Ini Pendapat Pakar Polimer ITB Terkait Kandungan BPA dalam Galon Guna Ulang
Banyak orang salah mengartikan antara bahan kemasan plastik Polikarbonat dan BPA sebagai prekursor pembuatnya.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - DR Ahmad Zainal, pakar polimer dari ITB juga menyayangkan adanya narasi yang salah dalam memahami kandungan BPA dalam galon guna ulang berbahan Polikarbonat (PC) yang dihembuskan pihak-pihak tertentu akhir-akhir ini.
Sebagai pakar polimer, dia melihat PC itu merupakan bahan plastik yang aman.
Ahmad Zainal mengatakan antara BPA dan PC itu dua hal yang berbeda.
"Banyak orang salah mengartikan antara bahan kemasan plastik Polikarbonat dan BPA sebagai prekursor pembuatnya," katanya saat temu media bertema Standar Keamanan Kemasan Pangan dan Kesehatan Konsumen yang digelar secara online, Selasa (21/9/2021).
Selain Ahmad hadir sebagai pembicara, Plt Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Ir Putu Juli Ardika, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan bahan Penyegar, Edy Sutopo, Dosen IPB dari Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Aziz Boing Sitanggang, Ketua Pokja Infeksi Saluran Reproduksi Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi (POGI), dokter Alamsyah Aziz, dan Dokter Spesialis Anak, Farabi El Fouz.
Menurut Ahmad, beberapa pihak sering hanya melihat dari sisi BPA-nya saja yang disebutkan berbahaya bagi kesehatan tanpa memahami bahan bentukannya yaitu Polikarbonatnya yang aman jika digunakan untuk kemasan pangan.
Senada, Aziz Boing Sitanggang mengatakan yang harus dipahami masyarakat adalah bahwa BPA itu punya tolerable daily intake (TDI), yaitu jumlah maksimum kontaminan yang dapat terkonsumsi setiap hari seumur hidup tanpa menimbulkan resiko bagi kesehatan.
Menurutnya, BPA itu kontaminasinya kecil sekali.
Baca juga: Arzeti Bilbina Apresiasi Uji BPOM Atas Keamanan Galon Guna Ulang Polikarbonat
Baca juga: BPOM Wacanakan Semua Kemasan Makanan dan Minuman Diberi Label
“Jadi sebaiknya siapapun yang menyebarkan informasi mengenai BPA ini harus paham sebelum menyebarkannya,” tukasnya.
Dokter spesialis kandunhan, Dr Alamsyah SpOG mengutarakan temuan dosis BPA pada bayi dan janin sangat kecil, bahkan 1000 kali lebih rendah dari dosis aman yang ditetapkan BPOM.

“Jadi safety limitnya sangat jauh sekali. Kita sayangkan jika masyarakat sampai saat ini selalu diperdengarkan isu yang kurang baik soal BPA dalam galon guna ulang ini,” katanya.
Dokter spesialis anak, Dr Farabi SpA. Dia mengatakan sangat mendukung rekomendasi Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang mendukung hasil penelitian BPOM RI yang mengatakan migrasi BPA pada galon guna ulang masih dakam batas aman.
“Jadi, apabila ada perbedaan pendapat asumsi audience maka saya menyarankan untuk kembali pada rekomendasi IDI, IDAI, BPOM dan Kemenkes.
Sementara Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Ir Putu Juli Ardika mengatakan, isu yang berkembang terkait Bisfenol A (BPA) sangat sensitif.
Baca juga: DPR Dorong BPOM Lebih Progresif Terkait Perizinan Obat untuk Pasien Covid-19
Ia un meminta jika ada usulan dari pihak-pihak tertentu terkait BPA ini, sebaiknya orang tersebut melihat juga mengenai standar yang dikeluarkan regulator terkait keamanan kemasan yang mengandung BPA tersebut.
“Kita sudah mempunyai satu standar yang bisa digunakan.
Di standar itu konteksnya itu lengkap di sana, ada pemerintah, perindustrian, BPOM, masyarakat/konsumen, produsen, dan juga ada akademisi,” katanya.
Ia meminta agar pihak-pihak tertentu yang menghembuskan isu tidak benar terkait BPA ini untuk tidak merusak pemulihan industri di tengah pasar yang belum bagus. “Konsentrasi kita sekarang melakukan pemulihan industri karena pasar di dalam negeri masih belum bagus,” ucapnya.
Dia mengutarakan eskpor makanan dan minuman (mamin) sepanjang Januari hingga Agustus 2021 sebesar US$ 111 miliar. Itu jauh lebih besar daripada total ekspor kita pada tahun 2019.
Menurutnya, ekspor di industri mamin itu kontribusinya sebanyak 78% dari keseluruhan ekspor.
“Sehingga kami berharap, jangan sampai ada hoaks. Dilihat dulu konteks pembicaraannya. Kita terutama yang dari pemerintah sebagai regulator harus benar-benar hati-hati,” katanya.
Kemenperin, kata Putu, tidak mau masyarakat terkena dampak akibat adanya isu hoaks mengenai kandungan BPA.
“Kita yakin pengaturan yang ada sekarang di Indonesia, karena banyak negara yang melakukan kebijakan yang sama seperti di China, Korea, sehingga kita yakin kalau galon guna ulang itu aman untuk kita juga,” katanya.
Edy Sutopo, Direktur Minuman dan Bahan Penyegar, menambahkan bahwa industri kemasan galon guna ulang ini sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
“Saya kira, kita perlu menjaga industri ini, jangan sampai ada isu-isu yang bisa mempengaruhi kinerja industri makanan dan minuman kita yang selanjutnya bisa berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian nasional,” ujarnya.