Virus Corona
Seberapa Bahayanya Varian Covid-19 Delta Plus? Ini yang Perlu Diketahui
Varian Delta Plus sedikit berbeda dari varian Delta yang lebih menular, apakah lebih berbahaya? Ini yang perlu diketahui
Penulis:
Tiara Shelavie
Editor:
Sri Juliati
Tetapi di Israel, di mana 57,1 persen populasinya sudah divaksinasi penuh, sekitar setengah dari infeksi varian Delta terjadi di antara mereka yang divaksinasi penuh dengan suntikan Pfizer.
Ini mendorong Israel untuk kembali mengenakan masker di dalam ruangan.
"Dalam hal varian … kita tahu vaksin bekerja; kita tahu bahwa masker dan jarak sosial bekerja. Meski terlihat menakutkan, kami masih memiliki langkah-langkah untuk melawannya," kata Priyamvada Acharya, seorang ahli imunologi di Duke Human Vaccine Institute.
Apa yang kita ketahui sejauh ini?
Delta Plus berbeda dari Delta karena mutasi ada ekstra K417N yang terletak di protein spike, yang menutupi permukaan virus SARS-CoV-2.
Mutasi K417 juga telah terdeteksi pada beberapa sampel Alpha (pertama kali diidentifikasi di Inggris).
Posisi K417 berada dalam wilayah protein spike yang berinteraksi dengan protein reseptor ACE2 dan memungkinkan virus menginfeksi sel, termasuk yang ada di paru-paru, jantung, ginjal, dan usus.
Ketika protein spike bertemu ACE2, protein itu berubah dari keadaan "tertutup" menjadi "terbuka" untuk mengikat reseptor dan menginfeksi sel.
Berdasarkan studi varian Beta, yang membawa mutasi yang sama, K417N dapat membantu spike mencapai status "terbuka" sepenuhnya, yang kemungkinan meningkatkan kemampuannya untuk menginfeksi sel.
Peningkatan pengikatan reseptor ACE2 dan keadaan yang lebih terbuka adalah ciri-ciri varian yang sangat menular dan resisten antibodi.
Studi menunjukkan bahwa mutasi di lokasi K417 membantu varian Beta menghindari antibodi, sehingga Delta Plus dapat menghindari vaksin dan antibodi lebih baik daripada varian Delta.
"Dalam garis keturunan varian Delta, keberadaan mutasi K417N yang terdeteksi dalam beberapa kasus merupakan indikator kuat bahwa varian tersebut dapat berkembang menjadi lebih resisten terhadap antibodi penetralisir," ujar Olivier Schwartz, kepala Unit Virus dan Kekebalan di Institut Pasteur di Perancis.
Penelitian awal Schwartz telah menunjukkan (dalam studi yang belum ditinjau oleh rekan sejawat) bahwa vairn Delta kurang rentan terhadap antibodi yang diekstraksi dari darah individu yang sembuh dan divaksinasi.
Tetapi efek tambahan K417N pada protein spike virus tidak mudah diprediksi, karena dampak mutasi individu pada protein tidak dapat begitu saja ditambahkan bersama-sama.
"Mutasi memiliki cara bekerja bersama melintasi spike, untuk memiliki lebih banyak efek daripada yang dilakukan salah satu dari mereka secara individual," jelas Acharya.