Rabu, 15 Oktober 2025

AI di Ponsel Jadi Teman Curhat Baru Warga Jepang, Turunkan Risiko Bunuh Diri

Program ini terbukti membantu menurunkan tingkat bunuh diri di Tokyo berkat kerja sama antara pemerintah daerah Tokyo dan perusahaan rintisan ZIAI

Editor: Eko Sutriyanto
Koresponden Tribunnews.com/ Richard Susilo
TEKAN BUNUH DIRI - Aplikasi AI ZIAI Tokyo yang di instal di ponsel kita dapat konsultasi berbagai hal dan mengurangi tingkat bunuh diri di Jepang. Telah digunakan di Tokyo berkat kerjasama dengan Pemda Tokyo. 

Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo dari Jepang

TRIBUNNEWS.COM, TOKYO – Penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) kini tidak hanya terbatas pada gaya hidup, pembelajaran, dan layanan kesehatan, tetapi juga mulai dimanfaatkan untuk mencegah bunuh diri di Jepang.

Aplikasi AI ZIAI Tokyo, yang dapat diinstal di ponsel, memungkinkan pengguna berkonsultasi tentang berbagai hal secara daring.

Program ini terbukti membantu menurunkan tingkat bunuh diri di Tokyo berkat kerja sama antara pemerintah daerah Tokyo dan perusahaan rintisan ZIAI.

“Kami bekerja sama dengan perusahaan ZIAI Tokyo untuk menggunakan AI dalam upaya menekan angka bunuh diri yang masih cukup tinggi di Jepang,” ungkap seorang pejabat Pemerintah Daerah Tokyo kepada Tribunnews.com, Selasa (14/10/2025).

Meski di beberapa negara penggunaan AI generatif interaktif justru menimbulkan kasus bunuh diri akibat ketergantungan, di Jepang teknologi ini dikembangkan ke arah sebaliknya — yaitu sebagai alat pencegahan dan dukungan psikologis.

Sejak 2023, startup ZIAI bermitra dengan sejumlah pemerintah daerah di Jepang untuk mengoperasikan sistem obrolan (chat) berbasis AI yang dapat digunakan masyarakat untuk berkonsultasi seputar masalah pribadi dan emosional.

Baca juga: Dapa, Bocah asal Bandung Selamatkan Wanita dari Percobaan Bunuh Diri di Rel

Menurut CEO ZIAI, Masayoshi Sakurai, tingkat kepuasan pengguna khususnya di kalangan siswa kelas 5 SD hingga kelas 3 SMP mencapai lebih dari 90 persen setelah menggunakan layanan ini.

“AI kami dirancang untuk mendengarkan secara aktif, sementara intervensi manusia tetap dilakukan secara profesional untuk memberikan dukungan yang lebih spesifik dan membatasi waktu penggunaan agar tidak menimbulkan ketergantungan,” ujarnya.

Sakurai menjelaskan, kekurangan tenaga konselor di berbagai lembaga publik menjadi salah satu alasan utama dikembangkannya layanan ini.

“Melalui algoritma khusus untuk konseling, sistem obrolan AI ini mampu membantu menjembatani warga dengan dukungan psikologis yang tepat,” tambahnya.

Layanan konseling AI tersebut mencakup program untuk masyarakat umum, orang tua, dan anak-anak sekolah.

Survei menunjukkan adanya penurunan emosi negatif seperti rasa tertekan, jengkel, dan cemas di antara pengguna.

“Keunggulan utama AI adalah membuat orang lebih mudah berbicara tanpa takut dihakimi atau terbatas oleh waktu,” kata Sakurai.

Dalam uji coba di Kota Kashiwa, Prefektur Chiba, jumlah konsultasi meningkat lebih dari sepuluh kali lipat dibandingkan layanan konvensional, dan tingkat kepuasan melebihi 90 persen.

Beberapa siswa bahkan mengaku merasa lebih bebas berbicara dengan AI dibandingkan dengan guru atau keluarga.

“AI menjadi tempat aman untuk mengungkapkan perasaan,” tulis salah satu pengguna.

Baca juga: Muslim di Jepang Perlu Aktif Sebarkan Informasi dan Bangun Kerja Sama dengan Pemerintah Setempat

AI bertugas mendengarkan secara aktif, sedangkan tenaga manusia memberikan tindak lanjut berupa dukungan nyata.

Sistem juga secara otomatis menandai obrolan dengan indikasi keinginan bunuh diri dan menghubungkannya dengan layanan konsultasi profesional.

Tujuannya, agar masyarakat lebih mudah mencari bantuan dan berani mengambil langkah menuju pemulihan.

Diskusi tentang penggunaan AI di Jepang juga terus dilakukan oleh kelompok Pencinta Jepang. Bagi yang ingin bergabung, dapat mengirimkan nama, alamat, dan nomor WhatsApp ke tkyjepang@gmail.com.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved