Konflik Suriah
Israel Khawatir Soal Kedekatan Trump dengan Al-Sharaa, Takut Diminta Mundur dari Hermon
Israel mulai khawatir soal kedekatan Presiden AS Donald Trump dengan Presiden Suriah, Ahmed al-Sharaa. Israel takut bila diminta mundur dari Hermon.
Ringkasan Berita:
- Israel mulai khawatir dengan kedekatan Presiden AS Donald Trump dan Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa.
- Kedekatan ini dimulai ketika Trump menjamu Al-Sharaa di Gedung Putih pada Senin (10/11/2025) lalu.
- Kekhawatiran Israel ini bukan tanpa alasan, sebab klaimnya di Gunung Hermon sisi Suriah menjadi taruhannya.
TRIBUNNEWS.COM - Kedekatan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa membuat khawatir Israel.
Kedekatan Donald Trump dengan Ahmed Al-Sharaa bermula ketika Presiden AS mengundang mantan pemimpin Al-Qaeda itu ke Gedung Putih pada Senin (10/11/2025) lalu.
Pertemuan Donald Trump dengan Ahmed Al-Sharaa menjadi pertemuan bersejarah bagi Suriah.
Sebab, Al-Sharaa adalah pemimpin Suriah pertama yang mengunjungi Gedung Putih sejak kemerdekaan negara itu pada tahun 1946.
Dalam pertemuan tersebut, Trump terus-terusan melontarkan pujian terhadap Al-Sharaa.
"Dia berasal dari lingkungan yang sangat keras, dan dia orang yang keras. Saya menyukainya," kata Trump tentang Presiden Suriah, seperti dikutip dari Al Jazeera.
"Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk membuat Suriah berhasil, karena itu bagian dari Timur Tengah."
"Kami kini memiliki perdamaian di Timur Tengah – pertama kalinya semua orang dapat mengingat kejadian itu," tegas Trump.
Bahkan, Trump sempat bercanda dengan Al-Sharaa dengan menyinggung jumlah istri yang dipunyai Presiden Suriah tersebut.
Dalam video yang beredar, Trump terlihat memberikan sebotol parfum dari lini Trump Fragrances miliknya kepada Al-Sharaa, menyemprotkannya ke tubuhnya.
"Ini wewangian terbaik — dan yang satunya lagi untuk istrimu," kata Trump sambil tersenyum, dikutip dari Newsweek.
Baca juga: 5 Populer Internasional: Momen Trump Bercanda dengan Presiden Suriah - Pesawat Hercules Turki Jatuh
"Ada berapa istri?" tanya Trump sambil tertawa.
Al-Sharaa membalas pertanyaan itu kepada Trump, yang tersenyum dan menjawab, "Saat ini, satu," sementara kedua pemimpin tertawa.
Melihat kedekatan itu, Israel merasa khawatir dengan klaimnya di Gunung Hermon di sisi Suriah.
Kecemasan politik ini datang di tengah persiapan militer Israel (IDF) menghadapi potensi eskalasi pertempuran yang lebih luas melawan kelompok Hizbullah di Lebanon.
Gunung Hermon di Suriah, yang kini dikendalikan IDF, dipandang oleh pejabat keamanan di Yerusalem sebagai jangkar strategis vital untuk menjamin keamanan wilayah utara Israel.
Dari dataran tinggi ini, IDF dapat mengawasi setiap pergerakan kendaraan di posisi-posisi kunci di wilayah Golan serta memantau rute penyelundupan senjata dari Suriah ke Lebanon yang ditujukan kepada Hizbullah.
Dikutip dari Ynet, sejak jatuhnya pemerintahan Bashar Assad tahun lalu, Israel telah merenovasi dua pos terdepan di sana, yakni Metzuda dan Keter Hermon.
Para pejabat Israel telah mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk tidak menyerahkan puncak Hermon Suriah, yang dianggap memiliki nilai pertahanan yang tak ternilai.
Dalam beberapa bulan terakhir, perwakilan Netanyahu dan utusan pemerintahan Al-Sharaa telah mengadakan kontak tingkat rendah untuk mencapai perjanjian gencatan senjata baru, menggantikan perjanjian yang berlaku antara rezim Assad sejak tahun 1974.
Meskipun kesepakatan itu bukanlah perjanjian normalisasi, Israel khawatir Trump dapat memaksakan kesepakatan yang berpotensi merugikan, serupa dengan gencatan senjata Hamas yang masih membiarkan kelompok tersebut mengontrol Jalur Gaza.
Kekhawatiran Israel semakin dalam akibat memanasnya hubungan antara Trump dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Erdogan disebut-sebut berperan sebagai jembatan diplomatik antara Al-Sharaa dan Trump.
Para pejabat keamanan Israel mewaspadai potensi Turki mempersenjatai milisi Al-Sharaa dengan platform militer yang lebih canggih, termasuk baterai rudal pertahanan udara S-400 buatan Rusia.
Jika dipersenjatai dengan sistem tersebut, kemampuan operasional Angkatan Udara Israel (IAF) di wilayah utara dapat sangat dibatasi.
(Tribunnews.com/Whiesa)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.