Seminggu Menjabat, PM Baru Jepang Ajak AS Teken Kesepakatan Mineral Tanah Jarang Miliaran Dolar
PM Jepang Sanae Takaichi teken kesepakatan 550 miliar dolar AS dengan Trump untuk kerja sama mineral tanah jarang dan energi nuklir.
Dominasi ini membuat banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Jepang, dan Uni Eropa, bergantung pada ekspor dari Beijing untuk kebutuhan industri teknologi tinggi mereka.
Ketergantungan tersebut menjadi sumber kekhawatiran besar karena China kerap menggunakan kontrol ekspor tanah jarang sebagai alat tekanan politik dan ekonomi.
Sejumlah pembatasan ekspor yang diberlakukan Beijing dalam beberapa tahun terakhir memicu ketegangan global, terutama di tengah meningkatnya rivalitas dengan Washington.
Situasi ini mendorong negara-negara lain mencari alternatif pasokan dan memperkuat kerja sama strategis di sektor mineral penting.
Tanah jarang sendiri bukan berarti langka secara geologis, namun sulit dan mahal untuk di ekstraksi serta diproses secara efisien.
Proses pengolahannya memerlukan teknologi tinggi dan menghasilkan limbah berbahaya, yang membuat banyak negara enggan membangun fasilitas pengolahan sendiri.
Akibatnya, kapasitas pemrosesan global terkonsentrasi di China, yang selama ini berani menanggung dampak lingkungan demi menjaga dominasinya di pasar global.
Amerika Serikat dan sekutunya menilai ketergantungan pada satu negara sebagai risiko strategis yang dapat mengancam stabilitas industri global.
Upaya diversifikasi pasokan pun terus dilakukan, termasuk melalui investasi besar-besaran di sektor pertambangan dan pembangunan fasilitas pengolahan baru di Australia, Kanada, dan Asia Tenggara.
Jepang menjadi salah satu negara yang paling aktif mencari sumber alternatif untuk mengamankan kebutuhan industrinya.
Langkah strategis Jepang dianggap penting sebagai bagian dari upaya global untuk menciptakan rantai pasok yang lebih beragam dan aman. Di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik, isu tanah jarang bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga soal kedaulatan energi dan teknologi masa depan
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.