Krisis di Sudan Semakin Meluas, Bencana Pangan Sudah Terjadi di Kota El-Fasher
Bencana pangan telah terkonfirmasi di Kota El-Fasher dan Kota Kadugli ketika konflik antara RSF dan SAF semakin meluas.
Ringkasan Berita:
- Bencana kelaparan telah terkonfirmasi di dua kota di Sudan.
- Kedua kota tersebut adalah Kota El-Fasher di Negara Bagian Darfur Utara dan Kota Kadugli di Kordofan Selatan, Sudan.
- Menurut Integrated Food Security Phase Classification (IPC), kedua kota tersebut sudah masuk klasifikasi Kelaparan atau Fase IPC 5 per September 2025.
TRIBUNNEWS.COM - Bencana kelaparan telah terkonfirmasi melanda Kota El-Fasher di Negara Bagian Darfur Utara dan Kota Kadugli yang terkepung di Kordofan Selatan, Sudan, kawasan yang porak-poranda akibat perang.
Konfirmasi ini datang dari analisis terbaru yang dirilis pada Senin (3/11/2025) oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC), sebuah sistem pemantauan kelaparan global yang didukung oleh PBB.
Kedua kota tersebut "diklasifikasikan dalam kategori Kelaparan atau Fase IPC 5 dengan bukti yang masuk akal" per September 2025.
Menurut IPC, kondisi katastropik ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga Januari tahun depan.
Situasi ini menunjukkan krisis kelaparan yang semakin mendalam di tengah konflik bersenjata dan pembatasan akses bantuan.
Dikutip dari Anadolu, laporan IPC lebih lanjut memperingatkan bahwa 20 wilayah lainnya di Greater Darfur dan Greater Kordofan berada dalam risiko tinggi menghadapi bencana kelaparan serupa, terutama akibat ketidakpastian evolusi konflik.
Secara keseluruhan, pada September 2025, diperkirakan 21,2 juta orang—sekitar 45 persen dari total populasi Sudan—menghadapi tingkat kerawanan pangan akut yang tinggi.
Angka tersebut mencakup 375.000 orang berada di Fase IPC 5 (Bencana Kelaparan) dan 6,3 juta orang berada di Fase IPC 4 (Darurat).
Meskipun jumlah orang di Fase IPC 3 atau lebih tinggi diproyeksikan menurun sedikit menjadi 19,2 juta jiwa antara Oktober hingga Januari, hasil panen di Darfur Utara dan Western Nuba Mountains diperkirakan akan tetap terbatas akibat perang dan situasi keamanan yang tidak menentu.
Kekerasan Terus Meningkat
Sejak jatuhnya Kota El-Fasher, laporan-laporan tentang kekejaman terhadap warga sipil terus bermunculan.
Baca juga: Krisis Sudan Memburuk, RSF Siapkan Serangan Baru, Rakyat Mengungsi dan Kelaparan
Di antara yang dilaporkan adalah eksekusi sumir, kekerasan seksual, serangan terhadap pekerja bantuan, penjarahan, dan penculikan, sementara jalur komunikasi sebagian besar tetap terputus.
Para penyintas yang berhasil mencapai Kota Tawila, sekitar 70 kilometer di sebelah barat, bersaksi kepada AFP tentang pembunuhan massal, penembakan anak-anak di depan orang tua mereka, serta pemukulan dan perampokan warga sipil saat mereka melarikan diri.
PBB melaporkan lebih dari 65.000 orang telah melarikan diri dari El-Fasher sejak penyerbuan akhir oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF).
Namun, puluhan ribu orang masih terperangkap di dalam kota.
Sebelum serangan terakhir, sekitar 260.000 orang berada di El-Fasher.
Kepala Kedaruratan MSF, Michel Olivier Lacharite, menyatakan keraguannya terhadap jumlah orang yang tiba di Tawila.
"Di mana semua orang hilang yang telah selamat dari kelaparan dan kekerasan berbulan-bulan di Al-Fashir? Jawaban yang paling mungkin, meski mengerikan, adalah mereka dibunuh, diblokir, dan diburu saat mencoba melarikan diri," ujar Lacharite.
Tuai Kecaman
Krisis di Sudan ini menuai kecaman keras dari komunitas internasional.
Dalam sebuah konferensi di Bahrain, Menteri Luar Negeri Jerman Johann Wadephul mengatakan bahwa Sudan berada dalam "situasi yang benar-benar apokaliptik, krisis kemanusiaan terbesar di dunia".
Ia menegaskan bahwa RSF "telah berjanji untuk melindungi warga sipil dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas tindakan ini".
Di kesempatan yang sama, Menteri Luar Negeri Inggris, Yvette Cooper menggambarkan pelanggaran yang dilaporkan sebagai "benar-benar mengerikan".
"Kekejaman, eksekusi massal, kelaparan, dan penggunaan pemerkosaan yang menghancurkan sebagai senjata perang, dengan perempuan dan anak-anak menanggung beban krisis kemanusiaan terbesar di abad ke-21," tegas Cooper, dikutip dari Al Arabiya.
Penguasaan El-Fasher memberikan RSF kendali penuh atas kelima ibu kota negara bagian di Darfur, secara efektif membelah Sudan di sepanjang poros timur-barat.
Baca juga: Bencana Kemanusiaan di Sudan: RSF Kuasai El-Fasher, Ribuan Warga Sipil Hilang dan Dibantai
Para pejabat PBB memperingatkan bahwa kekerasan kini menyebar ke wilayah Kordofan, di mana laporan tentang "kekejaman skala besar" yang dilakukan oleh RSF mulai muncul.
Secara keseluruhan, konflik yang lebih luas ini telah menewaskan puluhan ribu orang, memaksa hampir 12 juta orang mengungsi, dan menciptakan krisis pengungsian dan kelaparan terbesar di dunia.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.