Sabtu, 22 November 2025

Trump Bela Putra Mahkota Arab Saudi dari Tuduhan Pembunuhan Khashoggi

Presiden AS Trump membela Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman dari tuduhan pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi.

Facebook The White House
MBS TEMUI TRUMP - Foto diambil dari Facebook The White House, Rabu (19/11/2025) memperlihatkan Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. 
Ringkasan Berita:

TRIBUNNEWS.COM - Ketika menjamu Putra Mahkota Arab Saudi Mohamed bin Salman, Presiden Amerika Serikat Donald Trump membela tamunya dari tuduhan pembunuhan seorang jurnalis di Turki pada tahun 2018.

Seorang wartawan bertanya kepada Trump mengenai tuduhan terhadap Mohamed bin Salman dengan menyebut nama Jamal Khashoggi, jurnalis yang tewas di Turki.

"Anda menyebutkan seseorang yang sangat kontroversial," kata Trump saat duduk bersama Mohamed bin Salman di Gedung Putih, Selasa (18/11/2025).

Trump mengatakan banyak orang yang tidak menyukai jurnalis yang ia sebutkan tadi, dan menekankan tamunya tidak terlibat dalam kematiannya.

"Tapi dia (Putra Mahkota) tidak tahu apa-apa tentang itu," tambah Trump.

"Anda tidak perlu mempermalukan tamu kami," lanjutnya.

Pada gilirannya, Mohamed bin Salman angkat bicara.

"Arab Saudi melakukan semua langkah yang tepat untuk menyelidiki pembunuhan tersebut," katanya, seraya menyebut kematian Khashoggi adalah kesalahan besar.

"Ini menyakitkan, dan ini adalah kesalahan besar, dan kami berusaha sebaik mungkin agar hal ini tidak terjadi lagi," tambahnya.

Menurut pernyataan jaksa Arab Saudi pada tahun 2019, kematian Khashoggi berawal pertengkaran saat diskusi di konsulat di Istanbul.

Dari delapan orang yang dijatuhi hukuman oleh pengadilan Arab Saudi, lima orang awalnya dihukum mati namun diubah menjadi hukuman penjara setelah keluarga Khashoggi memaafkan mereka, sedangkan tiga orang lainnya dijatuhi hukuman penjara dengan masa kurungan yang berbeda-beda.

Baca juga: Pangeran MBS ke AS, Lobi Trump Setujui Kerja Sama AI hingga Nuklir Senilai 600 Miliar Dolar

Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi itu telah lama dikaitkan dengan kematian jurnalis Jamal Khashoggi.

Komentar Trump bertentangan dengan penilaian intelijen AS pada tahun 2021 yang mengatakan menetapkan putra mahkota telah menyetujui operasi yang menyebabkan kematian Khashoggi.

Putra Raja Salman tersebut dituduh memerintahkan operasi pembunuhan terhadap Khashoggi  di konsulat Arab Saudi di Turki pada tahun 2018.

Khashoggi, yang tewas pada usia 59 tahun, merupakan salah satu jurnalis yang vokal dalam mengkritik kebijakan Mohammed bin Salman.

Pemerintah Arab Saudi membantah tuduhan tersebut, dengan Mohamed bin Salman mengatakan ia tidak terlibat dalam kematian jurnalis yang menulis untuk kolom The Washington Post tersebut.

Trump membela Arab Saudi dengan mengatakan pemerintah negara Teluk itu melakukan hal yang benar untuk menyelidiki kematian Jamal Khashoggi

"Mereka melakukan semua hal yang benar," katanya, dikutip dari BBC.

Laporan Intelijen AS Tahun 2021

Pendahulu Trump, pemerintahan Joe Biden pada tahun 2021 mengungkap laporan penilaian intelijen AS yang menyebut Putra Mahkota Arab Saudi menyetujui rencana untuk menangkap atau membunuh Jamal Khashoggi di Istanbul.

Puluhan pejabat Arab Saudi mendapat sanksi dari AS setelah laporan intelijen itu, namun tidak secara langsung ke Putra Mahkota.

Arab Saudi pada saat itu menolak laporan Intelijen AS, menyebutnya salah dan tidak dapat diterima.

Pada hari kunjungan Mohamed bin Salman ke Washington kemarin, istri mendiang Jamal Khashoggi mendesak Putra Mahkota itu untuk meminta maaf atas pembunuhan suaminya.

"Putra Mahkota mengatakan ia menyesal, jadi ia harus menemui saya, meminta maaf, dan memberikan kompensasi atas pembunuhan suami saya @JKhashoggi," tulis Hanan Elatr Khashoggi di X, Selasa (18/11/2025).

Setelah mendapatkan suaka politik di AS, ia tinggal di wilayah Washington DC.

Isi Pertemuan Trump dan Mohamed bin Salman

Kunjungan tak biasa Mohamed bin Salman ke Washington menandai pertemuan penting antara kedua negara.

Sehari sebelumnya, Trump mengisyaratkan akan menyetujui penjualan jet F-35 buatan AS ke Arab Saudi.

Jet super cepat dan anti deteksi radar itu telah lama menjadi incaran Arab Saudi sebagai bagian modernisasi militernya.

Pertemuan hari Selasa antara Trump dan Mohammed bin Salman diperkirakan akan mencakup kesepakatan mengenai tenaga nuklir sipil, kecerdasan buatan, dan investasi Saudi di AS, yang menurut putra mahkota ditingkatkan menjadi $1 triliun (£761 miliar) dari $600 miliar yang dijanjikan awal tahun ini.

Trump mengatakan sementara lisensi ekspor masih diumumkan.

Presiden dari Partai Republik itu berharap dapat berbisnis dengan Arab Saudi, termasuk penjualan jet F-35 yang diproduksi oleh perusahaan pertahanan Lockheed Martin.

Pada dasarnya, AS semakin membuka peluang kerja sama dengan negara di Timur Tengah, namun tetap mengutamakan pertahanan sekutunya, Israel, sebagai "yang terkuat" di kawasan.

"Ini (Arab Saudi) sekutu yang hebat, dan Israel sekutu yang hebat," kata Trump.

"Saya tahu mereka ingin Anda mendapatkan pesawat dengan kaliber yang lebih rendah," lanjutnya.

"Namun sejauh yang saya ketahui, saya rasa keduanya sudah berada pada level yang seharusnya membuat mereka menjadi yang terbaik," tambahnya.

Trump telah menggembar-gemborkan investasi dengan Arab Saudi sejak beberapa bulan lalu.

Setelah kunjungannya ke Arab Saudi pada bulan Mei, Gedung Putih mengumumkan bahwa negara Timur Tengah tersebut telah membuat komitmen investasi sebesar $600 miliar di Amerika Serikat, lapor NPR.

(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved