Konflik Palestina Vs Israel
Banjir Rendam Tenda Pengungsian, Warga Palestina Berjuang di Tengah Hujan Deras
Banjir rendam tenda pengungsian di Gaza, warga terpaksa berlindung di tengah hujan deras. Krisis kemanusiaan makin parah tanpa bantuan internasional.
Ringkasan Berita:
- Hujan deras merendam puluhan tenda pengungsian di Khan Younis dan Al-Mawasi, menimpa sekitar 95.550 warga Palestina.
- Kondisi diperparah oleh infrastruktur terbatas dan blokade Israel yang membatasi masuknya bantuan, sehingga warga sulit memperbaiki tenda dan menghadapi banjir berkepanjangan.
- Banjir menimbulkan ancaman serius bagi kesehatan dan psikologis pengungsi, terutama anak-anak dan lansia, menekankan urgensi bantuan internasional untuk mencegah krisis kemanusiaan lebih parah.
TRIBUNNEWS.COM - Hujan deras yang mengguyur Jalur Gaza membuat situasi pengungsian warga Palestina semakin memprihatinkan.
Puluhan tenda di kamp pengungsian Khan Younis dan wilayah Al-Mawasi yang menampung sekitar 95.550 pengungsi terendam air, meninggalkan ratusan keluarga tanpa perlindungan memadai sejak Jumat (14/11/2025).
Menurut pantauan Daily Sabah, banyak warga bangun pagi hari dan mendapati tenda mereka sudah penuh air, sementara beberapa mencoba menggali parit untuk mencegah banjir masuk lebih dalam.
Hal tersebut turut dikonfirmasi oleh Juru bicara Pertahanan Sipil Gaza, Mahmoud Basal.
Dalam laporannya ia menyampaikan bahwa hampir seluruh tenda pengungsian tidak layak pakai karena kerusakan akibat pemboman Israel dan faktor cuaca sehingga warga semakin kesulitan menemukan tempat berlindung yang aman.
Seorang ibu pengungsi di Jalur Gaza bahkan mengaku putus asa setelah tenda keluarganya terendam banjir akibat hujan deras yang melanda wilayah tersebut.
Ibu dua anak yang kehilangan beberapa anggota keluarga akibat konflik bersenjata yang berkepanjangan, kini menghadapi kesulitan besar untuk menafkahi anak-anaknya.
Dalam kesedihannya, wanita tersebut meminta bantuan berupa tenda, selimut, kasur, dan pakaian layak untuk anak-anaknya.
"Saya meminta bantuan untuk mendapatkan tenda, kasur, dan selimut yang layak. Saya ingin anak-anak saya memiliki pakaian yang layak," katanya.
"Saya tidak punya siapapun untuk dimintai tolong. Tidak ada yang bisa membantu saya," imbuhnya.
Kondisi ini mencerminkan darurat kemanusiaan di Gaza, dimana jutaan warga terjebak antara ancaman perang dan cuaca ekstrem.
Baca juga: Bocoran Rencana AS: Gaza Dipecah Jadi Zona Hijau dan Merah, Warga Terperangkap di Tengah Krisis
Cuaca Ekstrem dan Infrastruktur Terbatas Jadi Pemicu
Adapun banjir yang merendam tenda-tenda pengungsian di Gaza merupakan hasil dari kombinasi cuaca ekstrem dan kondisi infrastruktur yang sangat terbatas.
Jalur Gaza sejak Jumat (14/11/2025) berada di bawah sistem tekanan rendah yang membawa massa udara dingin dan hujan lebat, sehingga air hujan dengan cepat menggenangi wilayah yang padat penduduk.
Intensitas hujan yang tinggi dalam waktu singkat membuat drainase dan saluran air di kamp pengungsian tidak mampu menampung debit air yang masuk.
Selain faktor cuaca, kondisi tenda dan infrastruktur pengungsian yang sangat rapuh memperparah situasi.
Sebagian besar tenda pengungsian, menurut perkiraan Kantor Media Pemerintah Gaza, tidak layak pakai akibat kerusakan dari konflik bersenjata dan faktor cuaca sebelumnya.
Hampir 93 persen tenda dari total 135.000 di Jalur Gaza mengalami kerusakan sehingga air hujan mudah masuk dan menggenangi tempat tinggal pengungsi.
Blokade dan pembatasan bantuan dari Israel juga menjadi faktor penting yang memperparah dampak banjir.
Lantaran blokade membuat masuknya bahan-bahan bangunan dan perlengkapan darurat sangat terbatas, sehingga upaya warga dan pertahanan sipil untuk memperbaiki tenda atau membangun saluran sementara agar air tidak merendam tenda sangat terbatas.
Banjir Picu Ancaman Serius bagi Pengungsi
Jika air tidak segera surut dan bantuan kemanusiaan tidak masuk, pengungsi diperkiraan bakal menghadapi risiko kesehatan,.
Paparan air dingin dan lembab dapat memicu penyakit pernapasan, kulit, serta komplikasi kesehatan bagi anak-anak dan lansia.
Warga yang terjebak di tenda terendam banjir juga menghadapi kesulitan dalam memperoleh makanan bersih, air minum, dan perlindungan dari dinginnya musim hujan.
Selain masalah kesehatan, banjir berkepanjangan akan memperparah kondisi psikologis pengungsi.
Kehilangan anggota keluarga, hancurnya tenda, dan ketidakpastian bantuan membuat warga hidup dalam tekanan mental yang berat.
Anak-anak yang kehilangan ruang bermain dan sekolah juga berisiko mengalami gangguan perkembangan dan trauma.
Jika tidak ada langkah cepat dari komunitas internasional untuk menyalurkan bantuan, banjir berkepanjangan bisa menimbulkan krisis kemanusiaan baru yang jauh lebih parah daripada sebelumnya.
Kondisi ini menegaskan urgensi dukungan global untuk melindungi kesehatan, keselamatan, dan hak hidup warga Gaza yang sudah menderita akibat perang dan bencana alam.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.