Konflik Palestina Vs Israel
Trump Sebut Pasukan Perdamaian di Gaza Segera Tiba, Indonesia hingga Turki Kemungkinan Terlibat
Presiden AS Donald Trump menyebut Pasukan Stabilisasi Internasional (ISF) yang terdiri dari beberapa negara akan segera tiba di Gaza.
ISF akan menstabilkan keamanan di Gaza dengan "memastikan proses demiliterisasi Jalur Gaza, termasuk penghancuran dan pencegahan pembangunan kembali infrastruktur militer, teror, dan ofensif, serta penghentian permanen penggunaan senjata oleh kelompok bersenjata non-negara".
Pejabat tersebut mengatakan rancangan resolusi PBB memberikan ISF wewenang untuk melucuti senjata militan Palestina, Hamas, tetapi AS masih mengharapkan Hamas untuk "memenuhi perjanjiannya" dan menyerahkan senjatanya.
Hamas belum mengatakan apakah mereka akan setuju untuk melucuti senjata dan demiliterisasi Gaza — sesuatu yang telah ditolak oleh militan sebelumnya.
ISF Miliki 20.000 Pasukan
Pejabat senior AS mengatakan ISF diperkirakan memiliki sekitar 20.000 tentara.
Sementara pemerintahan Trump telah mengesampingkan pengiriman tentara AS ke Jalur Gaza.
Mereka telah berbicara dengan Indonesia, UEA, Mesir, Qatar, Turki dan Azerbaijan untuk berkontribusi.
"Kami telah berkomunikasi secara konsisten dengan calon penyumbang pasukan, dan mengetahui apa yang mereka butuhkan dalam hal mandat, serta jenis bahasa yang mereka butuhkan," kata pejabat tersebut, dikutip dari Reuters.
"Hampir semua negara menginginkan semacam mandat internasional. Yang lebih disukai adalah PBB," lanjutnya.
Pejabat itu mengatakan ia tidak mengetahui apakah Israel telah menolak negara tertentu untuk mengirimkan pasukan ke ISF.
Baca juga: Mantan Kepala Hukum IDF Ditahan usai Bocorkan Video Penyiksaan Tahanan Gaza
"Kami terus berdiskusi dengan mereka," ucap pejabat tersebut.
Bulan lalu, Israel mengatakan tidak akan menerima pasukan bersenjata Turki di Gaza berdasarkan rencana perdamaian AS.
"Waktu tidak berpihak pada kita di sini. Gencatan senjata memang bertahan, tetapi rapuh, dan ... kita tidak boleh terjebak dalam perdebatan di dewan."
"Saya pikir ini adalah ujian nyata bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa," kata pejabat senior AS tersebut.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.