Jumat, 22 Agustus 2025
Tujuan Terkait

Kurangi Kualitas Hidup, Alasan Tes Pendengaran Sama Pentingnya dengan Cek Jantung dan Mata

Gangguan pendengaran jarang terjadi secara tiba-tiba, gejalanya merayap perlahan, contoh di atas, suara mulai terdengar samar

Penulis: Willem Jonata
Editor: Eko Sutriyanto
Asia Wire
ILUSTRASI GANGGUAN PENDENGARAN - Seiring pertambahan usia, sebagian besar orang mengalami gangguan pendengaran.  Ada beberapa gejala yang patut diperhatikan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA  - Seiring pertambahan usia, sebagian besar orang mengalami gangguan pendengaran. 

Ada beberapa gejala yang patut diperhatikan.

Misal, seseorang mulai sering berpikir orang lain terdengar seperti bergumam, mulai sering meminta orang lain mengulang sesuatu yang diucapkan.

Selanjutnya mengalami kesulitan memahami yang dikatakan di tempat yang bising, mulai kesulitan mengikuti percakapan dalam kelompok, serta merasa lelah karena harus berkonsentrasi terlalu keras.

Sering mengalami kesulitan mendengar di telepon, juga tak bisa dianggap sepele dan patut diduga itu sebagai gangguan pendengaran berkait usia.

Gangguan pendengaran jarang terjadi secara tiba-tiba. Gejalanya merayap perlahan, contoh di atas, suara mulai terdengar samar.

Percakapan di restoran jadi sulit diikuti, kita lebih sering berkata, “Maaf, bisa diulang?” Awalnya harus diakui tak sedikit orang menganggapnya sepele.

Baca juga: Gangguan Pendengaran Bisa Dideteksi pada Bayi Berusia Dibawah 6 Bulan

Padahal masalah pendengaran yang lambat laun memburuk dapat mengurangi kualitas hidup seseorang. Tapi tanpa disadari, kita mulai menarik diri dari pergaulan, tak lagi nyaman ikut arisan, malas ikut rapat, dan enggan menelepon cucu. Kesendirian pun perlahan mengikis kebahagiaan.

Dan mungkin tak banyak yang tahu, bahwa gangguan pendengaran bukan hanya persoalan telinga. Ketika suara yang diterima otak berkurang, otak dipaksa bekerja lebih keras untuk menebak kata demi kata. 

Lama-kelamaan, kelelahan kognitif terjadi, hingga memicu risiko demensia.

Penelitian dari Johns Hopkins University menunjukkan bahwa gangguan pendengaran yang tidak diobati bisa meningkatkan risiko demensia hingga lima kali lipat.

Laporan dari The Lancet Neurology bahkan menyebutkan gangguan pendengaran sebagai faktor risiko demensia yang paling bisa dicegah. Itu menunjukkan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat.

Namun, tidak banyak orang yang memasukkan tes pendengaran dalam rutinitas pemeriksaan kesehatan mereka.

Padahal, seperti halnya tes mata atau cek tekanan darah, tes pendengaran seharusnya menjadi hal rutin setiap tahun.

Sejauh ini, belum ada cara memulihkan gangguan pendengaran berkait usia. Namun, banyak orang menganggap alat bantu dengar sangat membantu.

Halaman
12

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of

asia sustainability impact consortium

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan