT Perdamaian Gaza diharapkan tidak hanya menjadi forum diplomatik semata, tetapi juga menjadi titik balik bagi rakyat Gaza yang selama dua tahun terakhir hidup di bawah bayang-bayang perang.

(Tribunnews.com / Namira)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved