Jumat, 22 Agustus 2025

Kesehatan

Sering Buat Tak Percaya Diri, dr Yulia Paparkan Penyebab Bau Badan Meski Sudah Memakai Deodoran

Seseorang yang memiliki kecenderungan bau badan, menurut penelitian orang tersebut memiliki peningkatkan enzim pada kelenjar keringatnya.

Penulis: Irma Rahmasari
pexels.com
Ilustrasi bau badan, berikut dr Yulia Asmarani, Sp.DV berikan penjelasan mengenai penyebab bau badan meskipun sudah gunakan deodoran 

TRIBUNNEWS.COM, KESEHATAN - Dokter Spesialis Dermatovenereologi, dr Yulia Asmarani, Sp.DV menuturkan mengenai penyebab terjadinya bau badan pada seseorang meskipun sudah menggunakan deodoran.

Bau badan sendiri terbagi menjadi dua jenis, yaitu osmidrosis dan bromhidrosis.

Osmidrosis merupakan bau badan berlebihan yang terjadi akibat sekresi kelenjar keringat apokrin.

Sedangkan bromhidrosis merupakan bau badan yang disertai dengan produksi keringat berlebihan.

Baca juga: Termasuk Berkomunikasi Hal Positif, Buya Yahya Bagikan 7 Tips Agar Anak Tidak Nakal & Menjadi Pintar

Bau badan ini dideskripsikan dengan bau tengik, apek, dan juga asam.

Kondisi ini dapat terjadi pada ketiak, telapak tangan, dan juga kaki. Namun yang paling sering ditemukan ialah pada ketiak.

Dilansir TribunHealth, Dokter Spesialis Dermatovenereologi, dr Yulia Asmarani, Sp.DV memberikan penjelasan mengenai penyebab bau badan dalam tayangan YouTube Tribun Lampung News Video.

dr Yulia Asmarani menjelaskan, bau badan dapat terjadi akibat faktor keturunan atau faktor genetik.

Seseorang yang memiliki kecenderungan bau badan, menurut penelitian orang tersebut memiliki peningkatkan enzim pada kelenjar keringatnya.

"Jadi bau badan itu juga dapat diturunkan dari orangtua atau keluarga yang memiliki riwayat bau badan. Biasanya bau badan nanti akan menurun kepada anaknya," tutur dr Yulia Asmarani.

Pasalnya pada kelanjar apokrin atau kelenjar keringat terdapat yang namanya enzim lima alfa reduktasi yang dapat memicu terjadinya keringat menjadi bau.

Menurut penjelasan dr Yulia Asmarani, sebenarnya keringat saat dikeluarkan ke permukaan tubuh tidak ada baunya.

Namun, keringat tersebut menjadi bau ketika berinteraksi dengan bakteri yang ada di permukaan kulit.

"Jadi bakteri-bakteri ini berinteraksi dengan keringat, sehingga membuat keringat yang tidak berbau menjadi berbau," terang dr Yulia Asmarani.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan