Selasa, 9 September 2025

Kasus DBD di Indonesia Meningkat, Lingkungan hingga Pengetahuan Masyarakat Jadi Faktor Risiko

DBD terutama memberikan dampak pada populasi usia aktif, dan merupakan penyebab utama kematian bagi anak-anak.

Istimewa
Ilustrasi nyamuk Aedes aegypti yang menghisap darah manusia. Di Indonesia, semua orang berisiko terkena Demam Berdarah Dengeu (DBD), tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, atau gaya hidup. 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Di Indonesia, semua orang berisiko terkena Demam Berdarah Dengeu (DBD), tanpa memandang usia, di mana mereka tinggal, atau gaya hidup.

DBD terutama memberikan dampak pada populasi usia aktif, dan merupakan penyebab utama kematian bagi anak-anak.

Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) tahun 2024 menyatakan ada kenaikan kasus DBD di tahun 2024 ini.

Sampai dengan minggu ke-11 saja, tercatat 35.556 kasus dengan kematian 290 kasus.

Baca juga: Wamenkes: Peningkatan Kasus DBD Tak Hanya Terjadi di Indonesia, Fenomena El Nino Jadi Penyebabnya

Lalu apa saja faktor risikonya?

Seorang individu tidak hanya berisiko terkena DBD, tetapi juga berpotensi menyebarkan virus dengue apabila telah terinfeksi.

Ketika seekor nyamuk menggigit seseorang yang memiliki virus dengue dalam darahnya, nyamuk tersebut akan terinfeksi virus dengue.

Nyamuk yang terinfeksi kemudian dapat menularkan virus tersebut kepada orang yang sehat dengan menggigit mereka.

DBD tidak dapat menyebar secara langsung dari satu orang ke orang lain, diperlukan nyamuk untuk penularan virus demam berdarah.

Daerah Padat Lebih Berisiko

Risiko DBD lebih tinggi di daerah yang padat penduduknya seperti daerah pemukiman perkotaan, termasuk taman dan tempat bermain yang berada di dalamnya, di mana terdapat kemungkinan yang lebih tinggi untuk menemukan Aedes Aegypti dan manusia yang terinfeksi.

Sementara dibandingkan dengan daerah yang masih berhutan, Aedes Aegypti yang menginfeksi manusia lebih kecil kemungkinannya untuk ditemukan.

Hal ini karena nyamuk dengue dapat terbang beberapa ratus meter untuk mencari wadah berisi air dan bertelur, dan beberapa nyamuk per rumah tangga dapat menyebabkan wabah DBD yang besar.

Baca juga: Tiga Orang Meninggal Dunia Akibat DBD Ciamis

Untuk itu, penerapan 3M Plus (menguras bak air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang tidak terpakai, juga mencegah gigitan dan perkembangbiakan nyamuk) menjadi kunci penting dalam pencegahan DBD, serta mempertimbangkan pencegahan inovatif melalui vaksinasi.

"DBD adalah penyakit yang mengancam jiwa dan sampai saat ini tidak ada pengobatan khusus untuk DBD – menjadikan tindak pencegahan sebagai kunci," tutur Presiden Direktur PT Takeda Innovative Medicines, Andreas Gutknecht yang mengumumkan kegiatan kolaborasi PT Takeda Innovative Medicines dan Alodokter.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan