Senin, 18 Agustus 2025

Penjelasan YLKI soal Status Facebook 'Dibohongi Mi Instan'

Tesis dasarnya ada kecenderungan statistik, penyakit tidak menular di Indonesia ada kenaikan, disebabkan oleh pola konsumsi

Editor: Yudie Thirzano
Facebook
Cuplikan postingan YLKI tentang bahaya mengonsumsi mi instan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Status Facebook Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) berjudul 'Dibohongi Mi Instan' menjadi viral sejak diunggah Minggu (31/1/2016) petang.

Apa motif di balik status tersebut?

Pengurus Harian YLKI, Soedaryatmo kepada Tribunnews.com membantah itu ditujukan sekadar untuk menyerang pihak produsen mi instan di Indonesia.

Menurut YLKI isu mi instan terkait dengan isu pangan sehat yang kini tengah berkembang di kalangan lembaga perlindungan konsumen di berbagai belahan dunia.

"Ini isu global lembaga konsumsen seluruh dunia untuk dorong pangan sehat. Mendorong pemenuhan gizi yang seimbang makanan sehat seperti sayur mayur," ujar Soedaryatmo, Senin (1/2/2016).

Soedaryatmo mengatakan, semua peringatan yang dibeber YLKI itu dapat dilihat pada setiap kemasan mi instan di Indonesia.

Kandungan-kandungan yang disebutkan dalam poin-poin peringatan itu juga tercantum dalam kemasan mi instan.

Soedaryatmo menegaskan tidak bertujuan menyerang produsen tertentu.

"Dengan membaca label setiap mi instan (status YLKI) itu terkonfirmasi," jawab Soedaryatmo.

Sorotan terhadap mi instan memang ditujukan oleh YLKI berkaca pada kondisi umum kesehatan masyarakat.

"Tesis dasarnya ada kecenderungan statistik, penyakit tidak menular di Indonesia ada kenaikan, disebabkan oleh pola konsumsi," ujarnya.

Di antara persoalan pola konsumsi tersebut, terdapat masalah produk pangan sehat yang kurang dipahami oleh sebagian besar konsumen.

Dalam status yang diunggah di Fan Page YLKI tersebut ditampikan gambar mi instan dengan 4 poin peringatan.

1. Mi Instan tidak mengandung nutrisi apapun. Namun makanan ini mengandung hampir 2.700 mg sodium dalam kemasannya.

2. Mi instan mengandung bahan pengawet beracun TBHQ, yang umum ditemui di semua jenis makanan yang telah diproses, di mana bahan ini diproduksi juga di industri minyak tanah.

Halaman
12
Berita Terkait
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan