Konflik Rusia Vs Ukraina
NATO: Rusia Sedang Bangun Markas Nuklir Terbesar di Dunia di Kutub Utara yang Mengarah ke Amerika
Norwegia, negara pendiri NATO menyebut, kalau Rusia membangun gudang senjata nuklir terbesar di dunia di Kutub Utara, Diarahkan ke AS
NATO: Rusia Sedang Bangun Markas Nuklir Terbesar di Dunia yang Mengarah ke Amerika
TRIBUNNEWS.COM - Rusia dilaporkan memperkuat kekuatan mereka di pangkalan-pangkalan di Lingkaran Arktik.
Norwegia, negara pendiri NATO, melalui Menteri Pertahanan mereka, Tore Sandvik, bahkan menuding peningkatan kekuatan militer Rusia itu, termasuk senjata nuklir yang diarahkan ke Amerika Serikat (AS).
Baca juga: Pakar Militer Jerman: Rusia Menggerogoti, NATO Pecah Jadi Tiga Kubu dan Terancam Runtuh
Konteks Peristiwa
Hubungan antara Moskow dan Barat memburuk pada Februari 2022 ketika Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan militernya untuk melakukan invasi penuh ke Ukraina.
Invasi yang disebut Moskow sebagai operasi militer khusus ini memicu perang terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II.
Minggu ini, Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengumumkan pembatalan pertemuan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Trump menyatakan, dia tidak ingin "pertemuan yang sia-sia" dengan Putin di Budapest.
Pembatalan disebut-sebut terjadi setelah pemimpin Rusia tersebut menolak tuntutan Amerika dan Eropa untuk gencatan senjata segera.
Trump juga memperkenalkan paket sanksi baru yang menargetkan perusahaan raksasa minyak Rusia Rosneft dan Lukoil.
Baca juga: Apa itu Burevestnik? Rudal Jelajah Berkemampuan Nuklir Rusia yang Bikin Barat Ketar-ketir
Apa yang Perlu Diketahui
Sandvik membahas situasi militer Rusia dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Inggris The Daily Telegraph yang diterbitkan pada Jumat kemarin.
Merujuk pada wilayah Rusia di dalam Lingkaran Arktik, dekat Finlandia, Sandvik mengatakan:
"Rusia sedang membangun di Semenanjung Kola... tempat salah satu gudang senjata nuklir terbesar di dunia berada. Senjata-senjata itu [senjata nuklir] tidak hanya diarahkan ke Norwegia, tetapi juga ke Inggris dan melintasi kutub menuju Kanada dan AS."
Ia melanjutkan:
“Kami adalah mata dan telinga NATO di kawasan ini, dan kami melihat mereka sedang menguji senjata-senjata baru, misalnya rudal hipersonik, dan mereka sedang menguji torpedo bertenaga nuklir dan hulu ledak nuklir.”
Rusia diketahui memiliki senjata nuklir di Semenanjung Kola bersama dengan pangkalan Armada Utaranya yang didirikan pada tahun 1733.
Sandvik berpendapat bahwa jika terjadi perang dengan NATO, Rusia kemungkinan akan menargetkan Bear Gap, yang memisahkan pulau Svalbard dari daratan Norwegia, bersama dengan GIUK Gap antara Inggris, Islandia, dan Greenland.
Ia berkata:
"Putin perlu membangun apa yang disebut pertahanan Bastion. Ia perlu mengendalikan Bear Gap untuk memastikan ia dapat menggunakan kapal selamnya dan Armada Utara. Dan ia ingin mencegah sekutu [NATO] mengakses GIUK Gap."
Dalam konteks geopolitik, NATO terseret dalam putaran perang Rusia dan Ukraina karena menilai Moskow tidak akan berhenti pada invansi ke Kiev.
Sebaliknya, Rusia menyatakan negara-negara NATO sudah terjun langsung ke perang lewat dukungan persenjataan mereka ke Ukraina.
Konflik yang dimulai pada 2022 sudah memakan banyak korban jiwa di kedua kubu.
Terbaru, setidaknya tujuh orang tewas pada hari Rabu akibat serangan pesawat nirawak massal di Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan serangan tersebut menghantam "kota-kota biasa" dan infrastruktur energi.
Kutipan Pernyataan
Dalam wawancara tersebut, Sandvik berkomentar:
"Meskipun Putin mengalami kerugian besar di Ukraina – ia telah kehilangan satu juta tentara – Armada Utara masih utuh. Dan mereka sedang mengembangkannya."
"Mereka memiliki fregat baru dan kapal selam multiperan baru, yang baru dikembangkan dalam dua tahun terakhir. Hal yang paling mengancam Rusia saat ini adalah kapal selamnya. Meskipun Rusia tidak mampu menang di Ukraina, ancaman hulu ledak nuklir dan kapasitas serangan kedua dari sini [Semenanjung Kola] tetap menjadikan mereka negara adidaya," tambah Sandvik.
Dalam sebuah artikel tahun 2018, Jamie Kwong, yang saat itu menjabat sebagai asisten peneliti di Royal United Services Institute yang berbasis di London, menulis:
"Sejak awal tahun 1950-an, para perencana militer AS bekerja sama dengan rekan-rekan mereka di Kanada untuk menempatkan sistem radar di ujung utara guna mendeteksi serangan Soviet yang akan datang. Uni Soviet menempatkan Armada Utaranya di Semenanjung Kola untuk alasan yang sama, yang mendorong patroli kapal selam nuklir secara berkala di bawah permukaan es Arktik oleh Soviet, Amerika, dan Inggris."
Apa yang Terjadi Selanjutnya?
Moskow menunjukkan sedikit tanda akan mengakhiri perang di Ukraina yang berarti ketegangan dengan Barat kemungkinan akan tetap tinggi.
Baca juga: Rusia Sebut NATO Sudah Memulai Perang Nuklir Gegara Polandia Rayu AS Minta Rudal
Potensi bentrok langsung Rusia-NATO juga kian tinggi terutama jika Kiev diberi akses ke sistem persenjataan yang lebih canggih seperti rudal Tomahawk.
(oln/nw/*)
Konflik Rusia Vs Ukraina
| Putin Balas Ancaman Trump, Tegaskan: Tak Ada Sanksi yang Bisa Jatuhkan Rusia |
|---|
| Putin Tegaskan Rusia Tak akan Tunduk pada Tekanan AS meski Disanksi Trump, Peringatkan soal Rudal |
|---|
| Apa Itu Tembok Drone NATO yang Disebut Menteri Pertahanan Jerman Tak Akan Menghentikan Rusia? |
|---|
| Putin Unjuk Gigi, Pamer Kekuatan Rudal Nuklir Yars, Sineva, dan Tu-95MS Usai Disanksi Trump |
|---|
| Alasan Trump Tak Beri Tomahawk ke Ukraina, Butuh Latihan Khusus dan Lama |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.