Ulangi Langkah Soeharto pada 1995, Prabowo Sepakati Perjanjian Keamanan Baru dengan Australia
Prabowo menyebut langkah kerjasama dengan Australia ini sebagai wujud kebijakan "tetangga yang baik" untuk menghadapi tantangan global
Ringkasan Berita:
- Indonesia dan Australia resmi menandatangani perjanjian keamanan baru yang dinilai PM Albanese sebagai “titik balik” hubungan kedua negara
- Albanese menyebut perjanjian serupa sejatinya pernah disepakati oleh Soeharto–Paul Keating di tahun 1995.
- Perjanjian ini memperluas kerja sama pertahanan (DCA) antara Indonesia dan Australia yang telah disusun sejak 2024
TRIBUNNEWS.COM - Hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia semakin erat setelah kedua negara sepakat menandatangani perjanjian keamanan baru pada hari Rabu ini (12/11/2025)
Adapun kerja sama ini diresmikan setelah Perdana Menteri Anthony Albanese menggelar pertemuan empat mata dengan Presiden Indonesia Prabowo Subianto di Kirribilli House, Sydney, pada Rabu hari ini.
Dikutip dari ABC, Albanese bahkan menyebut perjanjian kerjasama pertahanan ini sebagai "titik balik" bagi hubungan kedua negara.
Saat berdampingan dengan Prabowo di Sydney, Albanese menegaskan perjanjian ini menunjukkan komitmen kedua negara untuk mempertahankan stabilitas di kawasan Indo-Pasifik.
"Hubungan Australia dengan Indonesia didasarkan pada persahabatan, kepercayaan, saling menghormati, dan komitmen bersama terhadap perdamaian serta stabilitas di kawasan kita. " ungkap Albanese.
Melalui kesepakatan ini, baik Indonesia dan Australia juga akan berkoordinasi dalam menentukan langkah kemanan bersama, termasuk mempertimbangkan kebijakan yang dapat diambil secara individu maupun kolektif untuk menghadapi ancaman regional.
"Perjanjian ini merupakan pengakuan dari kedua negara bahwa cara terbaik untuk menjaga perdamaian dan stabilitas tersebut adalah dengan bekerja sama," sambung Albanese.
Kesepakatan dengan Indonesia ini sendiri menjadi perjanjian strategis kedua Australia dalam dua bulan terakhir
Sebelumnya, Australia juga telah menyepakati kerja sama pertahanan dengan Papua Nugini untuk memastikan interoperabilitas militer.
Adapun perjanjian Australia dengan Indonesia ini sendiri merupakan hasil pengembangan dari Perjanjian Kerja Sama Defence Cooperation Agreement (DCA) yang dibicarakan oleh kedua negara sejak tahun 2024 lalu.
Isi perjanjian ini termasuk sifat mengikat bagi kedua negara untuk rutin melakukan konsultasi pada tingkat kepemimpinan dan kementerian terkait isu keamanan regional antara Indonesia dan Australia.
Perjanjian ini sekaligus dilakukan guna mengidentifikasi kebutuhan dan kegiatan keamanan antara kedua negara yang nantinya diharapkan menumbuhkan hubungan simbiosis mutualisme.
Baca juga: Kunjungan Presiden Prabowo ke Australia untuk Tingkatkan Kerjasama Perdagangan
Pemerintah Indonesia sendiri juga menyambut baik kerjasama yang terjalin dengan Australia ini
Prabowo menyebut langkah ini sebagai wujud kebijakan "tetangga yang baik" untuk menghadapi tantangan dengan niat terbaik.
“Perjanjian ini pada dasarnya menegaskan kembali tekad kita untuk meningkatkan persahabatan kami, dan sebagai mitra, sebagai tetangga dekat, tekad kami untuk menjaga hubungan terbaik dalam rangka meningkatkan dan menjamin keamanan kedua negara kita,” tutur Presiden Prabowo usai meninjau Kapal HMAS Canberra bersama Albanese di Garden Island Naval Base, Sydney, Australia.
Prabowo juga menekankan bahwa prinsip good neighbour policy menjadi fondasi utama hubungan kedua negara.
Ia menegaskan bahwa kedua bangsa ditakdirkan untuk saling mendukung sebagai tetangga yang harmonis, terutama dalam menghadapi tantangan bersama.
