Senin, 3 November 2025

Konflik Iran Vs Israel

Iran Sebut Trump Munafik: Larang Nuklir Teheran, Tapi AS Lanjutkan Uji Senjata Atom

Iran kecam seruan Trump lanjutkan uji coba nuklir, sebut langkah AS munafik dan berisiko picu perlombaan senjata baru yang ancam stabilitas global.

Kolase PresTV dan Business Standard
IRAN KECAM TRUMP - Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi (kiri) dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Menlu Iran Abbas Araghchi kecam seruan Trump lanjutkan uji coba nuklir. Teheran sebut langkah AS munafik dan berisiko picu perlombaan senjata baru yang ancam stabilitas global. 

Ringkasan Berita:
  • Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam seruan Donald Trump yang meminta Pentagon melanjutkan uji coba nuklir.
  • Araghchi menilai Amerika Serikat munafik karena melarang program nuklir damai Iran, namun justru menghidupkan kembali uji senjata atom yang melanggar semangat perjanjian internasional seperti CTBT.
  • Pakar keamanan global memperingatkan, keputusan Trump bisa memicu perlombaan senjata nuklir baru dan menjadi kemunduran besar bagi diplomasi global.

TRIBUNNEWS.COM - Ketegangan global kembali memanas setelah Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, mengecam keras seruan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang meminta Pentagon melanjutkan uji coba senjata nuklir.

Dalam pernyataannya di platform X, Araghchi menyebut langkah AS sebagai tindakan “regresif, provokatif, dan tidak bertanggung jawab.”

“Setelah mengubah nama Departemen Pertahanan menjadi Departemen Perang, seorang pengganggu bersenjata nuklir melanjutkan pengujian senjata atom,” Tulis Araghchi, sebagaimana dikutip Al Jazeera.

“Pengganggu yang sama telah menjelek-jelekkan program nuklir damai Iran dan mengancam akan menyerang fasilitas kami yang dijaga ketat, ini pelanggaran hukum internasional yang nyata.” imbuhnya.

Adapun kecaman Iran muncul tak lama setelah Trump mengumumkan melalui platform Truth Social bahwa dirinya telah memerintahkan Pentagon untuk melanjutkan uji coba senjata nuklir.

Trump beralasan, Amerika Serikat harus menyamai kekuatan nuklir Rusia dan Tiongkok dalam lima tahun ke depan, karena menurutnya kedua negara itu sudah memperkuat persenjataan mereka secara agresif.

“Saya telah memerintahkan Pentagon untuk melanjutkan uji coba nuklir atas dasar yang sama dengan Rusia dan China,” tulis Trump dalam unggahannya.

Namun bagi Teheran, seruan Trump tersebut menunjukkan kemunduran moral dan politik luar negeri AS.

Iran menilai Washington telah melanggar semangat perjanjian internasional seperti Perjanjian Pelarangan Uji Coba Nuklir Komprehensif (CTBT) yang selama ini menjadi dasar upaya global menekan perlombaan senjata nuklir.

Araghchi menegaskan bahwa AS tidak berhak menuduh atau mengancam negara lain, termasuk Iran, sementara mereka sendiri terlibat dalam aktivitas militer yang berpotensi memicu krisis baru.

Dalam kesempatan itu Araghchi juga menjelaskan kembali bahwa program nuklir Iran sepenuhnya bertujuan damai untuk energi, riset, dan kebutuhan medis.

Baca juga: Trump Gelar Uji Coba Senjata Nuklir Baru, Saingi Rusia di Tengah Ketegangan Global

Teheran menolak tuduhan bahwa mereka tengah mengembangkan senjata nuklir.

Sebelumnya, pada Juni lalu, AS dan Israel dilaporkan melancarkan serangan udara ke fasilitas militer dan nuklir Iran, dengan alasan menekan kemajuan program nuklir Teheran.

Keputusan Trump Bisa Picu Perlombaan Senjata Baru

Keputusan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk menyerukan uji coba nuklir baru menimbulkan kekhawatiran luas di kalangan internasional.

Para pakar menilai langkah itu bisa memicu babak baru perlombaan senjata nuklir di tengah meningkatnya ketegangan global.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved