Konflik Palestina Vs Israel
Kemenangan Zohran Mamdani Bikin Israel Murka, Warga Yahudi Diminta Tinggalkan Jantung AS
Kemenangan Zohran Mamdani di New York buat Israel murka, pejabat Tel Aviv serukan warga Yahudi tinggalkan AS takut dukungan dunia beralih ke Palestina
Ringkasan Berita:
- Kemenangan Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York memicu kemarahan pejabat Israel, hingga mereka menyerukan warga Yahudi di AS untuk pindah ke Israel.
- Bagi Israel, kemenangan Mamdani menjadi simbol perubahan opini global terhadap konflik Gaza, menandai melemahnya dukungan dunia Barat yang selama ini berpihak pada Tel Aviv.
- Meski ditentang Israel, Mamdani mendapat dukungan luas dari politisi kiri di berbagai negara karena dianggap sebagai simbol kebangkitan politik progresif.
TRIBUNNEWS.COM - Kemenangan politikus muda Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York yang berlangsung 4 November 2025 memicu kemarahan di kalangan pejabat tinggi Israel.
Menteri Urusan Diaspora Israel, Amichai Chikli, secara terbuka menyerukan agar warga Yahudi di Amerika Serikat, khususnya di New York, meninggalkan kota itu dan pindah ke Israel.
Dalam pernyataannya, Chikli menyebut kemenangan Mamdani sebagai “titik balik berbahaya” bagi kota yang selama ini dianggap sebagai simbol kebebasan dan peluang bagi komunitas Yahudi.
Ia juga menuding Mamdani sebagai “pendukung Hamas” bahkan politikus muda berhaluan kiri itu dicap sebagai ancaman bagi komunitas Yahudi di Amerika Serikat
“Orang-orang Yahudi di New York harus mempertimbangkan dengan serius untuk menjadikan Tanah Israel sebagai rumah baru mereka,” ujar Chikli mengutip dari Middle East Eye.
Chikli bukan satu-satunya pejabat Israel yang menanggapi kemenangan Mamdani dengan nada keras.
Hal serupa juga dilakukan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben Gvir, yang menyebut hasil pemilu di New York sebagai “kemenangan antisemitisme atas akal sehat.”
Sementara Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon, menilai pernyataan Mamdani hanya sebagai “provokasi politik yang berbahaya.”
Israel Tuding Mamdani “Pro-Hamas”
Zohran Kwame Mamdani, 34 tahun, lahir di Kampala, Uganda, dari orang tua keturunan India. Ia pindah ke Amerika Serikat saat berusia tujuh tahun dan menjadi warga negara AS pada 2018.
Baca juga: Menteri Israel Desak Yahudi Tinggalkan New York Usai Mamdani Jadi Wali Kota
Sebelum menjadi wali kota, Mamdani adalah anggota Majelis Negara Bagian New York yang dikenal vokal memperjuangkan hak minoritas, keadilan sosial, dan isu perumahan rakyat.
Pernyataan-pernyataan ini muncul setelah Mamdani, dalam beberapa kesempatan, menuding Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza.
Dalam kampanyenya, ia menampilkan citra progresif dan pro-Palestina, menekankan bahwa “keadilan bagi rakyat Palestina adalah bagian dari keadilan global.”
Tak hanya itu ia juga dikenal sebagai sosok yang vokal dalam isu keadilan sosial dan pembelaan terhadap kelompok minoritas.
Dalam kampanyenya, Mamdani kerap menekankan pentingnya melawan Islamofobia dan anti semitisme sekaligus memperjuangkan perdamaian yang adil bagi Palestina.
Ia juga sempat menyatakan akan menangkap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu jika mengunjungi New York, mengacu pada surat perintah dari Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) meski kemudian ia menarik ucapannya.
Alasan ini mendorong Israel menentang kemenangan Mamdani dalam pemilu kota New York yang sering dianggap sebagai "jantung" AS.
Bagi Israel, kemenangan Mamdani bukan hanya persoalan hasil pemilu di negara lain, tetapi simbol perubahan besar dalam opini global terhadap konflik di Gaza.
Dengan kata lain, kemenangan Mamdani dianggap simbol bahwa dunia mulai bergeser dari membela Israel menuju membela kemanusiaan dan keadilan bagi Palestina.
Inilah yang membuat pemerintah Israel merasa semakin terisolasi di panggung global, karena mereka merasa mulai kehilangan posisi istimewa di mata dunia.
Selama ini, Israel mendapat dukungan kuat dari negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat.
Namun, dengan munculnya politisi seperti Mamdani yang secara terbuka mengkritik tindakan Israel di Gaza dan mendukung hak-hak rakyat Palestina menunjukkan bahwa dukungan publik terhadap Israel mulai melemah.
Seruan agar warga Yahudi meninggalkan New York mencerminkan ketakutan Israel terhadap perubahan arah dukungan publik yang dulu kuat berpihak pada mereka.
Mamdani Disambut Dunia
Meski Israel secara vokal menentang kemenangan Mamdani, akan tetapi tak sedikit politisi berhaluan kiri yang memuji keberhasilan Mamdani sebagai simbol kebangkitan politik progresif, menentang dominasi kelompok elit dan sayap kanan global.
Wali Kota Budapest, Gergely Karacsony, yang dikenal sebagai penentang Perdana Menteri Hongaria Viktor Orban, menyebut Mamdani sebagai sosok yang berani melawan kekuasaan lama.
Ia menilai kemenangan Mamdani menunjukkan bahwa demokrasi sejati masih bisa hidup di tengah pengaruh besar elit politik dunia.
“Saya menyaksikan dengan sedikit rasa iri bagaimana demokrasi dapat benar-benar berfungsi,” kata Karacsony kepada The Washington Post.
Dukungan juga datang dari Eropa. Manon Aubry, anggota Parlemen Eropa asal Prancis, menilai Mamdani telah mengalahkan tekanan besar dari media dan lembaga ekonomi yang berusaha menghalanginya.
Di Kanada, Jagmeet Singh, mantan pemimpin Partai Demokrat Baru, menyebut kemenangan Mamdani sebagai tanda bahwa rakyat biasa masih bisa menang melawan sistem yang tidak adil.
“Di saat peluang terasa begitu berat bagi kaum pekerja, rakyat New York justru mencetak sejarah,” ujarnya.
Anggota parlemen Kanada lainnya, Heather McPherson, menambahkan bahwa Mamdani telah membuktikan bahwa perubahan sejati dimulai dari rakyat sendiri.
Sementara itu, dari India, pemimpin oposisi Abhishek Manu Singhvi memuji kemenangan Mamdani sebagai bukti bahwa nilai-nilai liberal masih hidup di tengah pengaruh politik gaya Trump.
Ia menilai semangat muda dan energi Mamdani menjadi kunci suksesnya.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.