Jumat, 21 November 2025

Konflik Palestina Vs Israel

Netanyahu Tinjau Medan Perang di Suriah Selatan, Tegaskan Israel Bisa Bertindak “Kapan Saja”

Netanyahu meninjau zona perang di Suriah selatan dan menegaskan Israel siap bertindak kapan saja. Kunjungan ini langsung memicu kecaman berbagai pihak

TheNational/Toaf Maayan
PERINTAHKAN PENGHANCURAN - Netanyahu meninjau zona penyangga di Suriah selatan. Kunjungan dilakukan bersama jajaran petinggi keamanan Israel, menandakan langkah strategis, bukan sekadar inspeksi rutin. Israel menegaskan tidak akan menarik pasukan meski wilayah itu diakui sebagai bagian Suriah. 
Ringkasan Berita:
  • Netanyahu meninjau zona penyangga di Suriah selatan dan menegaskan Israel siap menyerang kapan saja, menyebut wilayah itu penting untuk mencegah ancaman Iran, Hizbullah, dan milisi pro-Iran.
  • Namun kunjungan yang dilakukan Netanyahu dan petinggi keamanan Israel, menandakan langkah strategis, bukan sekadar inspeksi rutin. 
  • Merespon kunjungan Netanyahu Suriah, PBB, Yordania, mengecam keras kunjungan tersebut, menyebutnya ilegal dkarena melanggar kedaulatan Suriah

TRIBUNNEWS.COM - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa Israel dapat melancarkan serangan kapan saja di zona keamanan yang dikuasai Pasukan Pertahanan Israel (IDF) di Suriah selatan.

Pernyataan itu disampaikan Netanyahu saat melakukan kunjungan lapangan di zona penyangga Suriah yang direbut oleh Israel, Rabu (19/11/2025).

Menjadi sinyal kuat bahwa Tel Aviv tak akan mundur dari wilayah strategis itu, meskipun mendapat tekanan dari Iran, Hizbullah, dan kelompok milisi lain yang beroperasi di selatan Suriah, wilayah yang dianggap Israel sebagai pintu masuk ancaman ke Dataran Tinggi Golan.

Netanyahu tidak datang sendirian, dalam kunjungannya ia turut didampingi sejumlah pejabat inti keamanan Israel.

Termasuk Menteri Pertahanan Yoav Katz, Menteri Luar Negeri Gideon Sa’ar, Kepala Staf IDF Letjen Eyal Zamir, Direktur Shin Bet David Zini, serta Duta Besar Israel untuk AS Yechiel Leiter.

Kehadiran tokoh-tokoh strategis ini menunjukkan bahwa kunjungan tersebut bukan sekadar inspeksi rutin, melainkan langkah politik dan militer yang sarat pesan.

Selama berada di zona operasi, Netanyahu bertemu langsung dengan para prajurit reguler dan cadangan yang bertugas.

Ia terlihat berdialog dengan mereka, menerima laporan situasi terkini, serta memberikan apresiasi atas tugas pengamanan perbatasan yang mereka lakukan.

Menurut pernyataan resmi Kantor Perdana Menteri, Netanyahu ingin memastikan bahwa kemampuan bertahan dan kemampuan ofensif Israel di perbatasan utara tetap dalam kondisi optimal.

Mengingat kunjungan dinilai sebagai langkah signifikan, karena zona penyangga di perbatasan Suriah–Israel merupakan area strategis yang selama bertahun-tahun menjadi garis depan keamanan Israel.

Zona itu awalnya terbentuk setelah Perjanjian 1974 pasca Perang Yom Kippur, dengan status tetap menjadi bagian dari Suriah.

Baca juga: Momen Donald Trump Semprotkan Parfum ke Presiden Suriah, Sambil Tanya: Punya Istri Berapa?

Namun saat perang sipil Suriah pecah, wilayah itu menjadi tidak terkontrol dan banyak kelompok bersenjata, termasuk milisi pro-Iran, bergerak mendekati perbatasan Israel.

Ketika rezim Assad jatuh pada akhir 2024, kekosongan kekuasaan membuat Israel bergerak cepat mengambil alih zona tersebut untuk mencegah Iran dan Hizbullah menguasai area strategis itu. 

Sejak saat itu Israel menganggap wilayah tersebut penting sebagai sabuk pertahanan menuju Dataran Tinggi Golan.

Netanyahu bahkan menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menarik pasukan meski wilayah tersebut secara internasional diakui sebagai bagian dari Suriah.

Suriah Beri Reaksi Keras

Merespon kunjungan militer yang dilakukan Netanyahu, Kementerian Luar Negeri Suriah mengutuk keras kehadiran pemimpin zionis itu di zona penyangga Suriah selatan.

Ia bahkan menyebutnya sebagai tindakan ilegal yang melanggar kedaulatan nasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Hal serupa juga dilontarkan Duta Besar Suriah untuk PBB, Ibrahim Olabi, yang mengatakan bahwa kunjungan tersebut merupakan bukti terbaru dari agresi berkelanjutan Israel terhadap Suriah.

Ia mendesak Dewan Keamanan PBB mengambil langkah tegas untuk menghentikan pelanggaran yang terus terjadi di wilayah perbatasan.

Sementara itu Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui juru bicaranya, Stephane Dujarric, turut menyampaikan keprihatinan mendalam atas tindakan Netanyahu.

PBB menyerukan agar Israel mematuhi perjanjian pemisahan pasukan tahun 1974, yang menjadi dasar stabilitas kawasan sejak konflik Arab–Israel berakhir.

“Kunjungan yang sangat terbuka ini cukup mengkhawatirkan. Kami menyerukan kepada Israel untuk menghormati perjanjian pemisahan pasukan tahun 1974,” tegas Dujarric, seperti dikutip dari France 24.

Kecaman juga datang dari Yordania, yang menilai langkah Netanyahu sebagai tindakan provokatif dan berbahaya.

Kementerian Luar Negeri Yordania menyebut kunjungan itu sebagai pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Suriah dan berpotensi memperburuk ketegangan regional.

“Ini adalah eskalasi berbahaya yang hanya akan berkontribusi pada konflik dan ketegangan lebih lanjut,” ujar pernyataan resmi yang dilaporkan Anadolu Agency.

(Tribunnews.com / Namira)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved