Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Efek Gas Air Mata Dirasakan Lebih Berat pada Anak-anak
Sebagian anak-anak ikut jadi korban kerusuhan di Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur. rata-rata mengalami sesak napas karena gas air mata.
Penulis:
Rina Ayu Panca Rini
Editor:
Willem Jonata
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Kerusuhan di penghujung laga Arema FC dan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, menyisakan duka begitu dalam.
Dilaporkan rata-rata korban mengalami sesak napas karena gas air mata dari polisi, yang membuat supporter berlarian menuju pintu kelur dan kemudian berdesak-desakan.
Berdasarkan laporan kepolisian setempat tercatat 131 orang meninggal dalam peristiwa tersebut, termasuk anak-anak.
Dokter Spesialis Anak, dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A menuturkan, efek gas air mata jauh lebih berat dirasakan anak-anak ketimbang orang dewasa.
"Kapasitas paru yang masih terbatas membuat efek gas air mata jadi lebih berat dirasakan oleh anak-anak," kata dia mengutip cuitan di Twitter atas izin yng bersangkutan, Senin (3/10/2022).
Baca juga: Tragedi Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Warga Malang Diminta Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Dokter anak di RS Mayapada Jakarta Selatan ini pun mengingatkan, agar orangtua tidak mengikutsertakan anak-anak dibawah 5 tahun terutama bayi untuk ikut nonton pertandingan bola secara langsung.
"Jangan bawa anak nonton bola langsung di stadion, jika usia anak masih di bawah lima tahun, apalagi bayi. Suara riuhnya pertandingan langsung bisa merusak pendengaran bayi," pesan dokter Denta.
Menurutnya, menonton pertandingan apalagi yang digelar malam hari bersama anak bukanlah hal yang menyenangkan bagi anak.
"Karena terlalu melelahkan buat anak juga. Gak usah juga bawa anak untuk nonton pertandingan dengan risiko rusuh tinggi. Selalu hindari kerumunan," ungkap dokter lulus FK UGM ini.
Jikapun harus membawa anak, pastikan usianya sudah diatas lima tahun.

Kemudian, orangtua sudah paham terlebih dahulu dengan lay-out stadion, akses masuk-keluar, flow penonton, flow evakuasi, titik kumpul dan lain-lain.
Juga bekali anak dengan gelang nama berisi kontak orang tua dan nomor yang bisa dihubungi.
"Ini untuk menjaga kalau anak terlepas dari orang tua atau pengasuh," kata dia.
Datang dan pulang lebih awal. Kalaupun di luar negeri biasanya disarankan pulang paling akhir menunggu sebagian besar pada keluar.
Namun rasanya jika di Indonesia sebaiknya sebelum pertandingan berakhir sudah keluar stadion. Keselamatan anak di atas kesenangan orang tua.