Partikel Gas Air Mata Bisa Bertahan Lama di Udara, Waspada Efeknya pada Mata dan Paru
Sebuah studi di negara empat musim bahkan menemukan sisa partikel gas air mata masih terdeteksi di salju hingga 30 hari setelah penembakan.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Theresia Felisiani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Gas air mata kerap digunakan aparat keamanan untuk membubarkan massa.
Namun, sedikit yang memahami bahwa zat ini bisa menimbulkan pencemaran udara yang lebih kompleks dari yang terlihat.
Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia, Dokter Santi, menegaskan bahwa partikel gas air mata berbentuk padatan dengan ukuran sangat kecil, yakni PM 2,5.
“Karena dia bentukannya padat, kecil, dia jatuh ke bawah, ke trotoar. Kalau ada angin, bisa kembali naik ke atas dan mengiritasi mata, hidung, hingga saluran pernapasan,” ungkapnya pada kanal YouTube Sonora FM, Kamis (4/9/2025).
Partikel halus itu dapat menyebar sejauh 70 meter dari titik peluncuran.
Baca juga: Polisi Sebut Gas Air Mata Terbawa Angin ke Unisba, Pakar: Alasan yang Mengada-ada
Dalam kondisi tertentu, ia bisa bertahan lama di lingkungan.
Sebuah studi di negara empat musim bahkan menemukan sisa partikel gas air mata masih terdeteksi di salju hingga 30 hari setelah penembakan.
Kondisi geografis Indonesia yang beriklim tropis memang berbeda, tetapi hal ini menunjukkan bahwa gas air mata tidak serta-merta hilang begitu saja.
Saat malam hingga pagi hari, partikel cenderung turun ke permukaan tanah, lalu terbawa angin pagi.
Inilah sebabnya, masyarakat yang beraktivitas pagi di area bekas tembakan sering mengeluhkan iritasi mata atau hidung.
Risiko Jangka Panjang
Dalam paparan jangka pendek, gejala yang umum dialami adalah mata berair, hidung meler, hingga sesak napas.
Namun, paparan berulang bisa menimbulkan dampak kesehatan serius.
Gangguan penglihatan menjadi salah satu risiko.
Mulai dari infeksi mata ringan, katarak akibat kerusakan protein pada lensa, hingga glaukoma karena peningkatan tekanan bola mata.
Pada saluran pernapasan, gas air mata dapat memperburuk kondisi penderita asma, memicu bronkitis, hingga pneumonia.
Anak-anak dan lansia menjadi kelompok yang paling rentan.
“Kalau bisa jangan lewat area bekas gas air mata saat pagi hari. Konsentrasinya masih tinggi karena terbawa angin pagi,” imbau Dokter Santi.
(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)
Soal Penembakan Gas Air Mata di Unisba, Pakar: Polisi Tak Dibenarkan Menyerang Kampus |
![]() |
---|
Aksi Tak Biasa saat Demo Ricuh: Pelajar Jarah Tameng Polisi hingga 2 Pemuda Curi Water Barrier |
![]() |
---|
KISAH Pedih Pedagang Batagor dan Ibu Penjual Seblak Korban Demo Ricuh, Dedi Mulyadi Beri Bantuan |
![]() |
---|
Mengapa Mata Perih, Bersin, dan Sesak Saat Terpapar Gas Air Mata? Ini Penjelasan Dokter |
![]() |
---|
Rencana Demo 4 September 2025: Peserta Aksi, Lokasi Unjuk Rasa, dan Tuntutan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.