Operasi dengan Bantuan Robot Jadi Standar Baru, Pemulihan Pasien Lebih Cepat
Teknologi robot-assisted surgery atau operasi dengan bantuan robot kini mulai menjadi standar baru dalam dunia kedokteran global.
Penulis:
Eko Sutriyanto
Editor:
Anita K Wardhani
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Teknologi robot-assisted surgery atau operasi dengan bantuan robot kini mulai menjadi standar baru dalam dunia kedokteran global.
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai negara maju telah mengadopsi metode ini untuk beragam prosedur medis yang kompleks, mulai dari operasi urologi, digestif, hingga ginekologi.
Baca juga: Kajari Jakbar Disebut Terima Rp500 Juta dari Kasus Robot Trading Fahrenheit
Teknologi ini memungkinkan dokter menjalankan operasi dengan presisi tinggi dan risiko minimal, berkat bantuan sistem robotik yang menyalin gerakan tangan dokter secara real-time.
Jadi robot tidak melakukan prosedur operasi sendiri karena kendali operasi tetap dipegang oleh dokter, penggunaan robot hanya berfungsi membantu dokter supaya bisa mencapai tingkat akurasi lebih tinggi dan meminimalisir risiko seperti pendarahan
“Robotic surgery ini bukan menggantikan dokter, tapi justru mendukung mereka untuk bekerja lebih akurat, stabil, dan minim risiko,” ujar Tries Nainggolan, Executive Director Siloam Hospitals Kebon Jeruk dalam acara Da Vinci Xi Experience di sebuah pusat perbelanjaan Jakarta belum lama ini.
Tries menjelaskan, penggunaan robot ini telah dilakukan untuk berbagai prosedur, seperti urologi: prostatektomi (pengangkatan prostat), nefrektomi parsial dan radikal (pengangkatan ginjal sebagian atau seluruhnya); Ginekologi: histerektomi (pengangkatan rahim), miomektomi (pengangkatan mioma), dan tumor rahim.
Baca juga: Pertandingan Tinju Robot Humanoid Pertama di Dunia Dimulai di Tiongkok, Pamer Kehebatan Teknologi
"Kemudian digestif yakni kolesistektomi (pengangkatan kantung empedu), operasi hernia, hingga low anterior resection untuk kasus kanker kolorektal," katanya.
Sedangkan Sistem ini terdiri dari tiga komponen utama yakni surgeon Console: tempat dokter mengontrol robot menggunakan tangan dan kaki; patient Cart: lengan robotik yang menempel langsung ke tubuh pasien dan vision cart yakni sistem kamera dan monitor 3D definisi tinggi
“Tidak ada jeda (lag) antara gerakan tangan dokter dan robot. Gerakannya langsung dan sangat presisi,” jelas Tries.
Salah satu keunggulan terbesar dari sistem robot adalah pendekatan minimally invasive, di mana operasi hanya memerlukan luka kecil.
Ini membuat risiko komplikasi berkurang drastis, perdarahan minimal, serta nyeri pascaoperasi yang sangat ringan.
“Dulu pasien harus dirawat sampai seminggu. Sekarang dengan robotik, cukup dua atau tiga hari, bahkan sudah bisa kembali beraktivitas seperti biasa,” ungkap Tries.
Meski tergolong baru, teknologi operasi robotik seperti Da Vinci menjadi bagian dari transformasi layanan kesehatan nasional.
Beberapa rumah sakit di Indonesia telah mulai mengadopsi sistem ini untuk menghadirkan pilihan perawatan yang lebih aman, nyaman, dan berkualitas.
Namun demikian, Tries menekankan bahwa kehadiran teknologi ini harus disertai kesiapan tenaga medis dan fasilitas pendukung.
“Robot bukan sekadar alat canggih. Ia adalah bagian dari ekosistem layanan medis. Agar efektif, diperlukan pelatihan khusus bagi dokter dan tim operasi,” jelasnya.
Saat ini, penggunaan operasi robotik masih terbatas di kota-kota besar. Karena itu, menurut Tries, penting untuk terus mengedukasi masyarakat agar memahami manfaat dan keunggulan metode ini.
Kegiatan seperti Da Vinci Xi Experience, di mana masyarakat dapat mencoba langsung simulator bedah robotik, menjadi sarana penting untuk membuka wawasan publik terhadap masa depan dunia medis.
Dokter yang menjadi pionir bedah robotik di Indonesia, Ivan Rizal Sini, GDRM, MMIS, FRANZCOG, Sp.OG menjelaskan keberhasilan bedah robotik terletak pada kombinasi antara teknologi mutakhir dan kesiapan tenaga medis.
"Masa depan bedah ditentukan oleh teknologi yang semakin canggih serta kompetensi tenaga medis yang terus berkembang,” ujarnya.
"Teknologi ini kini telah menjadi standar emas di banyak negara maju berkat presisi dan akurasi tinggi, serta kemampuan mengurangi tremor tangan yang memungkinkan operasi pada jaringan halus dilakukan dengan lebih aman," katanya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.