Kurangi Kualitas Hidup, Alasan Tes Pendengaran Sama Pentingnya dengan Cek Jantung dan Mata
Gangguan pendengaran jarang terjadi secara tiba-tiba, gejalanya merayap perlahan, contoh di atas, suara mulai terdengar samar
Penulis:
Willem Jonata
Editor:
Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Seiring pertambahan usia, sebagian besar orang mengalami gangguan pendengaran.
Ada beberapa gejala yang patut diperhatikan.
Misal, seseorang mulai sering berpikir orang lain terdengar seperti bergumam, mulai sering meminta orang lain mengulang sesuatu yang diucapkan.
Selanjutnya mengalami kesulitan memahami yang dikatakan di tempat yang bising, mulai kesulitan mengikuti percakapan dalam kelompok, serta merasa lelah karena harus berkonsentrasi terlalu keras.
Sering mengalami kesulitan mendengar di telepon, juga tak bisa dianggap sepele dan patut diduga itu sebagai gangguan pendengaran berkait usia.
Gangguan pendengaran jarang terjadi secara tiba-tiba. Gejalanya merayap perlahan, contoh di atas, suara mulai terdengar samar.
Percakapan di restoran jadi sulit diikuti, kita lebih sering berkata, “Maaf, bisa diulang?” Awalnya harus diakui tak sedikit orang menganggapnya sepele.
Baca juga: Gangguan Pendengaran Bisa Dideteksi pada Bayi Berusia Dibawah 6 Bulan
Padahal masalah pendengaran yang lambat laun memburuk dapat mengurangi kualitas hidup seseorang. Tapi tanpa disadari, kita mulai menarik diri dari pergaulan, tak lagi nyaman ikut arisan, malas ikut rapat, dan enggan menelepon cucu. Kesendirian pun perlahan mengikis kebahagiaan.
Dan mungkin tak banyak yang tahu, bahwa gangguan pendengaran bukan hanya persoalan telinga. Ketika suara yang diterima otak berkurang, otak dipaksa bekerja lebih keras untuk menebak kata demi kata.
Lama-kelamaan, kelelahan kognitif terjadi, hingga memicu risiko demensia.
Penelitian dari Johns Hopkins University menunjukkan bahwa gangguan pendengaran yang tidak diobati bisa meningkatkan risiko demensia hingga lima kali lipat.
Laporan dari The Lancet Neurology bahkan menyebutkan gangguan pendengaran sebagai faktor risiko demensia yang paling bisa dicegah. Itu menunjukkan pentingnya deteksi dini dan penanganan yang tepat.
Namun, tidak banyak orang yang memasukkan tes pendengaran dalam rutinitas pemeriksaan kesehatan mereka.
Padahal, seperti halnya tes mata atau cek tekanan darah, tes pendengaran seharusnya menjadi hal rutin setiap tahun.
Sejauh ini, belum ada cara memulihkan gangguan pendengaran berkait usia. Namun, banyak orang menganggap alat bantu dengar sangat membantu.
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Adopsi AI di Perusahaan Indonesia Tumbuh 47 Persen Tapi Masih Tahap Dasar |
![]() |
---|
Confluent Investasi 200 Juta Dolar AS di Seluruh Ekosistem Mitra Global |
![]() |
---|
Bangun Kultur Baru Birokrasi, Aparatur Sipil Negara Didorong Manfaatkan Kecerdasan Buatan |
![]() |
---|
Inovasi Pembelajaran Digital Melesat Lewat AI, Data, dan Gamifikasi |
![]() |
---|
Biaya Negara Ganjal Pertumbuhan Seluler |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.