Iran Kolaps: Presiden Pezeshkian Siapkan Langkah Darurat Pindahkan Ibu Kota dari Teheran
Teheran dilanda krisis air ekstrem, ledakan penduduk, dan ancaman gempa.Presiden Pezeshkian siapkan langkah darurat pindahkan ibu kota ke Makrab
Ringkasan Berita:
- Krisis air parah dan kegagalan manajemen membuat Teheran terancam kolaps, waduk utama hanya terisi 8 persen, air warga terancam benar-benar kering.
- Ledakan penduduk dan infrastruktur kolaps berpotensi menghancurkan kota.
- Makran jadi kandidat ibu kota baru karena wilayah luas, lebih aman dari gempa, akses maritim strategis, dan peluang pembangunan kota modern yang berkelanjutan.
TRIBUNNEWS.COM - Presiden Iran, Masoud Pezeshkian tengah mempertimbangkan rencana pemindahan ibu kota dari Teheran, Jumat (21/11/2025).
Pemindahan ini diungkap Presiden Masoud Pezeshkian setelah kondisi Teheran yang semakin memprihatinkan buntut krisis air yang mencekik.
Mengutip laporan Jerusalem Post, Teheran saat ini menghadapi kekeringan terburuk dalam sejarah modern Iran.
Bendungan Amir Kabir, salah satu sumber pasokan air utama ibu kota, dilaporkan hanya terisi 8 persen, dan hampir separuh waduk lainnya berada dalam kondisi setengah kosong.
Meski pemerintah menyebut perubahan iklim serta sanksi internasional sebagai penyebab, para ahli sumber daya air menilai akar persoalan justru terletak pada kesalahan manajemen manusia selama puluhan tahun.
Seperti pembangunan bendungan berlebihan tanpa kajian lingkungan, eksploitasi air tanah yang tidak terkendali, serta jaringan distribusi air yang bocor sehingga sekitar 25 persen air hilang sebelum sampai ke masyarakat.
Sejumlah upaya kini mulai mengupayakan berbagai cara untuk mencegah kekosongan pasokan air, di antaranya menetapkan kebijakan pengurangan tekanan air di seluruh kota.
Namun langkah itu nyatanya tak cukup mampu mengatasi krisis, bahkan pejabat lokal memperingatkan terkait kemungkinan keran air warga benar-benar akan kering dalam waktu dekat akibat masalah ini.
Kepadatan Penduduk di Teheran Membludak
Selain krisis air, kepadatan penduduk yang ekstrem menjadi alasan utama lainnya.
Teheran saat ini menampung lebih dari 10 juta penduduk, menjadikannya salah satu kota terpadat di Timur Tengah.
Baca juga: Iran Sita Kapal Tanker di Teluk Oman, IRGC Klaim Muatan Petrokimia Diekspor Ilegal
Imbasnya infrastruktur kota sudah melampaui batas kemampuan, ditandai dengan kemacetan parah, polusi udara berat, keterbatasan ruang, serta naiknya harga hunian yang tidak terjangkau bagi sebagian besar warga.
Presiden Pezeshkian menegaskan bahwa Teheran “tidak mampu lagi menahan pertumbuhan populasi atau menyediakan ruang bagi pembangunan jangka panjang”.
Situasi ini menempatkan Teheran pada risiko menjadi kota gagal, di mana kebutuhan masyarakat tidak bisa dipenuhi oleh kapasitas kota.
Lebih lanjut, kondisi geografis juga memegang peranan penting dalam keputusan pemindahan ibu kota.
Teheran berada tepat di atas zona patahan gempa aktif, dan para ilmuwan memperingatkan bahwa gempa besar berpotensi menghancurkan kota dalam sekejap.
Dengan berbagai tekanan lingkungan dan sosial yang semakin mendesak, pemindahan ibu kota dipandang bukan sekadar wacana politik, melainkan upaya penyelamatan nasional.
Makran Jadi Kandidat Ibu Kota Baru
Sejauh ini pemerintah Iran tengah mempertimbangkan wilayah Makran yang berlokasi di Iran tenggara sebagai kandidat terkuat sebagai ibu kota baru, menggantikan Teheran.
Pemerintah Iran menilai bahwa kawasan ini memiliki keunggulan strategis yang mampu menopang pembangunan jangka panjang, terutama di tengah tekanan berat yang kini menimpa Teheran akibat krisis air, kepadatan penduduk, polusi, serta risiko bencana alam.
Keputusan ini muncul sebagai bagian dari langkah penyelamatan nasional, bukan sekadar perubahan administratif biasa.
Adapun Makran dipertimbangkan karena memiliki luas wilayah yang sangat besar dan masih belum berkembang secara signifikan, sehingga memberikan ruang bebas untuk merancang kota modern yang terencana sejak awal.
Berbeda dengan Teheran yang sudah penuh sesak dan terbebani infrastruktur yang menua, Makran menawarkan kesempatan untuk membangun sistem tata kota baru yang lebih berkelanjutan.
Termasuk jaringan transportasi, fasilitas publik, dan pusat pemerintahan yang lebih tersebar.
Pemerintah melihat bahwa memulai dari wilayah yang masih kosong dan alami akan jauh lebih efisien secara ekonomi dibandingkan memperbaiki kerusakan struktural di Teheran.
Di sisi lain, Makran dipandang lebih aman secara geografis. Kawasan ini tidak berada di atas jalur patahan gempa besar yang selama ini mengancam Teheran.
Sehingga memberikan jaminan stabilitas terhadap pusat pemerintahan dan institusi penting negara.
Keamanan jangka panjang menjadi pertimbangan utama, mengingat risiko gempa besar dapat melumpuhkan Teheran dan mengganggu keberlangsungan negara.
Makran juga memiliki keuntungan strategis dari sisi ekonomi karena berdekatan dengan Pantai Makran dan Laut Oman, yang membuka akses langsung ke jalur perdagangan internasional dan potensi besar pengembangan sektor maritim.
Pemerintah menilai lokasi ini dapat menjadi pintu baru bagi ekonomi Iran, terutama dalam kondisi negara menghadapi tekanan sanksi dan membutuhkan diversifikasi sumber pertumbuhan.
Meskipun telah disebutkan sebagai kandidat serius, namun hingga kini pemerintah belum mengumumkan jadwal resmi pemindahan ibu kota.
Proses evaluasi dan kajian infrastruktur masih terus dilaksanakan untuk memastikan kesiapan wilayah tersebut sebagai pusat pemerintahan baru.
Presiden Pezeshkian menegaskan bahwa langkah ini harus dirancang secara hati-hati dan berjangka panjang agar tidak menimbulkan masalah baru di masa depan.
(Tribunnews.com / Namira)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.