“Sudah takdir kita untuk bertetangga langsung, jadi marilah kita hadapi takdir kita dengan niat terbaik. Saya percaya pada kebijakan bertetangga yang baik." ungkap Prabowo.
Prabowo juga membahas pentingnya memiliki hubungan bertetangga yang baik guna menghadapi beberapa potensi darurat yang tak terduga dewasa ini.
"Tetangga yang baik itu penting. Tetangga yang baik akan saling membantu di masa sulit, dan dalam budaya Indonesia, ada pepatah, ketika kita menghadapi keadaan darurat, tetangga kitalah yang akan membantu kita. Mungkin saudara kita akan tetap jauh, tetapi tetangga kita adalah yang paling dekat, dan hanya tetangga yang baik yang akan saling membantu,” ungkap Presiden Prabowo.
Di akhir pernyataan, Presiden Prabowo kembali menyampaikan apresiasi kepada Perdana Menteri Albanese dan jajaran pemerintah Australia.
“Sekali lagi, Perdana Menteri, Wakil Perdana Menteri, terima kasih banyak telah menerima saya dengan cara yang begitu baik,” ucapnya disambut tepuk tangan hadirin.
Ulangi Kesepakatan Soeharto Tahun 1995
Dalam peresmian kerja sama antara Indonesia dan Australia tersebut, Albanese sempat kembali mengangkat sosok Soeharto yang pernah menjalin kesepakatan serupa di tahun 1995.
Albanese bahkan mengatakan perjanjian yang ditandatanganinya bersama Prabowo ini didasarkan pada perjanjian serupa yang pernah ditandatangani oleh Perdana Menteri Paul Keating dan Presiden Suharto pada dua dekade yang lalu.
Perjanjian yang bersifat ekspansif tersebut pada akhirnya terputus pada tahun 1999 saat Indonesia mengalami krisis terkait upaya kemerdekaan Timor Timur.
Kesepakatan antara Indonesia dan Australia kala itu kandas setelah Soeharto tak lagi menjabat sebagai Presiden dan Timor Timur akhirnya berhasil memerdekakan dirinya sehingga hubungan dengan negara Kangguru saat itu begitu memanas.
Adapun hubungan antara Indonesia dan Australia diniliai Albanese mulai erat secara perlahan pada tahun 2006 setelah perjanjian Lombok ditandatangani oleh keduanya memberikan perjanjian keamanan yang tingkatannya kemudian diperluas pada tahun 2014.
Kunjungan Pertama Prabowo ke Australia sebagai Presiden
Dalam kunjungan resmi pertamanya ke Australia sebagai Presiden Indonesia, Prabowo disambut dengan upacara kenegaraan di Kirribilli House dan Admiralty House.
Pemerintah Australia bahkan juga menyajikan atraksi helikopter militer untuk menyambut kedatangan sosok Prabowo di Sydney.
Prabowo sejatinya pernah melakukan kunjungan serupa pada Agustus 2024 lalu dalam kapasitasnya sebagai Menteri Pertahanan.
Sosok Prabowo yang kala itu masih menjadi presiden terpilih, namun belum resmi dilantik, datang ke Australia untuk melakukan finalisasi peningkatan kerja sama pertahanan
Penyambutan hangat dari Australia ini pun diapresiasi oleh Prabowo dalam ucapan terima kasihnya saat membuka sambutan pidato kenegaraannya.
“Saya ingin sekali lagi berterima kasih kepada Pemerintah Australia, Perdana Menteri Australia, dan pemerintahan ini atas penerimaan saya. Ini adalah kunjungan kenegaraan pertama saya ke Australia, meskipun saya sudah sering ke sini, dan saya senang telah diterima oleh Gubernur Jenderal pagi ini,” ujar Presiden Prabowo mengawali pernyataannya.
Presiden Prabowo dalam kesempatan itu juga menegaskan bahwa kedua negara telah mencapai kesepakatan strategis di bidang pertahanan dan keamanan yang memperkokoh kemitraan bilateral.
Perjanjian ini dinilai sebagai langkah penting dalam memperdalam kerja sama guna memastikan stabilitas regional.
(Tribunnews.com/bobby)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.