Elon Musk Terima Gaji Rp16.700 Triliun dari Tesla, Jadi CEO dengan Bayaran Terbesar di Dunia
Pecahkan rekor dunia, Elon Musk jadi CEO dengan bayaran terbesar sepanjang sejarah korporasi modern usai Tesla setujui paket gaji Rp16.700 triliun.
Ringkasan Berita:
- Musk resmi menerima paket gaji senilai Rp16.700 triliun dari pemegang saham Tesla, menjadikannya CEO dengan bayaran terbesar dalam sejarah dunia korporasi.
- Lebih dari 75 persen investor mendukung keputusan ini sebagai strategi mempertahankan Musk demi visi mengubah Tesla dari produsen mobil listrik menjadi raksasa AI dan robotika.
- Pemegang saham menyetujui investasi Tesla di perusahaan AI milik Musk xAI, meski sebagian investor meminta pengawasan dewan yang kuat untuk mencegah konflik kepentingan.
TRIBUNNEWS.COM - CEO Tesla, Elon Musk, resmi mendapatkan persetujuan pemegang saham untuk menerima paket gaji fantastis senilai 1 triliun dolar AS atau Rp 16.700 triliun.
Keputusan ini menjadikan Musk sebagai pemimpin perusahaan dengan bayaran terbesar di dunia — bahkan melampaui seluruh rekor gaji eksekutif sebelumnya.
Mengutip laporan Reuters, persetujuan kenaikan gaji Elon Musk diumumkan dalam rapat tahunan Tesla yang digelar di pabrik utama perusahaan di Austin, Texas, pada Kamis (6/11/2025).
Lebih dari 75 persen investor mendukung paket kompensasi raksasa itu, yang disebut-sebut sebagai “pembayaran terbesar dalam sejarah korporasi modern”.
Mereka menilai kompensasi besar itu merupakan bentuk penghargaan sekaligus strategi untuk mempertahankan Musk agar tetap memimpin perusahaan menuju masa depan yang lebih ambisius.
Terlebih belakangan ini kesuksesan Tesla sangat bergantung pada kepemimpinan dan visi jangka panjang Elon Musk.
Sejak Trump memimpin, Tesla tidak hanya menjadi pelopor kendaraan listrik dunia, tetapi juga berkembang menjadi perusahaan teknologi dengan inovasi yang berkelanjutan.
Namun paket gaji ini bukan berupa uang tunai, melainkan saham Tesla yang akan Musk peroleh jika perusahaan mencapai target pertumbuhan tertentu.
Dengan pencapaian itu, Musk berpotensi mengantongi nilai saham dengan nilai fantastis dalam satu dekade mendatang.
Adapun gaji yang akan diterima Musk berbasis saham, di mana Musk akan menerima pembayaran bertahap jika Tesla mencapai target kinerja yang telah ditetapkan dewan direksi.
Baca juga: China Unicom Tancap Gas, Tantang Dominasi Starlink Milik Elon Musk
Kenaikan gaji Elon Musk menjadi simbol bahwa kepercayaan investor terhadap kemampuan dan visi sang CEO masih sangat tinggi, sekaligus menandai langkah besar Tesla menuju masa depan inovasi yang lebih luas dan berani.
Meski nilainya bisa berkurang hingga 878 miliar dolar AS setelah pemotongan pajak dan penyesuaian pasar, jumlah itu tetap menjadikannya pembayaran terbesar bagi seorang CEO dalam sejarah dunia korporasi.
Sebagai perbandingan, menurut laporan Reuters dan Equilar Research, gaji Musk melampaui total pembayaran seumur hidup delapan CEO top dunia.
Termasuk Mark Zuckerberg (Meta), Tim Cook (Apple), Larry Ellison (Oracle), dan Jensen Huang (Nvidia).
Dukungan Pemegang Saham
Persetujuan mayoritas pemegang saham dianggap penentu masa depan Tesla, setelah sempat muncul kekhawatiran Musk akan hengkang bila kompensasinya tidak disetujui.
Dewan direksi Tesla memperingatkan bahwa keberlangsungan visi perusahaan bergantung pada dedikasi Musk.
Namun, langkah ini tidak lepas dari kritik. Beberapa investor menilai paket gaji tersebut “terlalu mahal dan tidak perlu”.
Sementara sebagian lainnya melihatnya sebagai strategi mempertahankan figur kunci di balik kesuksesan Tesla.
“Bagi kami, Elon adalah aset terbesar Tesla. Tanpa dia, Tesla tidak akan menjadi Tesla,” ujar salah satu investor institusional yang hadir dalam rapat tahunan itu.
Lebih lanjut selain menyetujui kompensasi Musk, pemegang saham juga mendukung investasi Tesla di perusahaan rintisan AI milik Musk, xAI, meski sebagian memilih abstain karena menuntut pengawasan dewan yang lebih kuat.
Keputusan ini menjadi bagian dari strategi jangka panjang Tesla untuk memperluas bisnisnya dari industri kendaraan listrik menuju sektor teknologi AI dan robotika yang tengah berkembang pesat.
Meski demikian, tidak semua pemegang saham memberikan suara penuh.
Sebagian memilih abstain karena menilai investasi Tesla di perusahaan yang juga dimiliki oleh sang CEO menimbulkan potensi konflik kepentingan.
Mereka menuntut adanya pengawasan dewan direksi yang lebih kuat untuk memastikan bahwa keputusan investasi tersebut tidak hanya menguntungkan Musk secara pribadi, tetapi benar-benar membawa manfaat strategis bagi Tesla dan para pemegang sahamnya.
Meskipun ada perbedaan pendapat, hasil pemungutan suara tetap menunjukkan bahwa mayoritas pemegang saham mempercayai arah kebijakan Tesla di bawah kepemimpinan Musk.
Dukungan terhadap investasi di xAI juga dianggap sebagai sinyal bahwa Tesla siap memperkuat posisinya dalam perlombaan teknologi AI global.
Sebuah langkah yang dapat membuka peluang besar di masa depan, terutama dalam pengembangan mobil otonom dan sistem robotika pintar.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.